008: Bertamu

4 4 7
                                    

Tangis ku mulai reda,
Anganku mulai berkelana,
Namun rasa sakit itu masih jelas terasa.

Happy reading gais🧡🌷

__________________

"Ma, Andoni mana ?" tanya Alfia, pada ibunya yang duduk santai di depan televisi.

"Di kamarnya tuh sama Mas Dikta," jawab Dian.

"Oh ya udah Alfia mau ke kamar Andoni dulu ya," pamitnya pada sang ibu.

Dian menatap anaknya yang menaiki tangga. "Tumben rapi banget, mau kemana nih ?"

Alfia berhenti sejenak lalu menengok ke arah ibunya. "Mau nginep di rumah Alissa, besok dia berangkat ke Yogyakarta ke rumah Ama nya."

"Ya sudah, cepat berangkat keburu malem," ucap Dian, membuat Alfia melanjutkan langkahnya.

Tok tok tok.

"Don, gue masuk ya," ucap Alfia, lalu membuka pintu kamar Om nya.

Terlihat Andoni sudah terlelap tidur di kasurnya, dengan mulut yang menganga lebar.

"Yah, kok udah tidur sih," gerutu Alfia.

Dikta yang baru saja keluar dari kamar mandi menatapnya heran. "Ada apa Dek? Kok tumben masuk kamar Om nya."

"Ini loh Mas, aku mau minta anter Andoni ke rumah Alissa," sahut Alfia, membuat Dikta tersenyum samar mendengar nama yang di sebut Alfia.

"Ke rumah siapa Dek ?" tanya Dikta, memastikan.

Alfia menoleh ke arah Dikta. "ke rumah Alissa, itu loh yang mau aku jodohkan ke Mas tapi Mas nolak."

Dikta mengambil hoodie hitam miliknya di dalam lemari. "Ayo Mas aja yang nganter kamu, soalnya Andoni baru tidur kasihan kalau di bangunin."

Alfia tersenyum senang mendengarnya. "Ayo Mas, gak papa deh kalau Mas Dikta cuma mau nganterin aku sampai depan gang karena ngejaga hati ceweknya, aku ikhlas."

"Aku anterin sampai dalem rumahnya," ucap Dikta, tanpa sadar.

Membuat Alfia menatapnya intens. "Mas ngomong apa tadi? Mau nganter aku sampek dalem rumah? Jangan bilang kalau cewek yang Mas suka itu, ternyata...,"

Dikta menelan ludahnya kasar. "Eh bukan gitu, maksudnya kan biar kamu lebih aman ya Mas anter sampai masuk ke dalam rumahnya."

"Oh gitu toh, ya udah ayo cepet berangkat," ucap Alfia, lalu berjalan keluar kamar.

Dikta menghela nafas panjang, sambil mengusap dadanya pelan. "Untung gak ketauan."




🐇🐇🐇


Kini Alfia dan Dikta sudah sampai di depan sebuah rumah yang nampak asri, dengan berbagai jenis bunga di samping rumah dan juga depan rumahnya.

Alfia meminta Dikta memarkirkan motornya di samping motor matic warna biru milik Alissa, lalu mengajaknya masuk ke dalam rumah.

Dikta tersenyum samar, memandangi setiap sudut rumah ini. Nampak sangat damai ketika bersantai di depan rumah, pikirnya.

"Mas ayo cepetan masuk," ajak Alfia, membuat Dikta sedikit kaget lantaran dirinya terlalu fokus memandangi bunga-bunga itu.

Alfia menggandeng lengan Dikta untuk masuk ke dalam rumah. "BUNDA, ALFIA YANG CANTIK COMEBACK."

"Celutak amat mulutnya Neng," ucap seseorang dari lantai dua, dengan dua tangannya bertumpu pada dinding pembatas.

"Waduh, gembel darimana nih? Bau-bau kemiskinan mulai tercium," sindir Alfia, melirik sinis Salma yang kini menuruni tangga dengan pakaian santainya.

Tak lama Alfia berlari lalu memeluk sahabat jauhnya itu. "AAAA, kangen banget gue! Sombong ya lu, gak mau nyamperin gue sama Alissa di sini."

Aksa RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang