006: Bundahara

13 5 8
                                    

Kisah, kasih, kisut lama-lama mikirin jodoh gak datang-datang😂.

Jangan lupa bahagia ya teman,
Karena bahagia gratis tidak di pungut biaya.

Happy reading besti🧡🐇



___________________

"Eh jeng Elfi anaknya kan dua ya, Arfian sama siapa lagi tuh yang perempuan? Duh aku lupa banget siapa namanya," ucap seorang ibu-ibu seumuran dengan Elfi.

Sebut saja Marni, salah satu pelanggan setia di butiknya.

"Alissa namanya jeng, Alissa. Memangnya ada apa dengan anakku jeng ?"

Marni tersenyum manis seraya mengelus lembut tangan Elfi yang sedari tadi diam saja.

"Aku punya anak bujang, ganteng, baik hati, rajin menabung, namanya Jaya. Top markotop pokoknya lah jeng, ya kali aja kita bisa besanan," ucap Marni, membuat Elfi tersenyum canggung.

"Kalau saya sih terserah anak-anaknya saja jeng, kebetulan saya bukan tipe orang tua yang suka menjodohkan."

Marni sedikit melotot mendengar penolakan halus dari lawan bicaranya.

"Loh, kita sebagai orang tua itu harus mencarikan jodoh yang benar-benar jelas bibit bebet bobotnya jeng. Supaya jelas pula nanti keturunannya," jawab Marni.

"Hmm, ya sudah atur saja jeng. Tapi saya tidak janji ya, soalnya Alissa itu tidak suka di jodoh-jodohkan, ngambekan anaknya," sahut Elfi, mencoba menjelaskan sedikit tentang anaknya supaya Marni ilfil.

Namun perkiraannya salah, bukannya ilfil malah semakin gencar Marni mencoba menjodohkan anaknya yang bernama Jaya itu.

"Tapi Jaya ini baik loh jeng, karirnya sukses sebagai manager keuangan di salah satu perusahaan terkenal di pulau Jawa ini. Kalau di pikir-pikir, sayang saja kalau jeng Elfi tidak mau punya menantu yang sudah jelas karirnya seperti anak saya ini!"

Elfi tersenyum miris mendengarnya. "Tapi anak saya lebih berkelas daripada anak anda! Bapaknya punya perusahaan oleh-oleh, toko emas dan villa di Bali, ibunya punya butik dan restoran, abangnya apa lagi ? Haduh pusing kau kalau denger silsilah anak saya!" ucapnya dalam hati.

"Mohon maaf ya jeng Marni, saya tinggal dulu soalnya sebentar lagi ada meeting dengan klien penting," ucap Elfi.

Marni berdiri, menyalami Elfi dengan senyum bangganya. "Oh iya jeng santai saja, saya juga sebentar lagi ada meeting sama perusahaan dari luar."

"Mari jeng," pamit Elfi, lalu pergi meninggalkan Marni.

Elfi keluar dari butiknya, sembari menghembuskan nafas lega. "Akhirnya bisa lepas dari nenek sihir itu."

"Duh gak kebayang deh kalau jadi besanan sama dia, bisa stres satu keluarga tiap hari denger dia ngomong tentang anaknya kayak tadi," sambung Elfi, sambil mengipas telapak tangan di depan wajahnya.

"Tante Elfi."

Elfi membalikkan badannya, ketika mendengar seseorang memanggil namanya.

Elfi tersenyum manis, merentangkan kedua tangannya hendak memeluk gadis yang sedang berlari ke arahnya.

"Kapan pulang ?" tanya Elfi.

Salma Adyatama, saudara sepupu Alissa, anak dari Hendra adiknya Arif.

"Semalem sampai rumah. Mau langsung ke rumah Tante sih, tapi takut di bilang lupa siapa mama kandungnya," ucap Salma membuat Elfi tertawa renyah.

"Ya sudah ayo ke rumah Tante, Alissa pasti seneng banget ketemu kamu," ujar Elfi, dengan senyuman yang senantiasa terjaga.

"Ayo Tan, nanti Mas Arfi langsung komen tuh, duo Sal berkumpul kembali."

Salma menarik tangan Elfi masuk ke dalam mobil ibu dari dua anak itu.




🐇🐇🐇


"Salfaaaaaaaaaaaa!"

"Iam coming besti. Oh adikku tercinta, kakakmu ini sangat sangat rindu padamu!"

Salma melemparkan badannya dekat dengan Alissa, lalu dengan sengaja memeluk erat gadis yang tengah lemas itu.

"Diem Sal, gue lagi gak enak badan!" seru Alissa, dengan nada lemahnya.

Salma mengerutkan kening. "Bisa sakit juga lu? Sakit apa lu bangke, efek beda agama nih pasti."

"Gue udah jauhin Daniel Ma, sangat berusaha sampai gue sakit nih gara-gara ngelayap mulu nyari hiburan," ucap Alissa, menjelaskan sedikit kisahnya.

"Ya udah lah Sal, gak usah terlalu di pikirin, takut stres muda kan gak lucu ya. Btw, mau gue cariin duda kaya gak ?"

Alissa melirik tajam saudara sepupunya yang kini bangun untuk mengambil gitar yang terletak di pojok ruangan.

"Mon maap nih, gue udah kaya dari lahir!" sahut Alissa, sedikit menyombongkan dirinya.

"Iye tau tau yang kaya dari orok!" seru Salma.

Salma memainkan senar gitar itu perlahan. "Gue bingung deh, kok lu dipanggil cang cing cang cing mulu sih sama si Alfia, padahal nama lu udah bagus ya, Salfa."

"Acing, Alissa kecil ngeselin. Itu nama dari Galang, sahabat gue waktu Smp, tapi malah melekat banget sampai dewasa gini. Tapi sekarang ya cuma Alfia yang manggil gue kayak gitu, soalnya kan temen yang dari Smp udah pisah semua," jelas Alissa.

Alissa bangun dari tempat tidurnya, lalu membuka jendela kamar menuju balkon.

Salma mengikuti jejak kaki Alissa, keduanya kini duduk di kursi panjang yang di sediakan Alissa di balkon kamarnya, untuk waktu bersantainya sembari menikmati taman yang berada di halaman samping rumahnya.

"Tipe cowok lo kayak gimana sih Sal ?" tanya Salma, sembari memainkan gitar milik Alissa.

Alissa menatap jauh ke depan, membayangkan Daniel yang sedang tersenyum padanya.

"Daniel itu udah tipe gue banget, dari segala hal," jawabnya enteng.

Salma mendengus kesal. "Move on anjir! Lu emang demen banget mempersulit hidup ya? Udah tau gak akan bisa sejalan masih aja di idam-idamkan, kecuali tu laki mau baca syahadat gak papa lu perjuangin mati-matian, lah ini kan dia gak mau pindah agama."

"Repot banget hidup satu bumi sama orang yang udah goblok sama yang namanya cinta!" seru Salma, menyuarakan isi hatinya.

"Gue gak pernah jatuh cinta Salma, baru kali ini gue sayang banget sama cowok. Rasanya kayak yang lo jelasin waktu lo pacaran sama mantan bule curut itu," ucap Alissa.

Salma terkekeh geli, membayangkan waktu dia menjelaskan rasanya jatuh cinta pada Alissa yang belum pernah merasakannya waktu itu.

"Ya gak salah sih lo jadi segoblok ini, tapi ya jangan banget banget gitu loh bego nya. Netralin dikit aja," ujar Salma, memberi wejangan pada adik sepupunya.

Salma berusia dua puluh lima tahun, namun belum memikirkan menikah, katanya 'selow dulu gak sih? Hidup tuh terlalu singkat di pake cuma buat nyari jodoh. Ada banyak cobaan yang belum gue cobain'.

"Ini... Gambaran kita suatu hari nan..ti."

Salma menyanyikan sebuah lagu yang akhir-akhir ini menjadi lagu favoritnya.

"Setelah sekian lama kita jala_ni. Lewati masa-masa yang berarti."

"Ki..ni ku sudah yakin pada satu ha..ti, yang ku rasa tepat untuk tema..ni sekarang hingga aku tua nanti."

"Ingin punya rumah, tuk tempat bermesra, kau dipanggil ayah sementara aku ibu. Bertukar cerita, di ruang keluarga, bercengkrama dan menimang buah hati kita."

"Sederhana... Bahagia kini lengkap sudah."

Salma mengakhiri permainan gitarnya dan menaruh gitar itu, lalu menoleh ke arah Alissa yang kini memainkan ponselnya.

"Jadi, lo mau gak gue cariin duda kaya," ucapnya, lalu berlari masuk ke dalam kamar sebelum dirinya di jadikan samsak gratis oleh Alissa.

"MA! LO MATI HARI INI HA?"





________________
Jangan lupa vote dan komen ya,
See you gais😍🧡


Aksa RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang