Happy Reading
nungguin ngga?
-
-
"Lo juga punya villa di Bogor?"
"Eum iya kak. Soalnya Papa suka koleksi benda antik gitu kak. Pengen punya tempat sendiri buat barang antik dia. Ngide bikin di Bogor karna tempatnya bagus," jelas Bianca menampakkan senyum manisnya.
"Eh kalo orang kaya enak ya. Healing gitu tinggal tancap," kata Abim tertarik. "Besok kapan kapan bisa kali ajak kita kita," sambungnya menoel tangan Bianca.
"Ck, lo kan juga kaya bego. Emas mak lo aja dah kek mak mak India. Gede gede lagi cincinnya. Bikin sakit jidat kalo lagi salam," cletuk Reksa sewot.
"Jangan ngomongin maknya Abim lah. Trauma gue ngikut tahlilan. Serasa login," sambar Taka beralih menyeruput es americanonya.
Juan tergelak, yang lain juga jadi tertawa kecil. Sementara Abim menatap tak terima. "Jangan bawa Mami gua lah! Kalo Mami gua denger nih, abis kepala lo digetok pake panci," katanya menggebu.
"Emang mamanya kak Abim galak ya?" tanya Bianca penasaran. Terkikik kecil.
"Ya engga galak juga si, Bi. Cuma hedon bener, mak mak kompleknya udah mendarah daging," jawab Avi mengetuk rokoknya pada asbak.
Seperti biasa mereka semua nongkrong di Kairos sebelum pulang. Juan si lintas sekolah juga bergabung. Bianca sudah janjian dengan Avi ingin pulang bersama. Membuat gadis itu jadi ikut bergabung bersama gerombolan cassanova ini wanita sendiri.
Aryan di pojok fokus ke buku tak peduli. Abim, Reksa, Jeva, Bobi dan Alvin sedang bercakap tertarik dengan keberadaan Bianca. Avi dan Juan merokok sibuk dengan dunianya sendiri. Sementara Taka mengapeli pacarnya lewat video call sesekali mencletuk.
"Gua denger lo SMP sekolah internasional ya? Kenapa pindah negeri?" tanya Bobi tertarik. Memajukan tubuhnya menatap Bianca yang duduk manis.
"Binus, kak. Dulu satu sekolah juga sama kak Karang sama temen-temennya," jawab Bianca kalem.
Jeva menyatukan alisnya. "Karang sama temen-temennya? Anak inter itu? Siapa si? Leo, Gabriell, Pinkan-"
"Selena," sambung Avi menimpali.
"Oh iya. Dulu mereka famous banget di sekolah. Aku juga deket sama kak Pinkan kok. Satu ekskul balet," katanya.
"Lah, kok gue ngga pernah liat lo nyapa Selena ato Karang ya?"
Bianca tersenyum tipis. "Kalo kak Karang deket kok, Kak. Papa temen ayahnya Karang. Dulu pas kecil juga sering ketemu pertemuan sesama kolega temen bisnis Papa," jawabnya.
Mereka manggut-manggut. "Lo ngga kaget masuk sekolah sini? Peradabannya kan beda," gantian Alvin yang bertanya serius.
Mata Bianca sedikit melebar. "Ih, iya tau kak. Awalnya aku kaget ramenya disini tuh beda-beda. Banyak macem macem orang yang ngga pernah aku temuin. Apalagi makanan kantin. Asing banget, sus-"
"OY KAR! SINI!" Avi berteriak tatkala melihat keberadaan Karang yang sedang celingak celinguk mencari mereka. Puntung rokok yang masih setengah itu ia tekan pada asbak memadamkannya. Detik berikutnya menatap tajam pada semua anak di meja itu. "Matiin rokok lo semua sat! Lara gampang batuk sama asep," katanya dingin.
Bianca terkesiap kecil. Semua pemuda yang merokok di meja itu mematikan rokoknya menurut. Bianca yang membelakangi pintu jadi menoleh. Wajahnya langsung berubah masam mengetahui siapa yang datang. Tangannya mengepal kuat.
![](https://img.wattpad.com/cover/363310472-288-k374265.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sea For Blue Whales [END]
Roman pour Adolescents⚠️DILARANG PLAGIAT! GUE VIRALIN, TUNTUT MAMPUS NNTI⚠️ "Kamu pernah bilang kalau kamu lautku Karang. Seperti namaku, Lara. Kita akan tetap bertemu ditepi saat semua orang mengutarakan lukanya dengan laut. Kamu adalah penyembuh Lara. Kita akan selalu...