—————
Ketika mereka telah menginjak daratan, Sena yang tadinya bersembunyi di dalam kapal, tanpa disadari muncul dan diam-diam menyelinap keluar dan mengikuti arah Jin, Kuby, dan Laura saat mereka menjelajahi jalanan pedesaan.Bersama-sama, mereka mencari tempat yang nyaman untuk beristirahat dan berteduh. Tak lama kemudian, mereka menemukan sebuah rumah berukuran sedang, di mana seorang gadis dengan rambut coklat tua terurai panjang dan mengenakan pakaian tradisional, tampak sibuk menyiram tanaman-tanaman teh di terasnya.
Gadis itu yang menyadari kehadiran mereka, menoleh dengan senyuman hangat. Matanya yang berwarna cokelat terang seperti madu berkilauan di bawah sinar matahari sore, gadis itu tanpa ragu memanggil mereka dengan senyuman ramah.
"Hai yang disana, apakah kalian mencari tempat untuk beristirahat? Jika kalian butuh, beristirahatlah di rumahku." Ucap gadis itu dengan ramah dan lembut.
"Hai, terima kasih banyak atas tawarannya! Kami benar-benar kelelahan," kata Jin dengan mewakili rasa syukur mereka.
"Sama-sama, kalian bisa beristirahat di rumahku ya," ajak gadis tersebut dengan sopan dan mengundang mereka masuk ke rumahnya.
Jin dan teman-temannya mendekati teras rumah gadis tersebut.
Sena yang masih tersembunyi di balik pepohonan, mengamati situasi dengan rasa ingin tahu dan sedikit kehati-hatian bercampur dalam tatapannya. Sena muncul dari balik pepohonan, wajahnya pucat dan matanya penuh rasa bersalah.
Gadis itu kemudian memperhatikan Sena dengan tatapan yang tajam, alisnya sedikit terangkat. "Dan kamu, nona muda? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya dengan nada yang lembut namun penuh selidik.
Wajah mereka mencerminkan keheranan saat gadis itu menyadari kehadiran Sena sejak awal perjalanan mereka.
"Bukankah itu Sena?" tanya Kuby, matanya memancarkan keheranan.
"Putri Sena! Kau mengikuti kami sejak awal perjalanan?" Jin tercengang, matanya membelalak tak percaya.
"Kenapa kau mengikuti kami secara diam-diam, Putri Sena?" tanya Laura dengan nada yang penuh keprihatinan.
"Maaf, teman-teman. Aku sengaja mengikuti kalian sejak awal perjalanan tanpa memberitahu kalian," terang Sena dengan suara yang pelan, rasa bersalah terpancar di wajahnya. Sena menundukkan kepalanya dan tidak berani menatap mata teman-temannya.
Draka, Peynet, dan Moncha tercengang mendengar pengakuan Sena, mulut mereka ternganga dan mata mereka terpaku pada sang putri. Draka menggaruk kepalanya dengan bingung, sementara Peynet dan Moncha bertukar pandang dengan tatapan penuh tanya.
"Tapi, bagaimana dengan orang tua mu? Apakah mereka tidak khawatir denganmu?" tanya Laura dengan raut wajah khawatir.
"Tidak perlu khawatir, Laura. Aku sudah memberi tahu mereka dan mendapatkan izin untuk bergabung bersama kalian," jawab Sena dengan nada yang meyakinkan dan berusaha menenangkan Laura.
"Ah, begitu ya." kata Laura dengan sedikit lega mendengar penjelasan Sena.
"Jangan khawatir, Sena. Kami mengerti," ucap Jin dengan mencoba mencairkan suasana yang masih terasa tegang.
"Ya, betul. Kita semua di sini bersama-sama, tidak ada yang perlu dikhawatirkan," tambah Kuby dengan penuh semangat, berusaha memberikan dukungan kepada Sena.
"Sudahlah, ayo kita masuk ke rumah gadis itu dan bersantai sejenak. Kita bisa menikmati hidangan yang dia tawarkan," ajak Laura dengan membawa suasana yang lebih positif.
.
Mereka melangkah masuk ke dalam rumah gadis itu, disambut oleh atmosfer hangat dan aroma harum. Cahaya matahari sore yang hangat menembus jendela, menerangi ruangan dengan nuansa yang nyaman dan menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
monkart : next adventure
RandomSetelah mereka mengalahkan Destro dan Apolyon, Jin dan teman-temannya melanjutkan petualangan mereka yang baru ke beberapa kota atau desa, tetapi apolyon dilepaskan oleh pemilik barunya, mereka merencanakan kejahatan mereka di berbagai wilayah denga...