denial

14 1 0
                                    

"Vin, kamu suka ya sama Dewa?" Tanya Winan dengan santai sembari meminum teh kemasan.

Pertanyaan itu bagaikan petir di siang bolong. Itu sontak membuatku hampir tersedak mie ayam karena entah darimana ia bisa tiba-tiba menyimpulkan hal tersebut. "Hah? Apaan sih tiba-tiba banget?"

"Jawab jujur."

"Apaan ih, engga." Jawabku sembari salah tingkah. Detak jantungku langsung berdegup kencang ketika ia menanyakan pertanyaan itu.

"Gak usah salting juga kali." Ejek Winan.

Aku mendecak sebal. "Aku gak suka dia, tapii, dia baik banget. Dia sering bantu aku kalo aku lagi kesusahan, pokoknya aku hutang budi banyak deh sama dia."

"Ohh," Winan lanjut memakan mie-nya. Namun setelah beberapa saat ia menambahkan, "Jadi suka gak?"

"Y-ya suka dia sebagai teman, suka sama kebaikan dia." Sepertinya aku sedikit panik karena baru sadar tanganku basah penuh dengan keringat. Aku langsung mengambil dua helai tisu dari kotak tisu meja sebelah dan pura pura menyeka mulut. Padahal sebenarnya tisu ini untuk tanganku.

Aku sedikit panik karena tidak biasanya aku membicarakan hal seperti ini dengan laki-laki. Biasanya aku berbicara hal seperti ini hanya dengan Raya dan menurutku, membicarakan ini dengan laki-laki itu cukup memalukan. Jadi aku cukup bingung untuk menjawabnya.

"Kamu gak ada suka sama orang?" Tanyaku mengalihkan topik pembicaraan.

"Belum ada." Ucapnya dengan menggelengkan kepala. "Yang bener?"

"Beneran. Tapi kalo yang cantik ada,"

"Yeuhh.. Siapa?"

"Rena." Tidak salah lagi. Rena memang salah satu primadona di angkatanku. Ia mempunyai paras lokal yang cantik dan manis, aku pun setuju. "Rena cakep sih, approved."

"Terus kenapa gak kamu deketin?" Lanjutku.

"Gak ah, merasa tidak pantas."

"Lah, kenapa?" Kataku sambil mengunyah kerupuk.  "Padahal kamu lumayan." Ucapku tidak sadar pada diri sendiri.

"Hah apa? Kamu nyebut aku ganteng?" Winan tersenyum mengejek, sepertinya ia mendengar apa yang aku ucapkan. "Engga, aku gak ngomong apa apa."

"Ulangi dong, pengen denger lagi."

"Najis narsis, engga-engga."

"Alah jujur aja, Vin." Goda Winan.

"Enggak jadi deh, emang gak pantes kamu sama Reva." Ujarku sambil tertawa.

Winan hanya tertawa mendengar ucapanku, "Jahat."

Kami mengobrol lumayan banyak hari ini. Kami mengobrol dari universitas yang ingin dituju, seputar gosip sekolah, sampai ia cerita hubungan ia dengan mantan pacarnya. Pokoknya kami berusaha untuk tidak membahas sedikit pun tentang olimpiade nanti.

Dalam percakapan ini, aku lebih banyak menjadi pendengar karena Winan kelihatannya punya banyak hal yang ingin dia ceritakan kepadaku. Ia sangat banyak bicara dan sangat antusias dengan semua ceritanya, sedangkan aku hanya mengangguk-angguk mendengar ceritanya.

 Tetapi karena ini aku jadi tahu banyak hal tentang Winan, apalagi pada bagian Winan putus karena mantan pacarnya selingkuh. Itu adalah salah satu informasi besar, sebab aku tidak mengerti kenapa ia bisa diselingkuhi. Pasti kalian juga tidak percaya kan?

Setelah mengobrol selama tiga jam, kami akhirnya pulang karena sudah mendapat tatapan sinis dari penjual mie ayam. Winan mengantarkanku pulang ke rumah, padahal rumahnya lebih dekat dari warung mie ayam daripada rumahku. Aku sudah menolak beberapa kali namun ia tetap bersikeras untuk mengantarkanku. Jadi apa boleh buat, kan aku jadi enak :D

Namun sesampainya di rumah, aku mulai teringat kembali pernyataan Winan. Akibat dari pertanyaan itu, aku jadi mempertanyakan perasaanku terhadap Dewa. Sepertinya aku sudah mulai terbawa perasaan dengan perlakuan Dewa kepadaku. 

Tidak, sepertinya memang dari awal aku baper dengan setiap perlakuannya. Dimulai dari ia memberikanku buku paketnya sampai dirinya yang selalu ada jika aku butuh sesuatu. Kejadian itu selalu berputar-putar dalam kepalaku akhir-akhir ini. Apakah itu semua hanya kebetulan atau apa?

Tetapi aku takut ini hanya perasaanku saja, karena siapa tahu Dewa memang seperti itu dengan semua orang. Aku kan tidak tahu sifat aslinya, satu sekolah pun tidak. Mungkin ia memang orang baik, itu bare minimum-nya. Jadi aku tidak boleh menyimpan rasa kepadanya. Kalau aku menceritakan ini kepada Raya, ia pasti selalu berkata

 "Dasar denial lu!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jatuh Suka • Dew JirawatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang