⋆⁺₊ ❅. “𝑟𝑒𝑑 𝑠𝑛𝑜𝑤.” (Chapter 07) hallo semua para Readers, 𝗷𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗹𝘂𝗽𝗮 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝘃𝗼𝘁𝗲 𝗱𝗮𝗻 𝗰𝗼𝗺𝗺𝗲𝗻𝘁 𝘆𝗮. sebelum scroll kebawah, terima kasih banyak sudah baca book ini dan terima kasih atas dukungan nya. semoga hari kalian menyenangkan! 𖤐 .. ꒷꒦
•
•
•Arion berdiri di samping ranjangku, tatapannya serius dan penuh perhatian. Aku merasa gelisah mendengar penjelasan mengenai kutukan yang aku terima. Tubuhku terasa lemas, dan pikiranku masih berputar-putar mencoba memahami apa yang baru saja kuketahui.
"Jadi, Kreios adalah penyebab dari kutukan ini?" tanyaku, berusaha mengendalikan getaran suara di tenggorokanku.
"Ya, Kreios adalah makhluk yang sangat kuat dan jahat. Dia dikenal karena kemampuan magisnya yang sangat kuat dan kemampuannya untuk memberikan kutukan pada orang-orang yang dianggapnya layak. Kutukanmu adalah hasil dari kejahatan dan kebencian yang ada di dalam dirinya," jawab Arion dengan nada yang penuh empati.
"Jadi, apa yang harus aku lakukan?" tanyaku, merasa cemas tentang masa depan dan bagaimana kutukan ini akan mempengaruhi kehidupanku.
"Untuk mengatasi kutukan ini, kamu harus pergi ke La Mancha bersama Rein. Di sana, kamu akan menemukan Aegis, obat yang dapat membebaskanmu dari kutukan. Namun, perjalanan itu tidak akan mudah. La Mancha dijaga oleh berbagai monster dan bahaya lainnya," jelas Arion.
Aku mengangguk, merasa beban tanggung jawab semakin berat di pundakku. Meskipun demikian, aku tahu bahwa aku harus melanjutkan perjalanan ini demi membebaskan diri dari kutukan yang mengancam hidupku.
"Apakah ada cara untuk mengurangi dampak kutukan ini sementara kita dalam perjalanan?" tanyaku.
"Memang ada beberapa ramuan dan teknik yang dapat membantu meredakan gejala kutukan sementara waktu. Aku akan memberikanmu beberapa ramuan yang dapat membantumu mengendalikan hasrat untuk membunuh dan mengurangi dampak fisik dari kutukan ini. Namun, ini hanya solusi sementara," kata Arion sambil mengeluarkan beberapa vial kecil dari saku jubahnya.
Arion menyerahkan beberapa vial berisi ramuan yang berwarna-warni. Aku menerima mereka dengan tangan yang masih bergetar.
"Terima kasih, Arion. Aku sangat menghargai bantuanmu," kataku dengan tulus.
"Jangan terburu-buru berterima kasih. Masih banyak yang harus kita lakukan," jawab Arion dengan senyum kecil. "Sekarang, kamu harus beristirahat dan mempersiapkan diri untuk perjalanan yang akan datang."
Arion melangkah mundur dan memberikan ruang bagiku untuk beristirahat. Aku menatap ramuan-ramuan tersebut dan merasa sedikit lebih tenang, tetapi masih ada kekhawatiran di dalam diriku.
•••
Keesokan harinya, aku bangun lebih awal. Cahaya matahari pagi yang lembut menembus jendela kamar, memberikan kehangatan pada suasana yang dingin. Aku memutuskan untuk memeriksa persiapanku untuk perjalanan mendatang. Aku melihat beberapa pakaian dan perlengkapan yang telah disediakan oleh Serena. Pakaian tersebut terlihat nyaman dan sesuai dengan kebutuhan perjalanan.
Setelah mengenakan pakaian dan mempersiapkan perlengkapan, aku keluar dari kamar dan menuju ruang makan. Di sana, Rein dan Serena sudah menungguku. Mereka tampak siap untuk berangkat.
"Selamat pagi, Shay. Bagaimana tidurmu?" tanya Serena dengan senyum ramah.
"Selamat pagi, Serena. Tidurku cukup baik, terima kasih. Aku siap untuk memulai perjalanan," jawabku dengan semangat yang mulai tumbuh.
"Bagus. Kami akan berangkat secepatnya," kata Rein sambil memeriksa peta yang tergeletak di meja.
Serena mengangguk setuju. "Kita juga akan membawa beberapa pelayan untuk membantu kita di sepanjang perjalanan. Mereka akan memastikan bahwa kita memiliki semua yang kita butuhkan dan membantu jika ada masalah di jalan."
Kami segera meninggalkan istana dan memulai perjalanan menuju La Mancha. Hutan yang luas dan dingin mengelilingi kami saat kami melangkah keluar dari gerbang istana. Udara segar pagi hari menyegarkan, tetapi aku bisa merasakan ketegangan yang menggelayuti setiap langkahku.
Ketika kami berhenti sejenak di sebuah pos pemberhentian, Rein menghampiriku dengan wajah serius.
"Shay," kata Rein dengan nada serius. "Ada sesuatu yang ingin ku bicarakan denganmu."
"Apa itu, Rein?" tanyaku, merasa sedikit cemas.
"Seperti yang kamu tahu, kita sedang dalam perjalanan menuju La Mancha untuk mencari Aegis. Namun, perjalanan ini tidak hanya tentang obat untuk kutukanmu. Aku juga memiliki kutukan yang harus kuatasi. Setiap bulan purnama, mataku berubah merah, dan aku kehilangan kontrol. Ramuan yang diberikan Arion, meskipun membantu, tidak sepenuhnya mengatasi masalah ini," jelas Rein.
Aku mendengarkan dengan seksama, merasakan beratnya beban yang dibagi oleh Rein. "Apa yang kamu maksud?"
"Karena kita berdua memiliki kutukan dan ramuan yang serupa, aku merasa ada koneksi antara kita. Mungkin perjalanan ini akan membantu kita menemukan solusi bukan hanya untuk kutukan kita, tetapi juga untuk saling memahami lebih dalam. Aku ingin kamu tetap bersama kami selama perjalanan ini," kata Rein dengan penuh keyakinan.
Aku merenungkan kata-kata Rein sejenak. "Jadi, kamu ingin aku tetap bersama kalian bukan hanya untuk menemukan Aegis, tetapi juga untuk saling mendukung satu sama lain?"
"Benar. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dalam perjalanan ini, tetapi kita akan saling membantu dan mendukung. Aku percaya kita bisa mengatasi semua ini bersama-sama," jawab Rein dengan tatapan serius.
Aku mengangguk, merasakan rasa tanggung jawab yang semakin besar. "Baiklah, Rein. Aku akan tetap bersama kalian. Kita akan menghadapi perjalanan ini bersama-sama dan mencari cara untuk mengatasi kutukan kita."
Rein tersenyum dengan lega. "Terima kasih, Shay. Aku menghargai keputusanmu."
Kami melanjutkan perjalanan kami dengan semangat baru. Dengan setiap langkah yang kami ambil, aku semakin yakin bahwa perjalanan ini bukan hanya tentang mencari obat untuk kutukan, tetapi juga tentang menemukan kekuatan dalam diriku sendiri.
•
•
•⋆ Please bantu support author
Dengan Vote dan tambahkan ke daftar bacaan kalian, Thank You. ⋆
KAMU SEDANG MEMBACA
RED SNOW
Teen FictionFluttershay atau bisa di panggil Shay adalah seorang yatim piatu, ia di besarkan di panti asuhan sejak masih bayi. Shay selalu penasaran siapa sosok orang tua nya, sudah 10 tahun ia mencari orang tua nya ke berbagai tempat, dan selalu mencari kesem...