8

70 12 0
                                    

Setelah kurang lebih istirahat selama 1 jam, Givano membangunkan Kaira untuk pulang, karena teman-temannya sudah menunggu diparkiran.

"Lo serius bisa jalan?." Tanya Givano.

Sungguh Kaira sudah muak dengan pertanyaan Givano barusan, maka dia pukul lengan laki-laki itu.

"Gue gak lumpuh ya, Van. Yang sakit itu kepala gue bukan kaki gue." Ucap Kaira kesal.

Bukannya bersalah Givano membalas omelan Kaira dengan cengiran khasnya. "Ya sorry gue khawatir soalnya." Ucap Givano. Kaira hanya berdehem saja.

Begitu sampai diparkiran, Keduanya menghampiri teman-teman mereka yang berada tak jauh dari mobil Givano.

"Kalian, anterin kita ke rumah Kaira aja. Soalnya kita bakalan nginep disana." Ucap Fabella.

"Biar gue sama Givan aja yang nganterin mereka. Searah juga soalnya."  Ucap Jean.

Dipta dan Aska mengangguk setuju, Givano masuk ke dalam mobilnya, begitu juga dengan yang lainnya.

Mobil Fabella pun berjalan, diikuti Givano dan Jean kearah yang sama. Sedangkan Aska dan Dipta menjalankan mobilnya kearah yang berbeda.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, akhirnya mereka sampai diparkiran sebuah apartemen mewah. Kaira turun dari mobil begitu juga dengan yang lain. Perempuan itu menghampiri Givano yang menyenderkan badannya ke pintu mobil. Diikuti oleh ketiga temennya.

"Kalian mau mampir dulu atau langsung pulang?." Tanya Kaira.

Gavino dan Jean kompak menggeleng "gausah, kita langsung pulang. Masih ada urusan gue." Ucap Givano.

"Yaudah hati-hati." Kedua laki-laki itu mengangguk lalu keduanya masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan apartemen itu. Sedangkan keempat perempuan itu langsung masuk ke dalam apartemen.

Saat di pertigaan Givano dan Jean berpisah. Jean ke kanan, sedangkan Givano lurus.

Givano fokus kedepan, sesekali laki-laki itu ikut bernyayi, sebab dia memutar lagu kesukaannya. Saat di belokan matanya menyipit ketika melihat lima orang laki-laki menghadang dirinya.

"Dewa?." Monolognya.

Mau tidak mau Givano menghentikan mobilnya. Dia keluar dari mobil dan menatap kelima orang itu dengan datar.

"Mau ngapain lagi sih lo?." Tanya Givano.

"Habisin lo disini." Ucap Dewa.

"Hajar dia." Imbuhnya.

Keempat orang itu maju secara bersamaan untuk menghajar Givano. Tentu saja laki-laki itu menghindar, dia membalas pukulan mereka, namun karena paginya tadi dia berkelahi dan badannya sedikit sakit dan remuk. Dia terjatuh akibat tendangan salah satu mereka yang mengenai pinggangnya.

"Arghh!." Ringisnya.

Dewa menghampiri Givano dan memberikan pukulan di area wajah Givano, membuat laki-laki itu melindungi wajahnya dengan kedua lengannya.

Setelah Givano tidak berdaya, Dewa mencengkram dagu laki-laki itu dengan kuat. "Ini akibatnya karena lo udah main-main sama gue." Ucap Dewa.

"Cabut dari sini." Perintahnya pada anak buahnya.

Kelimanya pergi dari sana meninggalkan Givano ditengah jalan yang sepi. Laki-laki itu berusaha untuk bangun tapi tidak bisa. Akhirnya dia pingsan. Tapi sebelum pingsan laki-laki itu memanggil nama Kaira dengan pelan. "Kaira." Panggilnya pelan,

Matahari sudah tenggelam beberapa jam yang lalu, tergantikan dengan bulan yang menyinari bumi saat ini.

Seorang laki-laki tengah mengerjap berkali-kali, matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Kedua mata itu mulai terbuka dan melihat ke sekeliling, dahinya mengerut ketika menyadari jika dirinya berada di rumah sakit.

Twilight Is UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang