9

80 12 1
                                    

Seorang laki-laki tengah menangis di sebuah brangkar seorang perempuan. Dirinya menggeleng kuat ketika para suster mencabut semua alat medis yang masih terpasang dibadan seorang perempuan.

"Engga, Natta gak akan ninggalin gue. Dia udah janji bakalan bareng sama gue terus, Dipta bilang sama suster sama dokter Natta gak akan ninggalin gue." Ucap nya dengan marah bercampur dengan air mata.

"Lo harus ikhlas, Van. Ikhlas, Zura udah gada." Sahut Dipta, dia berusaha menenangkan sahabat nya dengan cara memeluk Givano dengan erat.

Gavin masih teguh pada pendiriannya dengan sambil menggelengkan kepalanya dia mengatakan. "Natta gak akan ninggalin gue."

Tepat setelah Givano mengatakan itu, kedua matanya terbuka, peluh keringat langsung membanjiri wajahnya., rupanya dia bermimpi.

Dia bangun perlahan dan mengatur deru napasnya. Dia menghela napas dengan lalu mengusap wajahnya.

"Mimpi itu lagi." Ucap Givano dengan pelan.

Sebenarnya itu bukan lah mimpi, melainkan kejadian yang terjadi 3 tahun yang lalu, dimana dia harus kehilangan separuh jiwanya. Dia adalah Azura Genatta, perempuan yang begitu cantik dan lugu. Dia adalah sumber kebahagiaan Givano Reizandra. Dia adalah hidup, nafas dan juga cintanya.

Givano mengambil sebuah pigura foto yang memang berada di samping tempat tidur apartemen nya. Mengelus pelan wajah perempuan yang begitu dia cintai setelah sang Mama tentunya.

"Na, sampai sekarang aku belum bisa nerima kepergian kamu. Kamu perginya terlalu mendadak saat itu." Mata Givano sudah berkaca-kaca.

"Padahal, aku udah nyiapin kado buat kamu." Sambungnya.

Givano ingat sekali, saat itu dirinya dan Azura tengah menjalani hubungan jarak jauh. Kedua orang tua Azura mengajak Azura berlibur ke Jogja. Alhasil keduanya berjauhan.

Flashback

"Kamu janji kan besok jemput aku ke bandara?." Tanya seorang perempuan pada Givano.

"Jadi dong, sayang. Emangnya besok kamu sampai jakarta jam berapa?." Tanya Givano.

"Gak terlalu malam sih, yang. Paling jam 7. Soalnya kita flight jam 5." Ucapnya.

"Oke aku jalan ke bandara jam setengah 7 kalo gitu."

"Oke sayang, see you besok ya." Givano mengangguk sambil tersenyum sumringah.

Dua minggu berpisah dengan sang pacar, membuat rindu yang teramat hinggap di hatinya. Selama menjalin hubungan dengan Azura, keduanya tidak pernah berjauhan. Sedetik berjauhan Givano akan mencari keberadaan Azura.

"Kalo aku gada nanti, kamu gimana deh sayang. Gak kebayang nanti aku." Kata Azura sambil terkekeh pelan.

"Ngapain ngebayangin sih? kita akan selalu bareng-bareng, sayang. Aku gak akan ngebiarin siapapun misahin kita." Ucap Givano tegas.

"Iya deh, aku percaya."

Flashback off

"Aku gak nyangka, kalo yang akan misahin kita adalah pemilik semesta itu sendiri." Givano menangis di malam itu, dia begitu kehilangan sosok Azura. Sosok penyabar, perhatian, dan peka. Dialah orang yang selalu menjadi tempat berkeluh kesah ketika dunia tidak memihak Givano sama sekali.

"Kamu pergi disaat aku masih mencintai kamu, Na. Walaupun sudah 3 tahun yang lalu, hati, cinta, raga dan perasaan aku masih milik kamu. Kamu punya tempat tersendiri di hati aku, dan percayalah itupun yang paling besar." Ucap Givano sambil menatap bingkai foto itu. Setelahnya Givano memeluk bingkai foto itu dan membawanya ke alam mimpi kembali.

Twilight Is UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang