KE- SATU

393 33 2
                                    

Seseorang perempuan bertubuh tinggi duduk di kursi belajar nya sambil memainkan jam pasir yang sudah satu hari ini dia bolak balikan. Matanya menatap bagaimana rumus rumus telah dia tuliskan di buku catatan, tangan kiri nya sedang menggenggam erat polpen hitam yang selalu dia gunakan setiap menyatat catatan apapun yang telah dia dengarkan dari balik layar komputer yang memperlihatkan seseorang berpakaian jas lengkap sedang mengajarkan bagaimana cara menyelesaikan rumus atau permasalahan dari sebuah perusahaan.

Ceklek

" Non sudah makan?". Seorang pembantu tua datang menghampiri nya yang hanya diam dan meletakkan kembali jam pasir itu di tempat semula dekat rak buku minimalis miliknya

Mbok sri datang dan mengelus lembut rambut belakang sang majikan yang hanya diam dan fokus kembali pada pembelajaran nya, laptopnya dia biarkan menyala memperlihatkan ppt yang belum selesai dia buat. Dengan tersenyum haru mbok sri mengelusi rambut panjang itu dengan lembut.

" Mbok ambilkan makanan ya untuk non, ini sudah jam sepuluh malam non". Wanita itu diam saja tidak menghiraukan tapi mbok sri memilih mengangguk mengerti

Sedari dulu mbok sri sudah bekerja di kediaman keluarga besar BARTHANA semua rasa pahit manis keluarga ini dia tau bahkan sedari wanita yang sedang dia elusi ini bayi pun memang mbok sri lah yang merawatnya. Wanita tinggi yang tumbuh menjadi wanita pendiam dan tangguh ini memang terlihat misterius karena sedari dulu dia tidak pernah dianggap ada.

Keluarga barthana memiliki tiga Orang anak yang dimana dua orang pria kembar dan satu orang wanita, anak pertama bernama partama barthana yang sudah berusia 30 tahun sedangkan yang kedua bernama Dimas barthana yang umurnya sama dengan sang Abang dan mereka sudah memiliki keluarga.
Sedangkan anak terakhir atau sih bungsu bernama arlisa virtha barthana. Anak terakhir yang memiliki kasih sayang paling sedikit

Sebelumya Lisa tidak terlalu tertutup tapi saat setelah kakek nya meninggal jadilah dia seperti ini sekarang yang memilih menutup diri, sejak dulu home schooling di terapkan keluarganya karena mengetahui jika putri mereka mengidap penyakit langka yang dimana dia tidak mampu merasakan sakit. Sejak bayi ketiga mereka lahir dari situlah keluarga menolak kehadiran anak perempuan ini tapi tidak dengan kakeknya yang bersikeras untuk membesarkan cucu kecilnya tapi saat umur Lisa masih 10 tahun sang kakek malah pergi meninggalkan nya

" Mbok". Suara lirih itu memangil

" Iya non".

" Papah minta Lisa untuk nurut sama mereka". Ucapan wanita itu membuat mbok sri sedikit berfikir bingung apa maksud dari ungkapan ini

" Apa menurut mbok Lisa gak pernah nurutin kemauan mereka? ". Tanya nya lagi yang di geleng kan oleh mbok sri

" Non kan selalu jadi anak yang baik, selalu dengerin apa yang tuan dan nyonya perintahkan Emang tuan nyuruh apa lagi non?". Lisa berbalik dan menatap wajah sang mbok yang sudah dia anggap seperti ibu kandungnya

" Berubah". Ucap Lisa menatap dalam mata mbok sri yang keliatan bingung

" Emang non mau berubah jadi apa haha jadi itu yah apa namanya, yang sering anak den par bilang oh sih sipider". Ucap mbok sri mengingat tingkah anak dari pertama yang berusia 5 tahun

" Mereka mau Lisa ngubah diri mbok, jadi orang berbeda". Ucap Lisa berdiri dan berjalan kearah jendela yang masih memperlihatkan bagaimana suasana malam

" Maksudnya? ".

" Bang par sama bang Dimas kan sudah menikah dan papah lagi nyusun rencana supaya kekayaan keluarga barthana enggak habis mbok, dengan Cara menjodohkan Lisa dengan anak perempuan keluarga terpandang di Jakarta ini". Mbok sri membulatkan matanya kaget bagaimana bisa tuan besar memiliki pemikiran untuk mengubah Lisa menjadi jati diri yang lain jika akan menikahi perempuan berarti Lisa harus mengubah dirinya menjadi pria itu sangat menganggu pemikiran mbok sri yang tidak habis berfikir dengan tuan rumah

NOT MY IDENTITY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang