4. Pemaksaan Yudha

9 0 0
                                    

"Itu, Mas Arkan kenapa, An? Apa kalian bertengkar lagi?" tanya Laras yang memang merasa aneh dengan sikap kedua rekan kerjanya itu.

'Siapa yang bertengkar, Ras? Mas Arkan itu mikirin kamu sampai sekarang. Sayang, kamu malah milih Pak Tentara yang gila sama mantan istrinya.'

Ana mengatakan dalam hati sambil menatap miris pada Laras yang kini sedang melayani pengunjung. Ana tidak menjawab dan langsung meninggalkan kasir. Ia memilih sibuk di bagian etalase minuman yang letaknya jauh dari kasir. Ana tidak mau banyak bicara dulu pada Laras karena kemarin petang tidak sengaja melihat Yudha cek in di salah satu hotel besar  bersama mantan istrinya.

Pukul sembilan malam, Laras baru saja selesai bekerja. Ia lantas mengemasi semua barang-barang dan memasukkan ke dalam tas ransel kecil. Tas lawas yang dulu dipakai saat masih bersekolah. Sebuah tas berharga yang diberikan oleh mendiang ayah angkatnya.

"Ras, hitungan uang sama barang yang keluar udah pas semua?" tanya Arkan membuat Laras menoleh lalu mengangguk sebagai jawaban.

Hening, bingung ketika hanya berdua dengan Laras. Rasa itu belum sepenuhnya padam dan justru sebaliknya. Arkan ingin memiliki Laras. Akan tetapi, kenyataan menyadarkan laki-laki tampan dengan tubuh atletis; Laras adalah istri dari Yudha. Pun dengan Laras yang membuat tembok tinggi antara mereka berdua sejak dulu meski keduanya akrab.

"Kamu pulang dijemput atau ...?" Laras menoleh mendengar pertanyaan dari Arkan.

"Aku naik ojol, Mas. Udah pesan, ini udah di depan," kata Laras sambil menunjukkan aplikasi pesan pada Arkan.

Kecewa. Arkan ingin mengantarkan Laras pulang saat ini. Ia ingin mengatakan banyak hal pada wanita yang wajahnya menyimpan banyak kesedihan. Hanya saja, Laras tidak mau mengatakan pada siapa pun. Ia tidak terbiasa mengadukan masalah yang menimpa pada orang lain.

"Laras!" Suara bariton itu membuat Laras dan Arkan menoleh secara bersamaan.

Yudha sudah berdiri di depan mereka berdua dengan wajah tampak menahan amarah. Laras hanya bisa mengembuskan napas. Beruntung, tak lama ojek online pesanan Laras datang. Kali ini, Laras tidak mau dijemput oleh Yudha.

"Duh ... maaf ninggalin kalian berdua semenit. Aku baru selesai kunci gudang sama Aldo," kata Ana dan membuat Yudha terkejut.

Sebagai laki-laki, Yudha paham jika laki-laki yang berdiri disamping Laras mempunyai perasaan lebih pada sang istri. Akan tetapi, Laras selalu mengatakan jika Arkan adalah kekasih Ana. Laras selalu berpikir jika kedua teman kerjanya itu ada hubungan. Oleh sebab itu, ia selalu menghindari Arkan.

"Aku duluan, ya. Itu ojolnya sudah datang," kata Laras menunjuk ke arah pengemudi ojek online dengan jaket hijau.

Yudha langsung mengekori Laras dari belakang. Ia mengambil uang berwarna biru dan menyerahkan pada pengemudi ojek online itu. Lantas, Yudha memegang lengan tangan Laras dengan kuat. Ia ingin sang istri ikut bersamanya di mobil.

"Aku duduk di sini saja, Mas." Laras membuka pintu kursi penumpang di belakang kursi sopir.

"Aku kaya sopir kamu, dong. Nggak usah aneh-aneh." Yudha mulai kesal dengan ulah sang istri saat ini.

"Mas, aku pengen duduk di sini. Bukankah tempat duduk itu milik Mbak Nadira? Aku bahkan selalu duduk di sini ketika kalian pergi bersama anak-anak dan aku pengasuh dari Kayla dan Arash," kata Laras menohok membuat Yudha terdiam seketika.

Yudha memang tidak tegas ketika mereka semua akan pergi. Ia membiarkan Laras yang istri sahnya duduk di belakang bersama kedua anaknya. Dalih yang dipakai oleh Nadira, adalah agar cepat punya momongan. Yudha percaya saja dengan ucapan sang mantan istri.

"Ras ... aku ...." Yudha gugup saat melihat wajah Laras yang saat ini murung.

Laras tidak menunggu sang suami melanjutkan ucapannya dan langsung masuk ke dalam mobil di belakang kursi sopir. Ia segera menutup pintu dan menguncinya. Yudha hanya bisa mengembuskan napas kasar saat ini. Baru kali ini, Laras menunjukkan protes padanya setelah hampir dua tahun menikah.

"Ras ... kamu udah makan?" Yudha menoleh ke arah sang istri yang kini menatap ke arah jendela luar.

Laras tidak menjawab sama sekali. Lapar? Entahlah, ia bahkan belum makan sejak tadi pagi. Perut kosong dan hati juga kecewa membuat lupa dengan rasa lapar. Saat jam istirahat tadi, Laras hanya minum air putih yang dibawanya dari rumah.

"Ras ... aku lapar. Gimana kalo kita mampir makan dulu. Udah lama kita nggak ke warung ayam goreng tempat kita pernah ketemu dulu." Yudha masih saja mengoceh sambil menyalakan mesin mobil.

Tanpa menunggu jawaban Laras, Yudha langsung mengemudikan mobil menuju ke salah satu warung lesehan. Laras hanya diam saja dan malas protes. Mendadak, Yudha menghentikan mobil. Tanpa berpamitan pada Laras, Yudha pun keluar dari mobil.

'Selalu saja begitu.'

Laras pun keluar dari mobil sang suami dan segera mencari ojek online. Ia tidak peduli jika Yudha marah nantinya. Hatinya sangat sakit saat ini. Yudha tidak akan paham apa yang dirasakan oleh Laras.

Bersambung

Novel ini ada di Innovel sudah bab 21 dan Gratis di sana. Cuzz ke aplikasi ya

Suamiku Gagal Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang