2. Bingung

12 2 0
                                    


Pagi ini, Laras tidak bisa menghubungi Yudha sama sekali. Kedua anak Yudha dari pernikahan sebelumnya sudah sangat rewel. Sebab, Papa mereka menjanjikan jika pagi ini akan diajak jalan-jalan sebelum berangkat ke kantor. Nihil, hingga pukul sembilan pagi, Yudha belum datang.

"Sabar, ya? Gimana kalo kita jalan-jalan dulu ke taman dekat dengan kompleks sini? Ibu akan belikan jajanan buat kalian," kata Laras mencoba menenangkan kedua anak sambungnya itu.

"Nggak mau, Bu. Coba hubungi Papaku lagi. Pasti nyambung sekarang. Masa, iya, Papa langsung ke kantor?" tanya si sulung--Kayla sambil merengek.

Ya, anak perempuan berusia lima tahun itu menunggu sang papa. Kemarin sore, mereka dijemput oleh Yudha di rumah Nadira. Mereka sangat senang karena bisa bertemu dengan papa mereka. Setidaknya, mereka bisa berjalan-jalan bersama dengan Laras.

Bukan hal mudah bagi Laras mendekati dua anak Yudha dari pernikahan terdahulu. Kedua anak itu, Kayla dan adiknya--Arash, menolak keberadaan ibu sambung. Mereka tidak percaya jika ibu sambung mereka baik. Laras membuktikan jika tidak semua ibu sambung itu jahat dan kini membuahkan hasil.

"Gimana, Bu? tanya Kayla yang sudah meneteskan air mata.

"Maaf, ya, Kayla, nomor Papa, nggak aktif. Mungkin ponsel Papa kehabisan daya dan lupa mengisinya." Laras menjelaskan dengan sabar pada Kayla yang kini tampak sangat kecewa.

"Aku mau pulang saja, Bu. Aku nggak mau lagi ketemu, Papa kalo gini," kata Kayla yang sudah kesal karena sang papa tidak menepati janjinya kemarin sore.

Laras mengembuskan napas panjang saat ini. Jika Kayla mood-nya sudah hancur, maka akan sulit untuk mengembalikannya. Laras tidak tahu apa yang terjadi saat ini.  Perasaan khawatir jelas ada karena sang suami sama sekali tidak ada kabar sejak kemarin sore. Laras takut hal buruk terjadi pada sang suami.

"Kita tunggu sebentar lagi, ya? Siapa tahu, Papa, sedang dalam perjalanan," bujuk Laras sambil mengusap air mata anak sambungnya dengan lembut.

"Nggak mau! Aku mau pulang!" Kayla kini menangis histeris.

"Kenapa anakku dibuat menangis? Kamu apain mereka?!" Bentakan Nadira membuat ketiga orang itu terkejut.

Entah sejak kapan, Nadira ada di dalam rumah Yudha saat ini. Tak lama, Yudha masuk dan menatap ke arah dua wanita dewasa itu. Kayla tampak langsung berlari dan memeluk sang mama bergantian dengan sang papa. Yudha menatap Laras dengan tatapan tajam.

"Mana yang sakit?" tanya Nadira yang sengaja ingin agar Yudha memarahi Laras saat ini.

"Mbak, Kayla nangis karena menunggu, Papanya. Saya nggak ada buat apa-apa sama Kayla juga Arash," kata Laras dengan jujur agar tidak ada salah paham.

"Lihat, Mas, dia malah bela diri. Itu yang bikin Mama kamu benci setengah mati. Udah nggak berpendidikan, galak pula sama anak kita." Nadira sengaja mengadu domba sang mantan suami dengan istrinya.

Laras jelas terkejut mendapatkan tuduhan itu. Ia sama sekali tidak siap dengan tuduhan-tuduhan keji itu. Sungguh, wanita yang tahun ini genap berusia dua puluh dua tahun itu tidak bisa mengatakan sepatah kata pun. Yudha bahkan sepertinya juga ikut curiga dan tidak membela sang istri.

"Ma-Mas ... aku hanya membujuk Kayla agar mau menunggu Mas, pulang karena sejak kemarin sore, ponsel Mas Yudha nggak aktif sama sekali," kata Laras gugup dan takut jika sang suami marah karena tuduhan dari Nadira.

"Kamu lantas mau percaya sama dia? Sementara anak kita udah nangis kejer gini?" Nadira masih saja mengoceh saat ini.

"Sudahlah, kita bawa Kayla dan Arash keluar lalu aku antarkan kalian pulang," kata Yudha tanpa menatap ke arah sang istri.

"Ma-Mas ... aku ikut, ya?" Laras berusaha meraih tangan sang suami, tetapi nahas, Heru justru menghempas tangan Laras hingga sang istri jatuh terduduk saat ini.

Deru suara mesin mobil milik Yudha meninggalkan halaman rumah. Laras hanya bisa menatap dari depan pintu saja. Sudah pasti, Yudha akan marah nanti. Sang suami langsung percaya ucapan Nadira jika itu berhubungan dengan anak-anak mereka.

"Ras, kamu baru datang ke sini kok udah ngelamun?" Ana mendekat pada Laras yang sejak tadi murung. "Kamu harusnya datang nanti jam satu siang, ini masih jam sebelasan loh," kata Ana mengingatkan Laras.

Setelah masalah tadi pagi, Laras memutuskan untuk ke supermarket tempatnya bekerja. Menangis tidak akan menyelesaikan apa pun. Yudha juga akan tetap marah padanya nanti. Laras hanya tersenyum saat mendengar pertanyaan Ana.

"Iya, aku di rumah sepi, An. Makanya aku ke sini cepat," kata Laras sengaja mengalihkan obrolan itu.

Diam-diam, ada laki-laki yang mengepalkan tangan. Laki-laki itu paham jika Laras berbohong saat ini. Pasti ada masalah dengan Yudha. Laki-laki itu seolah sengaja memanfaatkan Laras sebagai pengasuh kedua anaknya.

Naskah ini sedang On going di INNOVEL dan GRATIS dengan judul dan napen yang sama. Cuzz, ke Innovel sudah bab 18

Suamiku Gagal Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang