"Bapak tenang aja nanti pasti ada jalan keluar jika aku sudah masuk di sekolah itu." Aeni menenangkan sang Ayah ketika lelaki paruh baya itu sedikit ragu dengan keputusan anaknya.
Sebenarnya pak Sular mampu membiayai anak sulungnya itu apabila tidak ikut membiayai biaya kuliah adik angkat tangan sesuai dengan yang diinginkan orang tua angkatnya. Setelah anak pertama adalah istrinya memberikan semangat baru dia sama rasa sedikit lega.
"Baiklah, semoga nanti ada jalan keluar untuk biaya sekolah mana aja sampai selesai lulus SMA." Lelaki itu menghela nafas untuk menenangkan hatinya yang gundah.
"Bapak yakin saja semua akan baik-baik saja serahkan semua pada yang kuasa." Sang istri menghampiri sambil mengusap punggung suaminya itu.
Mereka tinggal di sebuah kampung, salah satu kabupaten di provinsi Jawa Tengah. Rumah mereka masih sangat sederhana, bagian dinding yang masih berbentuk batu bata yang tersusun rapi, pintunya masih menggunakan triplek dan bagian dapur masih menggunakan anyaman bambu. Sedangkan bagian lantai masih tanah liat. Halaman mereka tidak terlalu besar namun cukup untuk menjemur padi ketika mereka baru selesai panen padi.
Depan rumah mereka terdapat di pohon petai yang ukurannya sama yang besar. Pinggir halaman mereka terdapat tumbuhan tetehan sebagai pagar pembatas antara kebun dan jalan kampung. Sebelah pagar tanaman ada kebun kecil yang ditanami singkong dan pohon cokelat. Belakang rumah masih ada sedikit lahan ada satu buah pohon durian, pohon kelapa, beberapa pohon cokelat dan dua pohon melinjo. Ada kandang untuk memelihara beberapa ekor ayam yang mereka bisa jual ketika sedang membutuhkan uang mendadak. Hasil kapten terbaru di peta pada musim dingin juga sedikit membantu perekonomian keluarga. Pohon cokelat juga menghasilkan. Buah cokelat apabila sudah menguning akan dipetik dari pohon lalu di buka dan dikeluarkan bijinya. Cobalah dikeluarkan bijinya, biji-bijian itu harus di cuci dan dikeringkan baru bisa dijual. Terdapat banyak pohon jati dan juga pohon-pohon yang lain.
Selain petani, Bapak Sular juga merantau ke kota Semarang jika selesai musim tanam padi untuk mencari penghasilan sebagai pedagang bakso keliling. Kehidupannya sangat sederhana.
*****
Tahun ajaran baru telah dimulai, Pak Sular melihat anak gadisnya sudah beranjak remaja. Aeni nama panggilan dikeluanya, gadis itu begitu semangat untuk segera berangkat ke sekolahannya. Aeni memakai baju putih lengan panjang beserta dasi, rok abu-abu lengkap dengan ikat pinggangnya. Jilbab putih melengkapi penampilannya sebagai siswa SMA favorit plus elit di kotanya. Walaupun seragamnya tidak baru, yaitu usahakan pemberian dari saudara jauhnya. Namun yang itu tidak menyurutkan semangatnya untuk pergi bersekolah demi cita-citanya.Jika murid lain menggunakan seragam baru, tas dan sepatu baru tapi Aeni tidak.
Tak selamanya masih layak dipakai, sedangkan sepatunya, sepatu lama dari kelas tiga SMP dulu yang masih muat untuk dipakai. Satu-satunya pakaian yang baru adalah jilbabnya karena jilbab yang lama sudah mulai pudar warnanya."Anak bapak cantikm banget." Pak sular memuji anaknya yang sudah rapi memakai seragam SMA nya. Ayah menanggapinya dengan senyuman.
"Sarapan dulu dan ini ke kamu nanti." Ibunya menghampiri dan menyerahkan sepiring nasi dengan lauk tempe goreng taburan bawang goreng. Sedangkan untuk bekalnya, dan sidang kotak makan dengan lauk telur dadar dan sambal bawang. Menu yang sangat sederhana namun sangat nikmat jika disyukuri.
Setelah selesai menyantap sarapan, Aeni
Segera berangkat diantar bapaknya menggunakan motor tuanya menuju tempat pemberhentian bus di desa seberang. Caranya cukup jauh, sekitar satu kilometer. Jika berjalan kaki Aeni harus berangkat lebih pagi lagi.Bastian nama Dwi marga utama sudah berhenti di depannya. Aeni segera berpamitan pada bapaknya. Perjalanan menggunakan besi itu memerlukan waktu sekitar tiga puluh menit untuk sampai di dekat sekolahannya. Setelah membayar ongkos Aini turun dari turun dari bus terlalu banyak berjalan raya udah melanjutkan jalan kaki sekitar dua ratus meter untuk sampai ke sekolahnya.
Gerbang SMA favoritnya begitu yang megah sudah terlihat di depannya, Aeni memasuki halaman sekolah dengan semangat. Kakak kelas sudah menyambutnya di halaman sekolah. Halaman sekolahan yang begitu luas dengan cat warna-warni serta ada taman-taman cantik di setiap depan kelas masing-masing. Ada lapangan basket di di sebelah selatan agak jauh dari halaman utama sekolahan ini. Sebelah lapangan basket ada parkiran khusus sepeda motor untuk siswa, maklum kebanyakan yang sekolah di sekolah ini adalah anak orang kaya. Seperti anak anggota DPR, anak pengusaha, anak petugas Bank, anaknya camat dan ada juga anak bupati. Meski demikian, Aeni tidak berkecil hati meskipun hanya anak dari petani dan penjual bakso.
Masa orientasi sekolah atau yang biasa disebut MOS dilaksanakan beberapa hari. Salah satunya hari mereka membawa kartu nama yang berukuran besar terbuat dari kardus bekas dikalungkan didada mereka dengan tali rafia. Ya tidak memakai jilbab seperti ini disuruh menguncir dua kanan dan kiri serta beda merah putih sebagai pengikatnya. Sedangkan Aeni sendiri memakai pita merah putih untuk ikat kepala.
Mereka diajari baris-berbaris oleh kakak kelas, latihan mengibarkan bendera. Adek juga ya menunjukkan keterampilan bela diri sesuai dengan ekstrakurikuler di sekolah ini. Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 ini menandakan waktunya istirahat. Mereka segera berhambur dan menuju kantin sekolah untuk membeli makan ataupun hanya minuman.
"Kenapa kamu tidak ikut yang lain ke kantin?" Suara teguran dari salah satu kakak kelasnya. Aeni segera mencari arah suara itu.
"Tidak Kak, saya mau sholat duhur dulu nanti baru makan bekal." Jawabnya sambil merapikan peralatan yang tadi dipakainya.
"Oke, kalau begitu aku tinggal ya. Semangat." Ucapnya sambil mengepalkan memberi isyarat untuk menyemangati Aeni yang ditanggapi dengan senyum dan sebuah anggukan kepala. Kakak kelasnya itu yang sangat ramah padanya, dia sudah mengetahui jika gadis manis yang barusan disapanya itu masuk melalui jalur beasiswa.
Bersambung
892 kata
****
Alhamdulillah, hari pertama update sudah terlaksana. Setelah sekian lama tidak nulis akhirnya bisa nulis lagi.Teman-teman beri semangat aku ya. Jangan lupa bintang dan komennya untuk cerita baruku ini. Doakan aku bisa rajin nulis sampai kata tamat nanti tersemat.
Ramaikan even Karma 2024 kali ini. Terimakasih
Semoga sehat selalu untuk yang sudah baca cerita ini aamiin 🤲
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMUS CITA-CITA
ChickLitFani Nugraeni berhasil mengalahkan beberapa siswa pintar yang mendapatkan beasiswa ke sekolah itu. Karena hanya satu murid putra dan satu murid Putri untuk setiap sekolahan favorit. Setelah beberapa bulan mengikuti pelajaran, mulai terjadi kesenjang...