1

278 24 3
                                        

Pagi yang indah untuk mengawali hari, namun tidak dengan seorang pemuda yang berada di atas kasur miliknya, ia memijit kepala nya, tak terduga dengan hal diluar Nalar yang menimpanya.

Ia terbangun dan mendapat ingatan pemuda yang sekarang menjadi tubunya, namanya fahlan delson, bungsu yang tidak disukai semua orang, karena berbeda, bodoh, nakal, dan suka membully.

Itu adalah Lian, dia dengan lesu beranjak dan masuk ke kamar mandi untuk bersiap ke sekolah.

.

.

.

"Wajahnya memang tampan, dan sedikit imut lah, tapi kenapa harus pendek, hey, setidaknya biarkan aku merasakan tinggi." Lian berdecak tak terima, tidak dulu tidak sekarang dirinya tetap dengan tinggi yang sama.

"Ahh, apa yang harus ku lakukan ketika berhadapan dengan keluarganya? Padahal udah seneng mau nyusul ibu, huh buat beban aja". Lian berbaring sebentar meratapi nasib lalu mulai bangkit mengambil tas sekolah dan beranjak untuk turun (kamarnya di lantai 2).

Saat tiba di tangga dan hendak turun, Lian bertemu seseorang yang menatapnya dengan tajam, ia berdecak lalu meninggalkan Lian, Lian membola matanya dan ikut berdecak mengikuti orang yang tadi berpaspasan dengan nya.

Tiba di bawah, Lian melirik mereka yang tengah menyantap sarapan bersama, ingin ikut gabung tapi tubuh ini dibenci, kan jadi nggak enak, tapi perutnya begitu lapar.

Dengan helaan nafas yang berat, Lian pun pergi dengan rasa lapar di perutnya, diam diam seseorang yang tadi menyantap melirik Lian (sekarang Lian kita panggil fahlan)

"Pa, tumben anak itu benar cara berpakaiannya" ujarnya, itu adalah kakak kedua fahlan, axelion delson. Orang yang juga tadi berpaspasan dengan fahlan, dia heran dengan cara berpakaian Lian yang akhirnya rapi.

"Abaikan saja" ucap sang kepala keluarga, Graham delson. Axel pun menyantap kembali makanan nya.

.

.

.

Fahlan memarkirkan motornya, tampak ia lihat orang orang menatapnya dengan pandangan merendahkan, ia tak peduli, dan lanjut berjalan mencari kantin.

Tiba di kantin ia pun segera memesan, kebetulan ia mendapat segepok uang di meja belajar tadi pagi.

Sedang asyik menyantap makanannya ia di buat terkejut dengan seseorang yang tiba tiba menyentuh bahunya, fahlan pun berbalik melihat orang tersebut.

"Lan, kok Lo malah disini sih? Kan udah janjian mau ke gudang belakang" ujar seseorang itu, fahlan menyengirt bingung, ia lalu membaca tag nama siswa tersebut.

"David wayline" gumam fahlan, orang itu (David) bingung dengan gumaman fahlan, dan dengan tidak sabar menarik tangan fahlan.

"Mau ngapain di gudang belakang?" Tanya fahlan, David berbalik menatap fahlan.

"Lo beneran lupa? Yaudah kesana aja biar Lo ingat, yang lain udah nunggu" david pun kembali menarik fahlan.

.

.

.

Setibanya di sana, fahlan melihat banyak anak anak disana, ia dapat mencium banyak benda nikotin yang tengah mereka hisap, tak hanya itu ada bahkan yang mabuk, dengan Mati Matian fahlan mencoba menahan sakit di kepalanya akibat menghirup asap benda nikotin itu, sedari dulu fahlan (Lian) tidak bisa mencium bau benda itu.

"Lah lan, tumben Lo rapi" ujar seseorang, semuanya sontak menatap ke arah fahlan.

"Lah iya, gua baru nyadar" ujar David sembari meneliti fahlan ujung ke ujung.
Fahlan tak peduli, rasa sakit di kepalanya semakin menjadi.

jadi bungsu? siapa takutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang