BAB 21: Curat Coret Kelulusan

19 5 0
                                    

"Apa ini yang kamu mau? Lepas dari aku agar kamu bebas?"

_Ilesha Mutiadaksa_


•••🦋•••

Ketiga gadis itu berdiri di depan gerbang sekolah, memandangi gedung yang telah mereka tinggalkan selama beberapa minggu. Rasa nostalgia menguar di antara mereka. Masing-masing merasa tersentuh melihat tempat yang penuh kenangan itu. Mereka saling pandang sejenak, berbagi senyuman tipis yang penuh makna, sebelum akhirnya melangkah masuk ke area sekolah dengan langkah yang seiring.

Mereka terhenti sejenak, menikmati pemandangan para adik kelas yang sedang beraktivitas, menjalani hari-hari sekolah seperti yang pernah mereka lakukan. Ada yang sedang bercanda di lorong, ada yang sibuk membaca di perpustakaan, dan ada pula yang bermain di lapangan. Rasa rindu mengalir deras, membanjiri hati mereka dengan kenangan masa lalu.

"Ternyata benar," salah satu dari mereka berbisik, "segala sesuatu itu ada masanya." Masa mereka di sekolah sudah selesai, tetapi kenangan dan pelajaran yang mereka dapatkan akan selalu menjadi bagian dari diri mereka.

"Masa kita udah habis," ujar Ayu menyahuti bisikan Ilesha.

Mereka melanjutkan langkah, menyusuri lorong-lorong yang pernah begitu akrab, merasakan kembali atmosfer yang pernah menjadi bagian dari keseharian mereka. Meski masa itu sudah berlalu, rasa syukur dan kenangan indah itu akan selalu abadi di hati mereka.

Ilesha, Ayu, dan Windi berdiri di depan kelas mereka yang telah lama tak mereka tempati. Pandangan mereka menyapu setiap sudut ruangan yang terasa akrab namun sekaligus asing. Kelas itu masih kosong, adik kelas belum menempatinya. Dengan perasaan senang bercampur haru, ketiga gadis itu melangkah masuk.

Setiap sudut kelas mereka pandangi dengan saksama. Meja dan kursi yang pernah menjadi saksi bisu perjuangan belajar mereka, papan tulis yang penuh dengan coretan catatan, dan lemari yang menyimpan banyak kenangan. Di sana, mereka pernah tertawa bersama, bersedih bersama, dan berbagi banyak momen berharga.

Tak ada salahnya, pikir mereka, wali kelas menyuruh kelas 12 IPS 2 untuk datang kembali ke sekolah hanya untuk memberikan rapor. Hari ini, seluruh kelas 12 IPS 2 diminta untuk mengumpulkan rapor mereka, karena dalam seminggu ke depan rapor itu akan diisi dengan nilai-nilai terakhir mereka.

Ketiga gadis itu duduk di bangku mereka yang biasa. Merasakan kembali atmosfer belajar yang dulu begitu mereka nikmati. Suasana kelas yang hening, hanya suara angin yang berbisik di luar jendela, membawa mereka pada kenangan masa lalu. Mereka tersenyum, menyadari betapa berharganya setiap momen yang telah mereka lalui bersama.

"Gue kira yang lain udah pada di sini anying," ucap Ayu, matanya menyapu ruang kelas yang masih sepi.

"Nyao ih, bukannya suruh kumpul tepat waktu ya? Kok mereka belum datang ya?" Ilesha mengerutkan kening, bingung.

"Ngaret barudak eta mah," ujar Windi sambil menutup kembali rapornya yang tadi sempat ia buka. Barudak yang Windi maksud itu adalah teman-teman mereka dari kelas 12 IPS 2, terutama para cewek-cewek.

"Ya udah we tunggu, lagian si Bapak juga kayaknya lagi ngajar dulu da, soalnya di kelas yang tadi kita lewatin teh sempet denger suaranya," kata Ilesha, mengingat suara wali kelas mereka yang terdengar dari ruang kelas sebelah.

Mereka mengangguk setuju, menyadari bahwa tidak ada yang bisa mereka lakukan selain menunggu. Mereka kemudian mengambil ponsel masing-masing, mencari kesibukan sembari menunggu wali kelas dan teman-teman mereka datang.

Ruangan kelas itu tetap sunyi, hanya sesekali terdengar suara tap-tap jari mereka yang mengetik di layar ponsel. Sinar matahari masuk melalui jendela, memberikan kehangatan dan menerangi meja-meja yang berderet rapi. Dalam kesunyian itu, kenangan-kenangan lama kembali muncul di benak mereka, tentang hari-hari penuh tawa dan belajar yang pernah mereka jalani bersama di kelas ini.

The Ephemeral (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang