warn: mature scene
Felix dan Thea sedang bergelung manja di atas ranjang sehabis melakukan aktiviras ranjang saat pewarta cuaca mengumumkan bahwa diperkirakan badai besar akan datang memporak porandakan kota.
Dua pasangan suami istri itu tampak tidak terlalu peduli. Felix sibuk menyelinapkan tangannya di balik selimut untuk menggoda buah dada istrinya, sedangkan Thea pikirannya menjadi bercabang akibat godaan Felix.
"Sayanggg," Thea merengek di tengah rasa nikmatnya. "Udahh emm ahhh. Felix!" Thea protes karena serangan tiba-tiba Felix pada puncak buah dadanya. "Pegel sayanggg."
Felix tidak mendengar, masih memainkan bulatan favoritnya. Ia genggam dua bulatan itu di masing-masing tangannya, tampak meneliti dengan rabaannya. "Gedean yang kanan nggak sih?"
"Mana ada?"
"Harus dicoba pake mulut sih ini. Wait–"
"No!" Thea menaikkan selimut sampai leher. Mencegah Felix melakukan aksinya. "Aku lapar oke? Si bayi juga lapar. Kami berdua lapar."
"Oke, then. Kita makan dulu." Thea lega. Tapi Felix tidak semudah itu. "Berarti sehabis makan ya?"
"Felix!"
*
Thea pikir setelah ia hamil dimana tubuhnya tidak lagi ideal, Felix akan berhenti tertarik pada tubuhnya. Tapi kenyataannya Felix justru semakin memuja Thea.
Saat dokter menyatakan bahwa kandungan Thea aman untuk melakukan percintaan, Felix langsung menyerangnya di mobil begitu mereka keluar dari pemeriksaan. Thea rasa Felix hanya sedang menyalurkan hasrat yang sudah ia pendam selama tiga bulan, tapi nyatanya setelah itu Felix semakin menggebu-gebu terhadap Thea.
"Kamu sengaja makan lama ya?" Felix menatap Thea curiga.
Thea mengerjap polos. "Enggak."
"Bohong."
Thea menggeleng. "Kamu yang nggak sabaran, Felix."
Felix mengambil nafas kemudian menghembuskannya. Thea mengelus pipi Felix, mengasihani suaminya yang sedang se-needy ini.
"Kamu nggak bosen emangnya? Siang, pagi, malem?"
"Mana bisa bosen sayang. Justru aku bakal kangen kalau besok kamu udah lahiran. Kamu sexy banget sayang pas lagi hamil gini."
Thea tersipu. Ia menunduk untuk menyembunyikan rona merah di pipinya. Ia memang selalu salah tingkah tiap kali mendapat pujian.
"Sekarang udah bisa kan?"
"Aku mau cuci piring."
"Nanti aja," Felix menempelkan tubuh mereka. Memeluk Thea dari belakang. "Rasain deh. I'm so needy honey."
"Oke fine. But first, let me taruh piring ini di tempat aman dulu. Keganasan kamu bisa bikin piring kesayangan aku pecah."
Felix tertawa. Istrinya memang lucu.
Thea menaruh piring bergambar angsa yang sudah pudar itu di bak cuci piring kemudian mencuci tangan. Ia menghampiri Felix lagi.
"Stop!" Thea mencegah Felix menciumnya.
Felix tampak tidak terima mendapat penolakan kesekian dari Thea.
"Jangan di dapur. Ini daerah kekuasaan aku."
"Fine." Felix mengiring Thea ke ruang tengah. Ia mendudukkan istrinya di sofa. "Udah kan? Jangan protes lagi. Cup."
Kecupan singkat Felix berubah menjadi lumatan. Sudah ribuan kali bercumbu dengan Felix pun gugupnya masih sama. Darah Thea berdesir tiap kali bibir Felix menyentuh miliknya.