Jungwon mematung di pintu kelas dengan perasaan campur aduk. Ia menyadari bahwa tahun ketiganya di SMA ini tidak ada yang berubah sama sekali.
Semuanya masih sama seperti dua tahun yang lalu, dimana Ia masih duduk di bangku kelas sepuluh. Dan ini adalah; mimpi buruk.
"Ngapain lo bengong di pintu?"
Jungwon menoleh, dan mendapati sosok cewek yang merupakan tetangga sebelah rumahnya, Jihan yang masih bersama backpack di punggungnya.
"Lo mau duduk dimana?" Bukannya menjawab, Jungwon justru balik bertanya.
"Lo kan gak mau duduk sama mantan temen sekelas. Duduk sama Chaeyeon atau Hikaru aja sana," Jihan memberi saran sebagai penolakan secara halus. Dan tanpa lagi mempedulikan Jungwon, Ia berjalan menuju sebuah meja di dekat jendela.
Jungwon diam sebentar, memperhatikan gerak gerik Jihan, sebelum pada akhirnya mengikuti kemana cewek itu pergi, lalu mengambil tempat kosong disebelahnya.
Sebelum Jihan mengomel, Jungwon buru-buru menyodorkan sebungkus coklat ukuran besar.
"Gue mending duduk sama lo yang setengah normal, daripada sama dua anggota baru itu yang jelas-jelas gak normal. Bisa ikut gila gue," Jungwon memberi penjelasan.
"Walaupun gak pernah sekelas, gue cukup kenal. Karena kebetulan, mereka dulu langganan nyusahin osis," tambahnya tanpa dusta.
"Lo ceritanya lagi bujuk atau nyogok gue nih?" Jihan bertanya, sekaligus meminta penjelasan dari status coklat pemberian Jungwon, "Gue gak makan sogokan."
Jungwon tersenyum kesal, "Bujuk lo. Biar lo mau duduk sebangku lagi sama gue," jawabnya jengkel.
"Gue gak masalah duduk sama siapa saja. Tapi kan yang masalah, lo sendiri. Cuman perkara duduk aja pilih-pilih," Jungwon tertohok.
"Gue gapapa duduk sama lo," gumamnya pelan. Ia pun mulai mengambil posisi duduk nyaman.
Baru ingin memejamkan mata sebentar sambil menunggu kelas dimulai, suasana yang sebelumnya tenang mendadak ramai kedatangan penghuni kelas ini berturut-turut dalam satu waktu.
Jungwon gagal tidur, apalagi secara tidak sengaja melakukan kontak mata dengan Jeongwoo yang berjalan menghampiri mejanya bersama wajah full ceria.
"Kalian duduk bareng lagi?"
"Lo buta?" jengah Jungwon. Ia muak sekali melihat Jeongwoo di kelas ini. Sialnya, Ia harus tertahan di kelas yang sama selama tiga tahun dengan cowok itu.
"Kita kan sama-sama gak mau sekelas lagi. Tapi, karena harus sekelas lagi, seharusnya lo cari orang baru buat duduk bareng dong," seru Jeongwoo panjang.
Jungwon mendesah kasar. Ia malas meladeni Jeongwoo dan segala celotehan gak jelasnya.
"Lo kalo patah hati, gak usah ajak-ajak dong. Makanya lain kali kalo duduk sebangku gak usah pake hati," celetuk Jihan dengan atensi yang tetap fokus ke coklat, tidak melihat ke lawan bicaranya sama sekali.
Jungwon yang mendengar sangat jelas celetukan Jihan barusan, reflek menoleh ke Jeongwoo. Ya, cowok itu kelihatan sekali seperti tertangkap basah.
"Jeongwoo? Lo?" Jungwon menodong Jeongwoo dengan tatapan penuh pertanyaan.
Dia sama sekali gak tahu menahu soal yang satu ini. Tapi Jeongwoo tidak memberi penjelasan apa-apa dan berlalu pergi begitu saja dengan wajah yang merah.
"Yang lo bilang tadi, bener?" Jungwon bertanya ke Jihan yang masih asik dengan coklatnya yang belum habis.
"Loh? Lo gak tau?" bukan Jihan, melainkan Hiyyih yang baru datang dan mengambil tempat di meja dibelakangnya yang melempar tanya balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
nolep.
Fanfictionjust a daily life as senior student in SMA. Tahun pertama, percobaan. Tahun kedua, penderitaan. Tahun ketiga, THE REAL ujian. Sekelas dulu, sekelas lagi, sekelas terus. "Apakah muka saya terlihat bahagia? Tentu saja.. tidak."