Hoam. Taesan menguap lebar, dan Ia menutupnya hanya dengan bersembunyi dibalik lipatan tangan.
Jujur, Ia tidak memiliki tenaga sama sekali, karena rasa kantuk yang teramat berat sampai untuk menahan mata agar tidak terpejam sulit.
Semangkok bubur ayam komplit yang berada di depannya pun sampai dingin akibat dianggurkan cukup lama olehnya.
"Gak makan, gue aduin ke Mama, kalo semaleman lo begadang main game,"
Taesan tersentak dari dunianya yang hampir terlelap, dan buru-buru meraih sendok lalu memasukan suapan pertama ke dalam mulut.
"Pedes banget sih, Bang? Lo mau bikin gue sakit perut??" protes Taesan meraih botol minum untuk menetralisir rasa pedas yang menjalar cepat di lidahnya.
"Lo kasih berapa sendok sambelnya??" Taesan lanjut bertanya ke sebelahnya, setelah menyegarkan tenggorokannya yang nyaris kebakar.
Sunghoon, atau yang dia panggil Abang itu, terlihat tidak peduli dengan pertanyaan Taesan dan tetap memakan bubur miliknya sendiri penuh khidmat.
Tapi, Taesan yang terus mengganggu ketenangan paginya yang indah bersama bubur ayam langganan ini, Sunghoon mau tidak mau meladeni sang adik yang duduk tepat disebelahnya.
"Sepuluh sendok makan penuh. Biar lo melek," jawabnya singkat.
"Anying lo, Bang. Lo nyiksa perut gue," gerutu Taesan tetap melahap bubur ayam miliknya sambil nangis, "Sialnya enak banget, bikin nagih."
Efek samping yang bisa bikin mata melek memang bekerja sangat cepat, tapi tidak dapat dipungkiri juga kalo perut Taesan mulai terasa tidak nyaman.
"Minum," Sunghoon menyodorkan sekotak susu uht plain yang langsung ditenggak habis oleh Taesan.
Setelah membuang kotak susu yang sudah kosong, Taesan berlari masuk ke dalam mobil lebih dulu sambil menunggu Sunghoon membayar bubur yang mereka makan tadi.
"Nanti pulang sama Sohyun. Gue pulang malem," seru Sunghoon yang baru masuk ke dalam mobil.
Taesan mendelik, "Siapa nama ceweknya, Bang? Lebih cantik dari yang kemarin gak?" tanyanya iseng.
Yang ditanya, tidak menjawab. Dengan kedua tangan yang sudah memegang setir, Sunghoon lebih fokus mengemudi daripada meladeni Taesan yang masih menggodanya.
"Enak banget jadi lo. Tiap tahun gonta ganti pacar padahal kualiatas muka masih bagusan gue," gumam Taesan mulai memperhatikan jalanan yang ramai dengan lalu lalang pengendara roda dua dan empat.
"Rumor apalagi yang lo denger itu? Gue baru punya mantan satu betewe," protes Sunghoon dengan mata yang tetap lurus ke depan menatap jalan.
"Berarti sekarang, lo beneran udah punya cewek baru dong?" Taesan nyaris menangkap Sunghoon, kalo saja cowok yang lebih tua dua tahun darinya itu tidak sedang fokus menyetir.
"Lo kalo suka, confess. Bukan posting status lagu kasmaran,"
Makjleb.
Taesan mendadak diam, tidak lagi mampu berkata-kata, selain lari dari kenyataan dengan bersiul tidak jelas.
"Baekseung sama Yunseo beneran gak mau nebeng?"
Taesan mengangguk kuat, sekaligus tersenyum lebar. Sunghoon memang paling top kalo soal mengalihkan topik.
"Lo gak suka satu cewek yang sama bareng mereka kan?"
Senyuman Taesan luntur, dan sepersekian detik sorot matanya menatap sang kakak tidak terima.
"Maksud lo apaan nanya kayak gitu, Bang?"
"Lo bertiga kan dari kecil lengket banget, kemana-mana bareng. Gak menutup kemungkinan kalo kalian bertiga bisa suka satu cewek yang sama," celoteh Sunghoon panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
nolep.
أدب الهواةjust a daily life as senior student in SMA. Tahun pertama, percobaan. Tahun kedua, penderitaan. Tahun ketiga, THE REAL ujian. Sekelas dulu, sekelas lagi, sekelas terus. "Apakah muka saya terlihat bahagia? Tentu saja.. tidak."