"Kalo ada yang bingung, bisa tanya ke Junhyeon aja, ya?"
"Baik, kak. Sekali lagi, terima kasih, kak!"
Seungeon menghela nafas lega begitu berhasil keluar dari dalam ruangan osis. Muak sekali rasanya harus kembali ke dalam ruangan itu di masa keanggotaanya sudah berakhir kemarin.
Ini sudah tahun ketiga, tidak seharusnya Seungeon berada disana. Andaikan ada masalah pun bukan seharusnya Ia yang bantu menyelesaikan.
Ketua saja bukan. Posisi yang Ia pegang kemarin pun jauh dari bagian utama. Tapi kenapa dia pula yang harus repot-repot membantu osis angkatan baru hari ini?
Oke, salahkan saja Jungwon. Walaupun yang membuat kesalahan Junhyeon, sang mantan wakil ketua osis, yang tiba-tiba tidak terlihat sama sekali sejak pagi tadi.
Dengan langkah santai sedikit lunglai, Seungeon memaksakan senyuman di tengah kelelahan setiap kali orang-orang yang berpapasan di sepanjang lorong kelas menyapa.
Niat awal ingin pergi ke kantin, Ia justru menaiki anak tangga dan memilih kembali ke kelas. Tidak mungkin Ia membawa tas ke kantin. Lagipula jam istirahat pertama adalah waktu yang pas untuk merehatkan diri.
Namun, begitu sampai di dalam kelas Seungeon baru menyadari sesuatu.
"Bentar. Gue duduk dimana, ya?" gumamnya mengabsen satu persatu meja di setiap barisan.
"Eh, bapak wakil kita baru dateng. Sini, Eon! Sisa bangku gue yang kosong," seru Sumin yang duduk di meja dekat pintu kelas.
Seungeon mengangguk. Sontak langsung menaruh tasnya di atas meja sebelah Sumin. Namun, alih-alih duduk Seungeon justru baru menyadari sesuatu aneh dari ucapan Sumin barusan.
"Wakil ketua? Gue?" tanya Seungeon menunjuk dirinya sendiri.
Sumin mengangguk, "Jungwon bilang, lo wakil ketuanya," jawabnya jujur.
Rahang Seungeon jatuh. Ia tidak ingin percaya, tapi Liz dan Sullyoon yang berada di meja sebelah membenarkan apa yang Sumin bilang.
Tidak perlu susah payah mencari keberadaan Jungwon, Ia langsung menghampiri sosok yang merupakan teman terdekatnya itu berada di mejanya sendiri; asik menyantap cemilan bersama teman sebangkunya--Jihan.
"Jungwon!!!"
Seungeon berteriak cukup lantang, membuat beberapa perhatian sekelas beralih memperhatikan aksinya.
"Kenapa?" tanya Jungwon masih asik memakan cemilan yang tersaji di depan.
Seungeon makin kesal karena Jungwon terlihat tidak peduli. Tapi mau marah pun tidak bisa, karena ada Jihan.
"Lo nunjuk gue buat jadi wakil ketua kelas?" tanya Seungeon sambil menahan kesalnya sekuat mungkin.
"Iya. Kenapa?" tanya Jungwon santai.
"Lo tanya kenapa?? Jelas gue gak mau!" geram Seungeon mengungkapkan isi hatinya lantang.
"Gue terpaksa. Kita senasib kok," Jungwon masih santai, cenderung tidak peduli. Padahal Seungeon sudah ditahap ingin menghancurkan seisi kelas.
Ia baru terbebas dari osis yang masih mengurungnya, dan sekarang Ia harus kembali terjerat di dalam posisi wakil ketua kelas.
"Gue gak mau. Lo cari orang lain aja," Seungeon keukeuh mempertahankan egonya, walaupun agak gak enakan.
"Lo pikir gue mau jadi ketua kelas? Tadi aja gue langsung ditunjuk tanpa voting,"
"Terus? Gue juga harus kena sialnya gitu?"
"Iya. Kita temen deket kan?"
Seungeon tersenyum masam. Entah bagaimana ceritanya Ia bisa berteman dekat dengan Jungwon. Rasanya menyesal begitu mengulang beberapa waktu ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
nolep.
Fanficjust a daily life as senior student in SMA. Tahun pertama, percobaan. Tahun kedua, penderitaan. Tahun ketiga, THE REAL ujian. Sekelas dulu, sekelas lagi, sekelas terus. "Apakah muka saya terlihat bahagia? Tentu saja.. tidak."