11. Syarat Pertama

280 72 9
                                    

Pria itu pasti sengaja. Ben tidak mungkin berkata seperti itu jika tidak berniat mempermainkannya. Atau bahkan lebih buruk lagi, kemungkinan besar pria itu akan membalas dendam padanya. Dengan semua hal yang Mary katakan tadi, tidak mungkin Ben tidak mengambil tindakan apa-apa untuk membalas Mary.

Mungkin saat ini pria itu sedang tertawa bahagia di kamarnya di Linda’s. Menantikan saat-saat Mary datang membawa proposal dan berbagai contoh pameran yang pernah mereka adakan sambil memikirkan pembalasan dendam terbaik yang akan diberikan padanya. 

Lalu, yang lebih mengherankan lagi, Luca yang menyiapkan semua dokumen-dokumen itu. Padahal biasanya, Mary yang menyiapkan semuanya. Tampaknya, pria itu benar-benar berharap banyak pada Ben.

Pameran Seni Sabtu pertama memang selalu dinantikan para pemilik galeri-galeri seni di tempat ini. Hari itu, berbagai para pecinta seni dari luar kota maupun luar Negara bagian akan datang melihat berbagai pameran di sana. Lukisan atau foto yang biasanya terjual dalam jumlah sedikit, pada hari tersebut, penjualan akan naik berkali-kali lipat.

Tidak hanya itu, galeri-galeri seni mereka berpotensi masuk ke siaran televisi, juga di wawancara surat kabar. Hal itu adalah sesuatu yang sangat berarti bagi kelangsungan bisnis mereka di masa depan.

Dan tentu saja bukan hanya para pekerja seni yang bahagia dengan itu. Para pemilik penginapan, pemilik restoran, dan penjual makanan, akan mendapat bagian dari pameran itu dengan membludaknya pengunjung dan pembeli. Kamar-kamar penginapan akan penuh, restoram dan kafe akan selalu ramai, dan penjual souvenir akan mendulang keuntungan yang lumayan.

Namun, itu juga selalu menjadi masalah tersendiri bagi Mary. Pada saat itu, akan terlalu banyak orang asing di kota.Dan biasanya, para pengunjung itu lebih didominasi oleh pria, yang mana membuat Mary ketakutan setiap kali ada orang yang membuka pintu galeri. Berdoa dan berharap dalam hati bahwa Gideon tidak akan ada dalam keramaian itu.

Pada malam hari, ia akan terjaga dan mendengarkan suara sekecil apapun yang  bisa ditangkap telinganya. Berharap tidak ada suara mencurigakan selain hewan-hewan malam yang sudah biasa ia dengar. Berharap tidak ada seseorang yang membuka jendelanya dengan paksa dan menyelinap masuk.

Lalu pada pagi hari ketika berangkat bekerja, jam kerjanya akan dimulai sejak pagi saat hari itu, Mary akan memandang waspada pada siapapun sosok yang ia temui atau lihat. Berdoa dalam hati bahwa tidak ada satu pun dari orang-orang tersebut yang merupakan suruhan Gideon untuk mengawasinya.

Pada hari itu, ia akan memakai pakaian yang lebih kuno daripada biasanya, menggerai rambutnya, dan memilih diam jika tidak ada yang bertanya tentang foto yang mereka pamerkan. Dan Mary baru bisa menarik napas lega ketika keramaian itu berakhir pada hari Senin. Ketika orang-orang asing itu akhirnya pergi dan suasana kota kembali seperti sedia kala. 

Lucu bahwa sekarang ia menganggap dirinya sendiri sebagai bagian dari kota ini. Padahal, ia juga hanyalah orang asing di sini. Ia hanya beruntung karena orang-orang di sini menyambutnya dengan baik. Beberapa orang lebih memilih mengabaikannya karena ia bukanlah penduduk asli di sana. Mary merasa dirinya asing di mana-mana karena tidak ada satu pun tempat yang bisa ia sebut rumah. Atau seseorang.

“Valerie, kau bisa berangkat sekarang. Semua sudah siap di sini.” Luca menyerahkan beberapa map padanya.

Map itu tampak tebal, berbeda dari yang biasa Mary siapkan. Apaka semua pameran yang pernah Luca adakan dirangkum dalam semua map itu?

“Sekarang?” Mary melirik jam tangannya dan mengerutkan kening karena waktu bahkan belum menunjukkan pukul tiga sore. “Jam berapa dia memintaku datang? Ini masih terlalu siang. masih ada beberapa pekerjaan yang masih harus kuselesaikan.”

The Escaped Wife (Spin Off My Dear Mr. Pilot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang