Setelah berminggu-minggu berjuang dengan kesedihan, Aksara akhirnya membuat keputusan yang tak terduga: ia akan melakukan perjalanan solo. Meskipun rasa takut dan keraguan melanda, dorongan untuk menemukan makna hidup yang lebih dalam telah membakar semangatnya. Dengan mengemas ransel dan harapan, ia bersiap untuk menjelajahi dunia luar dan mungkin menemukan sedikit kedamaian di tengah kekacauan batinnya.
Hari pertama perjalanan terasa aneh. Aksara mendarat di sebuah kota kecil yang jauh dari rumahnya, tempat di mana tidak ada kenangan Dira untuk menyelimuti pikirannya. Dia melangkah di sepanjang jalan yang dipenuhi kedai-kedai kecil dan kafe-kafe yang ramai, namun rasanya semua itu hanya latar belakang untuk kesedihan yang dia bawa. Setiap sudut mengingatkannya pada rencana-rencana yang pernah mereka buat bersama.
Aksara berhenti di sebuah taman yang rindang, tempat sekelompok anak-anak bermain ceria. Melihat mereka, ia merasakan kesedihan yang mendalam. Bagaimana bisa mereka begitu bahagia? Kenapa ia merasa terjebak dalam dunia yang penuh kesedihan? Dengan mengedipkan mata untuk menahan air mata, ia menyadari bahwa ia harus mengubah cara pandangnya. Jika perjalanan ini adalah tentang menemukan makna, maka ia harus berani menghadapi kenyataan, tidak peduli seberapa menyakitkan.
Malam itu, Aksara membuka jurnal yang selalu dibawanya. Dia mulai mencatat perasaannya, menggambarkan setiap keraguan dan ketakutan yang menghantuinya. Dia menulis tentang Dira, kenangan indah yang kini menjadi pedih, dan bagaimana ia berharap sahabatnya bisa berada di sisinya saat ini. Setiap kata seolah menjadi langkah awal menuju pemahaman yang lebih dalam tentang diri dan kehidupannya.
Hari-hari berikutnya dihabiskan dengan menjelajahi tempat-tempat baru, tetapi pikiran Aksara tidak pernah sepenuhnya terlepas dari kehilangan. Dia mencoba berbagai aktivitas—menikmati makanan lokal, mengunjungi museum, dan berbincang dengan orang asing. Namun, setiap pengalaman terasa setengah hati, seolah ada bagian dari dirinya yang masih mencari-cari jawaban.
Di sebuah desa kecil, Aksara bertemu dengan seorang seniman lokal yang melukis pemandangan indah. Seniman itu, dengan pandangan penuh kehidupan, bercerita tentang bagaimana seni menjadi cara untuk mengekspresikan rasa sakit dan kehilangan. Dalam kata-katanya, Aksara menemukan secercah harapan. Mungkin ada cara untuk mengubah kesedihan menjadi sesuatu yang berarti.
Dengan hati yang sedikit lebih ringan, Aksara terus melangkah, menyadari bahwa pencarian ini bukan hanya tentang menemukan jawaban, tetapi juga tentang perjalanan itu sendiri. Dia bertekad untuk menghadapi setiap tantangan yang muncul, menyerap setiap pengalaman yang akan membawanya lebih dekat pada makna yang dicari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanda Tanya Kehidupan
Ficción General"Tanda Tanya Kehidupan" mengikuti Aksara, seorang backpacker muda yang berjuang menemukan makna hidup setelah kehilangan sahabat terdekat. Dalam pencariannya, Aksara melakukan perjalanan solo ke berbagai negara, berharap menemukan jawaban atas perta...