Sejak SMA, Yura sudah dilatih untuk hidup sendiri di luar kota. Kedua orang tuanya tinggal di Surabaya, sedangkan Yura, bersekolah di Jakarta.
Lantas dimana dia tinggal? Yura tinggal di kosan biasa, sebab ayahnya hanya memberikan budget sedikit sekali tiap bulannya. Jadi dia harus pintar-pintar berhemat.
Alasan mengapa ayah Yura melakukan hal ini, entahlah. Tak hanya Yura, namun kakak laki-laki Yura pun mendapatkan perlakuan yang sama. Sepertinya ayah Yura tidak mau anak-anaknya itu menjadi pribadi yang terlalu bergantung pada orang tua.
"Masak apa?" tanya Bianca atau yang kerap di sapa Bian. Dia teman satu kos Yura.
"Biasa, telur goreng."
"Telor mulu, bisulan ntar lu."
"Sotau."
" Ra, pacar lo dapet dari mana si?"
Yura memasang raut tanda tanya. "Iya Lo dapat pacar dari mana, lo nggak pernah pacaran, sekalinya dapat pacar spek Song Kang gitu," lanjut Bian penasaran.
"Beli di shopee. Dah... Dah, jangan banyak tanya, gosong telur gue nanti. Hush... Hus."
"Pelit." Dengus Bian kesal karena Yura tidak mau berbagi cerita.
Sepeninggalan Bian kini terbesit di kepala Yura, bagaimana dia dan Aksara bertemu hingga mereka berpacaran. Awalnya Aksara yang pertama kali menyadari keberadaan Yura di kampusnya.
Seperti pagi biasa, Aksara duduk bersantai di taman bersama teman baiknya, Sean sebelum kelas pertama dimulai. Tak sengaja mata Aksara tertuju pada seorang gadis yang tengah merapihkan pakaian dan rambutnya sembari terus berjalan. Dia tampak kerepotan membenahi sepatunya, wajahnya terlihat begitu menggemaskan. Wajah tanpa polesan dengan bibir merah alami. Terlihat seperti baru bangun tidur dan langsung menuju kampus.
"Sean. Siapa?" tanya Aksara sembari menunjuk ke arah Yura.
"Kalau gak salah namanya Yura, anak manajemen bisnis. Kenapa nanya-nanya, naksir? Emang cakep sih anaknya. Gua aja naksir."
"Tapi dia kayaknya anti pacaran. Susah dideketin."
Mereka menatap Yura hingga dia menghilang dari pandangan. Setelah hari itu, Aksara lebih sering menotice keberadaan Yura di kampus .
y_u
"Maaf... kamu gak papa?" tanya Aksara. Yura mendongak menatap sesosok pria yang menabraknya barusan.
Sigap Aksara membantu Yura membereskan buku-buku yang berserakan di tanah. "Sorry ya. Aku nggak sengaja."
"Gapapa," Jawab Yura singkat. Bahkan tak sedikit pun dia menatap Aksara.
"Nih..." Aksara menyodorkan buku yang sudah dia kumpulkan. Yura tersenyum singkat sebelum berlalu meninggalkan Aksara yang terlihat masih ingin berbicara dengannya.
Diam-diam Aksara mengikuti langkah Yura di belakang. Ternyata gadis itu pergi ke perpustakaan.
"Ekhm..." Aksara bergumam. Dia sengaja duduk di sebelah Yura, sepertinya Aksara memang berniat untuk mendekatinya.
Tak bergeming, Yura masih berkutat pada buku yang dia baca. "Boleh pinjam penghapus, lupa bawa tadi." Masih berusaha membuka pembicaraan.
Yura menyodorkan penghapusnya tanpa menoleh. "Thanks."
Percobaan hari pertama gagal. Yura sama sekali tidak memperdulikan keberadaan Aksara. Mau gimana, Yura memang punya dunia nya sendiri, dan bukan tipikal orang yang mudah bergaul dengan orang baru.
y_u
Satu... Dua... Tiga... Empat. Sudah empat menit berlalu, gadis itu masih bertahan di dalam air. Air adalah tempat ternyaman Yura untuk melepas penat, sehabis kelas.
Beruntung universitas ini punya kolam renang untuk anggota organisasi seperti dirinya. "Huffft... " Yura muncul ke permukaan dan mengambil nafas.
Bersamaan dengan itu, Aksara yang baru saja masuk ke area kolam menatap ke arah Yura. Beruntung sekali, padahal dia iseng ikut organisasi, tapi malah bertemu dengan gadis incarannya.
"Hai. Aku member baru di sini, ruang ganti sebelah mana ya?" tanya Aksara padanya.
Yura menunjuk arah selatan. Aksara mengangguk paham.
Tak berselang lama Aksara kembali ke kolam, dengan pakaian renang nya. "Akhir-akhir ini kita sering ketemu ya. Btw... Aku, Aksara Dirgantara, anak Ilmu komunikasi." Dia duduk bersebelahan dengan Yura di tepi kolam.
"Yura."
"Suka renang?"
Yura mengangguk. "Lumayan rame juga ya yang ikut organisasi renang. Aku sih iseng buat ngisi waktu luang." Masih mencoba membuka topik.
"Kalau kamu udah lama?" tanya Aksara.
"Lumayan." Jawab Yura singkat.
"Jarang loh mahasiswi disini ikut organisasi renang, kok bisa kamu tertarik?"
"Suka aja, air. Di dalam sana rasanya tenang banget." Yura menatap dalam ke arah kolam.
"Oh... Suka nyelam. Aku juga suka, apalagi kalau di laut langsung. Waktu itu aku pernah ke Wakatobi. Indah banget," jelas Aksara sembari teringat pemandangan disana.
"Oh ya? Itu salah satu whistlist aku loh," jawab Yura sumringah. Akhirnya gadis itu menjawab panjang sembari menatap ke arah Aksara.
"Itu sih kamu harus kesana. Gak ngecewain, se-indah itu."
"Semoga."
"Rasanya menenangkan menyelam di bawah air. Sejenak meredam kebisingan dunia yang kadang melelahkan telinga dan pikiran."
Yura mengangguk setuju. Dari situ peluang Aksara melonjak naik, jadi dia suka air dan laut.
"By the way. Ini kapan latihannya di mulai?" Aksara menoleh ke sekitar. Melihat beberapa orang mulai meninggalkan tempat.
"Udah selesai dari tadi," Yura terkekeh melihat tampang bingung Aksara.
"Lhahhh."
Wkwk. Tentu saja. Saya gabut
See u
16 Juli 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Mineee
Teen FictionYura Gracia Erland, gadis bermata hezel dengan tinggi 160. Seorang anak dari keluarga kaya, yang semenjak kecil dilatih menjadi sosok mandiri. Bahkan diusia 20 tahun ini dia masih bekerja serabutan untuk membiayai kebutuhan sehari hari. Ayahnya itu...