3. Not Perfect

28 17 3
                                    

Seraphine terbang melintasi langit Avalon yang berkilauan, angin lembut membelai rambut peraknya yang panjang. Dari ketinggian ini, ia bisa melihat keindahan tanah kelahirannya yang menakjubkan-hutan-hutan ajaib dengan pohon-pohon raksasa, padang bunga yang selalu mekar, dan air terjun kristal yang membelah pegunungan biru di kejauhan.

Namun, alih-alih mengagumi pemandangan ini, Seraphine merasakan gelisah yang familiar menggerogoti hatinya. Ia menghela napas panjang, mengingat kembali perjalanan hidupnya yang telah membawanya ke titik ini.

Sejak lahir, Seraphine telah ditakdirkan untuk menjadi sosok yang istimewa. Sebagai putri bungsu Ratu Lysandra, ia terlahir dengan bakat sihir yang luar biasa dan kecantikan yang memukau. Namun, bersama dengan anugerah itu datang beban tanggung jawab dan ekspektasi yang berat.

Masa kecil Seraphine dipenuhi dengan pelajaran-pelajaran ketat tentang tata krama kerajaan, sejarah Avalon, dan pengendalian sihir. Sementara peri-peri muda lainnya bebas bermain dan menjelajah, Seraphine harus menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam Istana Kristal, belajar untuk menjadi putri yang sempurna.

"Seraphine, punggungmu harus tetap tegak," suara tegas mentornya, Lady Elowen, bergema dalam ingatannya. "Seorang putri harus selalu terlihat anggun dan berwibawa."

Seraphine kecil mengerutkan dahinya, berusaha menegakkan punggungnya yang mulai pegal. "Tapi Lady Elowen, ini menyakitkan. Tidak bisakah aku beristirahat sebentar?"

Lady Elowen menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Tidak ada istirahat dalam tugas seorang putri, Seraphine. Kau harus belajar untuk tahan terhadap ketidaknyamanan."

Kenangan itu membuat Seraphine tersenyum getir. Sejak kecil, ia selalu merasa berbeda, selalu ingin memberontak terhadap aturan-aturan kaku yang mengikatnya. Namun, setiap kali ia mencoba untuk menjadi dirinya sendiri, ia selalu berakhir dengan kekecewaan dan hukuman.

Seraphine teringat saat pertama kali ia mencoba untuk kabur dari istana. Ia baru berusia sepuluh tahun, dan rasa ingin tahunya tentang dunia di luar tembok istana sudah tak terbendung lagi. Dengan hati-hati, ia menyelinap keluar dari kamarnya di tengah malam, terbang rendah di antara pohon-pohon untuk menghindari penjaga.

Kebebasan yang ia rasakan saat itu sungguh memabukkan. Untuk pertama kalinya, Seraphine bisa melihat keindahan Avalon tanpa pengawasan ketat para pengawal. Ia terbang dari satu tempat ke tempat lain, mengagumi keajaiban alam yang selama ini hanya bisa ia lihat dari jendela istananya.

Namun, kegembiraan itu tidak bertahan lama. Belum genap satu jam ia menikmati kebebasannya, Seraphine mendengar suara kepakan sayap yang familiar. Jantungnya mencelos saat ia melihat sosok ibunya, Ratu Lysandra, terbang ke arahnya dengan wajah marah.

"Seraphine! Apa yang kau pikirkan?" suara Ratu Lysandra penuh kemarahan. "Kau tahu betapa berbahayanya di luar sana! Bagaimana jika sesuatu terjadi padamu?"

Seraphine menundukkan kepalanya, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. "Maafkan aku, Ibunda. Aku hanya ingin melihat Avalon lebih dekat."

Ratu Lysandra menghela napas panjang, kemarahan di wajahnya perlahan berubah menjadi kekecewaan. "Seraphine, kau harus mengerti. Kau bukan peri biasa. Kau adalah putri mahkota Avalon. Tanggung jawabmu jauh lebih besar dari keinginan pribadimu."

Sejak saat itu, pengawasan terhadap Seraphine menjadi semakin ketat. Namun, alih-alih memadamkan api pemberontakan dalam dirinya, pembatasan itu justru semakin membakarnya. Seraphine mulai mencari cara-cara kreatif untuk melarikan diri dari rutinitas istana yang membosankan.

Ia mulai belajar ilmu penyamaran dari buku-buku kuno di perpustakaan istana. Dengan sihirnya yang kuat, Seraphine bisa mengubah penampilannya menjadi peri biasa, memungkinkannya untuk menyelinap keluar istana dan bergaul dengan rakyat biasa.

𝐒𝐞𝐫𝐚𝐩𝐡𝐢𝐧𝐞: 𝐓𝐚𝐥𝐞 𝐨𝐟 𝐓𝐰𝐨 𝐖𝐨𝐫𝐥𝐝𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang