1. Unite Forces

97 34 3
                                    

Di kedalaman hutan yang berselimut kabut, di mana pohon-pohon purba menjulang tinggi dan air terjun berkilauan membelah bebatuan, terdapat sebuah dunia tersembunyi yang penuh dengan keajaiban. Inilah Avalon, tanah para peri dan makhluk gaib, tempat di mana sihir mengalir bebas seperti udara yang dihirup dan keajaiban adalah bagian dari kehidupan sehari-hari.

Di jantung Avalon, di sebuah padang bunga yang selalu mekar, seorang peri muda bernama Seraphine menari dengan riang. Rambut peraknya yang panjang berkilau di bawah sinar rembulan, sayap transparannya berpendar lembut dalam kegelapan. Seraphine adalah putri bungsu Ratu Peri, dikaruniai kecantikan yang memukau dan bakat sihir yang luar biasa.

Namun, di balik senyum cerahnya, Seraphine menyimpan rasa penasaran yang tak terbendung. Ia selalu bertanya-tanya tentang dunia di luar Avalon, dunia yang hanya bisa ia lihat melalui cermin ajaib di istana ibunya. Dunia manusia, dengan segala keanehan dan kegempitaannya, memikat hatinya.

"Seraphine, kau tahu itu terlarang," Ratu Peri sering memperingatkan. "Dunia manusia berbahaya bagi kita. Kekuatan mereka bisa menghancurkan sihir kita."

Tapi larangan itu hanya membuat rasa ingin tahu Seraphine semakin membara. Setiap malam, ia menyelinap ke Hutan Terlarang, tempat di mana konon portal ke dunia manusia tersembunyi. Ia mencari-cari di antara pohon-pohon raksasa dan batu-batu berlumut, berharap menemukan jalan menuju dunia yang ia impikan.

Pada suatu malam, ketika bulan purnama bersinar terang, Seraphine menemukan sesuatu yang berbeda. Sebuah cahaya keemasan berpendar di antara dua pohon tua. Jantungnya berdebar kencang saat ia mendekati cahaya itu. Tangannya gemetar saat ia mengulurkannya, menyentuh permukaan yang berkilau.

Dalam sekejap, dunia di sekelilingnya berputar. Cahaya menyilaukan membutakan matanya, dan Seraphine merasakan tubuhnya tertarik oleh kekuatan yang tak terbayangkan. Ia berteriak, tapi suaranya hilang dalam pusaran energi yang mengelilinginya.

Ketika ia membuka mata, Seraphine mendapati dirinya terbaring di tanah yang keras dan dingin. Bau asap dan suara-suara asing memenuhi udara. Ia bangkit perlahan, matanya melebar dalam ketakjuban dan keterkejutan.

Gedung-gedung tinggi menjulang di sekelilingnya, menggantikan pohon-pohon Avalon. Cahaya-cahaya aneh berkedip dari segala arah, menggantikan kunang-kunang dan bunga bercahaya. Dan manusia-ratusan manusia-bergerak cepat di sekitarnya, sibuk dengan urusan mereka sendiri.

Seraphine telah sampai di dunia manusia.

Panik mulai menguasainya saat ia menyadari sayapnya telah menghilang. Ia mencoba memanggil sihirnya, tapi tak ada yang terjadi. Di dunia ini, ia hanyalah gadis biasa dengan rambut perak yang aneh dan pakaian yang tak lazim.

"Hei, kau tidak apa-apa?" sebuah suara mengejutkannya.

Seraphine berpaling dan melihat seorang pria muda berdiri di hadapannya. Rambutnya hitam berantakan, matanya hijau cemerlang. Ada sesuatu yang berbeda tentang pria ini-sesuatu yang familiar namun juga asing.

"Aku ... aku tidak tahu di mana aku," Seraphine tergagap, suaranya bergetar.

Pria itu tersenyum lembut. "Namaku Aldheian. Ayo, biar kubantu kau berdiri."

Saat tangan mereka bersentuhan, sebuah percikan energi yang tak kasat mata melintas di antara keduanya. Aldheian tersentak, matanya melebar dalam keterkejutan. Seraphine merasakan getaran familiar-sihir, meski sangat lemah dan berbeda dari yang ia kenal.

"Siapa kau sebenarnya?" tanya Aldheian, suaranya penuh kekaguman dan sedikit ketakutan.

Sebelum Seraphine bisa menjawab, langit tiba-tiba menggelap. Angin kencang bertiup, membawa aroma yang tak asing-aroma Avalon. Di kejauhan, sebuah lubang hitam muncul di langit, berputar dengan kecepatan mengerikan.

"Oh tidak," bisik Seraphine. Ia tahu apa artinya ini. Kehadirannya di dunia manusia telah mengganggu keseimbangan alam semesta. Portal yang membawanya ke sini kini mengancam untuk menghancurkan kedua dunia.

Aldheian menarik tangan Seraphine. "Ayo, kita harus pergi dari sini!"

Mereka berlari menyusuri jalan-jalan kota yang kacau. Orang-orang berteriak panik, mobil-mobil berhenti mendadak. Kekacauan melanda kota saat portal di langit semakin membesar.

"Apa yang terjadi?" teriak Aldheian di tengah deru angin.

"Ini salahku," jawab Seraphine, air mata mengalir di pipinya. "Aku tidak seharusnya berada di sini. Aku harus kembali."

"Kembali? Kembali ke mana?"

Seraphine menatap mata Aldheian. Dalam sekejap, ia tahu bahwa takdirnya telah berubah selamanya. "Ke duniaku. Ke Avalon."

Mata Aldheian melebar dalam pemahaman. "Kau ... bukan dari dunia ini?"

Seraphine menggeleng. "Aku adalah peri. Dan keberadaanku di sini telah membuka portal antara dunia kita. Jika tidak ditutup, kedua dunia akan hancur."

Aldheian terdiam sejenak, mencerna informasi ini. Kemudian, dengan tekad yang terpancar di matanya, ia berkata, "Kalau begitu, kita harus menemukan cara untuk menutupnya."

"Kita?" tanya Seraphine, terkejut.

Aldheian mengangguk. "Aku tidak tahu mengapa, tapi aku merasa terhubung denganmu. Dan jika dunia kita dalam bahaya, aku ingin membantu."

Seraphine merasakan kehangatan menjalar di hatinya. Di tengah kekacauan ini, ia telah menemukan sekutu-mungkin lebih dari itu.

Mereka berlari menuju pusat kota, di mana portal tampak paling jelas. Seraphine mencoba mengingat segala yang ia pelajari tentang sihir dan keseimbangan alam. Aldheian, di sisi lain, mulai merasakan kekuatan aneh mengalir dalam dirinya-kekuatan yang selama ini terpendam, menunggu untuk dibangunkan.

Saat mereka tiba di alun-alun kota, angin semakin kencang. Portal di langit kini membentang luas, menampakkan pemandangan Avalon yang kabur di baliknya. Seraphine bisa melihat para peri dan makhluk ajaib lainnya berlarian dalam kepanikan.

"Apa yang harus kita lakukan?" teriak Aldheian.

Seraphine menggenggam tangan Aldheian erat. "Kita harus menyatukan kekuatan kita. Sihirku dan ... apa pun kekuatan yang kau miliki. Hanya itu satu-satunya cara."

Mereka berdiri berhadapan, tangan saling menggenggam. Seraphine mulai merapalkan mantra kuno dalam bahasa peri, sementara Aldheian menutup mata, mencoba memanggil kekuatan yang baru ia sadari.

Cahaya mulai menyelimuti mereka-perak dari Seraphine dan emas dari Aldheian. Energi mereka naik, meliuk-liuk di udara seperti pita cahaya, menuju portal yang menganga.

Perlahan tapi pasti, portal mulai menyusut. Angin mereda, dan kegelapan di langit mulai memudar. Namun, Seraphine bisa merasakan kekuatannya terkuras. Ia tahu bahwa menutup portal sepenuhnya mungkin akan memisahkan mereka selamanya.

"Aldheian," bisiknya lemah. "Aku ... aku harus kembali."

Aldheian membuka matanya, menatap Seraphine dengan pandangan yang penuh emosi. "Aku tahu. Tapi ini bukan akhir, Seraphine. Aku akan menemukanmu lagi."

Dengan senyuman terakhir, Seraphine melepaskan genggaman tangannya. Tubuhnya mulai memudar, tertarik kembali ke Avalon. Aldheian mengulurkan tangannya, mencoba menggapai, tetapi jemarinya hanya menembus udara kosong.

Dalam sekejap mata, Seraphine menghilang, dan portal tertutup sepenuhnya. Langit kembali cerah, dan dunia manusia tampak normal kembali. Tapi bagi Aldheian, segalanya telah berubah.

Ia berdiri sendirian di alun-alun, tangannya masih terulur ke udara kosong. Dalam hatinya, ia membuat sumpah. Ia akan menemukan jalan ke Avalon. Ia akan bertemu Seraphine lagi. Dan bersama-sama, mereka akan mengungkap misteri di balik portal yang telah mempertemukan mereka.

Sementara itu, di Avalon, Seraphine membuka matanya dan mendapati dirinya kembali di padang bunga tempat ia biasa menari. Air mata mengalir di pipinya saat ia menatap langit, membayangkan dunia yang baru saja ia tinggalkan-dan pria yang telah mencuri hatinya.

Ini baru awal dari sebuah petualangan epik yang akan mengubah dua dunia selamanya.

𝐒𝐞𝐫𝐚𝐩𝐡𝐢𝐧𝐞: 𝐓𝐚𝐥𝐞 𝐨𝐟 𝐓𝐰𝐨 𝐖𝐨𝐫𝐥𝐝𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang