-MBMH- #2

36 8 12
                                    

Perjalanan Bandung - Jakarta memakan waktu kurang lebih 4-5 jam memakai mobil, mereka memilih untuk istirahat di Apartemen Jojo.

7 tahun saling mengenal satu sama lain membuat mereka tidak jaim, Jyo sudah menyampaikan permohonan maaf nya saat di perjalanan tadi. Jyo yang memang selalu merasakan sensitif dan terlalu dipikirkan membuatnya agak murung tapi untungnya anak anak yang lain tidak terlalu menggubris karena mereka sudah hapal bagaimana watak bapak Jyo.

"Udah nggak terlalu dipikirin, kita santai aja kok, ini bukan kali pertama kita dianggap sebelah mata sama bokap Lo kan? Gausah ngerasa ga enak gitu, muka Lo jelek manyun gitu" Ucap Handi dengan santai dan mulut pedasnya.

"Jyo fighting! Dengerin hal hal positif nya aja, tadi pasti ibu udah ngasih afirmasi positif kan?" Ucap Jojo dengan lembut sambil mengelus kepala Jyo.

Jyo ini termuda sebelum Kwani bergabung, makanya mereka sangat protect kepadanya. Jyo merasa beruntung berada di lingkup ini.

"Makasih ya guys, kalian masih mau nerima gue, masih mau berteman padahal kalian udah banyak menerima kata kata negatif dari bokap gue"

"Udah teh jangan dipikirin gitu ah, kita mah udah santuy lagian apa yang diomongin bapak teteh bener tau... Kita semua kan emang menjadikan band ini sebagai hobby dan side job kan?"

"Udahan ah sedih sedih nya, mending kalian istirahat sore ini kita dapat undangan di acara pembukaan Mall Gautama." Ucap Jean yang menuturkan pekerjaan yang akan datang.

"Mall Gautama?" Gumam Tara

"Yoi, Abang lo yang invite secara langsung by WhatsApp"

"Dih tumben banget." Sindir Tara

"Ya mungkin Abang lo kangen bermusik juga kali, makanya pengen lihat band adeknya" ucap Handi

"Betul itu"

"Nah, ini bisa jadi pertemuan pertama Jyo sama abangnya nih. Jyo belum pernah ketemu kan?"

Jyo menggelengkan kepalanya.

"Gausahlah ketemu, jelek dia"

"Yeu dasar cemburuan sama Abang sendiri"

"Mana ada, siapa yang cemburu ye"

Jean menjitak dahi Handi dan Tara karena terus beradu mulut, membuat mereka berdua terdiam sambil mengelus dahinya.

Setelah itu obrolan pun berhenti, mereka memutuskan istirahat setelah perjalanan panjang dan lelah sehabis manggung. Dan sekarang itu pukul 3 pagi.

..............

"Jean" panggil Tara

"Kenapa? Lo ga istirahat?"

"Gue izin balik dulu ya kerumah"

"Eh mau ngapain? Kita hari ini manggung"

"Sebentar doang, tenang aja gue ga lupa kok"

"Yaudah, kalau udah selesai urusan Lo cepet balik kesini kita jalan 2 nanti"

"Oke, balik ya"

"Ya. Hati-hati"

............................

Sekarang pukul 6 pagi, Tara memutuskan pulang ke rumah Abang nya yaitu Yasa Gautama.

Kenapa dirinya tidak pulang kerumah orangtua nya? Karena ia malas untuk berdebat dengan orangtua nya yang selalu meminta nya untuk fokus di perusahaan, sementara dirinya lebih senang menjadi produser musik.

📍Rumah Yasa Gautama

"Assalamualaikum" Tara mengucapkan salam.

Lalu ada asisten rumah tangga Abang nya.

"Waalaikumussalam, eh ada mas Tara. Tumben mas kemari? Pagi pagi lagi"

"Hehe iya bi, Bang Yasa ada ga bi?"

"Mas Yasa, ada di dalam lagi sarapan sama Arsa"

"Oke deh bi, aku masuk ya"

Bi Anum mempersilahkan Tara masuk, ya ia melihat Abangnya sedang sarapan dengan Arsa keponakannya. Ya betul, Abang nya telah menikah 5 tahun yang lalu. Istrinya kemana? Istrinya telah meninggal setelah melahirkan Arsa, alasan yang selalu diberikan ke Arsa karena kenyataan nya istrinya pergi untuk laki-laki lain.

"Acaaa" panggil Tara kepada keponakannya, panggilan kesayangan "Aca"

"Om Tala? Aca Kangen om" Arsa memang memanggil nya Tala karena ia belum bisa bilang huruf R

Arsa turun dari kursi makannya dan berlari menghampiri Tara dan langsung memeluknya. Tara langsung berjongkok menyesuaikan tinggi Arsa dan membalas pelukan tersebut sambil sesekali mengusap kepala anak menggemaskan itu.

"Ih om kenapa balu sekalang kelumah aca? Aca kangen tau sama om Tala"

"Hehe maaf ya, om baru sempat kesini lagi, om sibuk soalnya"

"Sibuk main cewek" sindir Yasa

"Mau apa Lo kesini?" Tanya Yasa dengan malasnya

"Emang gue ga boleh kesini, ketemu ponakan gue?"

"Tiba tiba begini, pasti ada maunya"

"Aca ke kamar dulu ya, om mau ngobrol sama papa kamu"

"Oke om. 👍🏻"

Setelah Arsa pergi, Tara pun mendekati abangnya yang masih duduk di meja makan.

"Mall Gautama udah mau opening? Tumben ngundang band gue"

"Ya, bagus dong gue invite band lo, lagian band lo lagi jarang tampil kan?"

"Ck"

"Kenapa ga nurut papa aja sih? Ngurusin perusahaan? Daripada nge-band gitu"

"Gue disitu bukan hanya sebagai personil band tapi juga produse-"
Tara belum menyelesaikan ucapannya langsung di hentikan dengan ucapan Yasa

"Produser musik? Tapi lagu Lo belum banyak yang laku kan, pendapatan nya juga ga jelas dapat berapa, gimana mau buat biaya hidup?"

Ucapan Yasa persis apa yang diucapkan oleh bapak nya Jyo. Apakah nge-band seburuk itu? Apakah bermusik seburuk itu? Sampai orangtuanya, abangnya, dan bahkan bapak jyo pun menentang hal ini?

"Bang, Lo juga dulu nge-band kan? Kenapa gue dilarang?"

"Gue nge-band cuman buat seru-seruan aja, sekedar hobi. Kalau lo kan diseriusin, jelas beda. Sementara kita? Terlahir atas nama Gautama yang harus nerusin warisan keluarga kita"

"Bukan passion gue bang, sorry aja ya. Bermusik udah jadi cita-cita gue dari dulu"

"Yaudah, terserah lo aja. Jangan salahin gue kalau tiba tiba papa mutusin buat blokir lo dari dunia musik lo itu"

Tara bangkit dan langsung menarik kerah Abang nya.

"Anjing lo!"

Setelah mengucapkan hal itu Tara pun pergi meninggalkan kediaman abangnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang