Latar tempat/waktu : Sehari setelah pengkhianatan Moon
Relationship : Sean x Noya x Kaguwir
Genre : SEDIKIT angst,
sisanya fluff & comedy (+ tsundere Kaguwir mwehehe)
______________________________________
______
__"gue loyal ama lu noya."
"sean, tugas lu jagain noya."
"as always, aman noya ama gue."
"ini demi lu noya."
"gue bakal lakuin apapun demi lu."
"apa yang lu butuhin? tinggal bilang aja ama kita"
"pangeran kita.. kita jadi royal bodyguard, siap menjaga noya"
"awas lu kalo sampe nyentuh ato apa apain noya, gue bantai lu."
"gue siap berkorban demi lu noya."
"noya lu kemana aja?? gue nyariin lu sampe ke penjuru dunia!"
"gue jadi lemah..
nanti gue gabisa jagain lu lagi noya.."
"noya!"
"noyaaa"
"noya.."
"noya."
"noya..?"
"ga ga ini ga mungkin, noya.. noya.. noy.. jawab gue.."
"MOON LU ANJING BISA BISANYA. DASAR PENGHIANAT."
Gelap gurita, semuanya gelap dan dingin. Kilas balik memori kenangan tentang mereka kembali menghantui benaknya. Seakan-akan menolak akan realita yang telah terjadi padahal sudah terlihat jelas dengan mata kepala sendiri.
Ah, betapa dinginnya..
_____
Noya mendapati dirinya didalam sebuah ruangan yang remang dan lumayan nyaman, ia terbaring dikasur yang empuk.
Kepalanya berdenyut luar biasa sakit,
"Agh.."
"Noya?" sahut seseorang yang sepertinya telah cukup lama berada didekat kasur milik Noya.
"..Sean?"
"Ini.. dimana..?" Noya perlahan membuka kelopak matanya sambil menahan rasa sakit yang dia rasakan dikepala. Lama-kelamaan ingatan pahit tentang kejadian itu mulai perlahan kembali layaknya ombak pasang yang menghantam pikirannya, "Sean. Moon.. Moon dia.."
Noya menatap Sean dengan mata yang penuh harapan, seakan-akan ia masih berharap bahwa ini semua hanyalah mimpi buruk yang sedang ia alami.
"Noya.."
Sean tidak tahu harus merespons apa kepada Noya, karna dia pun juga merasakan hal yang sama. Perasaan sedih, kecewa, sakit, dan yang pasti terkhianati. Bagaimana tidak? Sean bahkan menganggap Moon sebagai saudara kandungnya sendiri, tapi dia malah mengkhianati dirinya..
Layaknya Jerry dulu.
"Kenapa..?"
Pikiran sean terputus oleh suara Noya.
Hanya dengan melihat reaksi Sean, Noya sudah paham bahwa kenyataannya ini semua bukanlah hanya sekedar mimpi buruk.
"Apa yang selama ini salah gue lakuin? kenapa Sean..?"
"KENAPA!?"
Noya menarap ke atap langit dengan penuh amarah, tanpa ia sadari air mata telah membasahi kedua pipinya, ia dengan cepat menutup wajahnya dengan kedua tangannya,
"Noya.."
"Gue disini.. gue selalu disini untuk lu, tolong jangan nangis.. Noya..."
Sean mengangkat tangannya untuk mengelus rambut Noya,
Sungguh, Sean merasa gagal sebagai pelindung untuk Noya, ia telah gagal untuk melindunginya dan ia gagal untuk menjaga Noya.
Sean ingin memeluknya.
Tangan Sean mengusap pelan rambut Noya lalu kemudian perlahan mendekatkan dirinya dengan Noya,
"Gue tau ini memang berat.. tapi.." Sean menghela napas pelan, mencoba menenangkan dirinya sebelum melanjutkan, "gue yakin kita bisa lalui ini semua bersama, Noya."
Noya yang mendengar itu menjadi lebih tenang berada didekat Sean, tanpa ia sadari badannya bergerak dengan sendirinya mencari bahu Sean untuk bersandar.
Tak lama dilanda keheningan, terdengar suara dobrakan pintu yang menyaring ditelinga, "Noya!?" Ucap sang pendobrak.
"Lu.. gapapa..?"
Noya dan Sean reflek menoleh ke arah sumber suara. Tentu saja, pemilik suara itu tidak lain dan tidak bukan adalah Kaguwir.
"Eh-" Kaguwir dengan cepat mengepal satu tangan untuk menutup mulutnya, "m-maksut gue, akhirnya lo bangun juga, Noya" gumamnya pelan.
Noya mengeluarkan tawa kecil, "Wir, wir, kalo khawatir bilang aja napasii."
Telinga milik Kaguwir sedikit memerah mendengar perkataan Noya, yang sebenarnya adalah fakta. Betul Kaguwir memang khawatir dengan Noya, tapi sampai mati pun Kaguwir tidak ingin mengakuinya dengan Noya.
"Ehem."
"Jadi gimana? udah baikan lu?" lanjut Kaguwir berusaha mengalihkan topik.
"Udah kok.. Wir.." jawab Noya mulai kembali lesu mengingat keadaan mereka saat ini.
Ekspresi Noya perlahan berubah menjadi sendu, "Gimana.. yang lain?"
"Yang lain aman kok, tenang aja."
Kaguwir melihat Noya yang masih hanyut dalam kesedihan itu, dengan Sean yang berada disampingnya untuk mencoba menenangkan Noya kembali. Jelas sekali bahwa Noya pasti akan terus-terusan menyalahkan dirinya dengan apa yang telah menimpa aliansi saat ini.
"Lu udah berusaha sekuat tenaga lu kok noy. Istirahat aja." Lanjutnya mencoba untuk menghibur Noya.
Dengan sekejap ruangannya menjadi hening.
"Pfft."
Tak diduga-duga yang Kaguwir terima bukannya ucapan 'terima-kasih' atau apa tapi malah Noya yang menahan tawa.
"Kenapa Noy???"
"Gapapa lucu aja. Soalnya jarang-jarang liat lu ngecoba buat ngehibur orang gini Wir."
"Bener. Biasanya marah-marah mulu" ucap Sean yang ikut bergabung dalam obrolan.
Kaguwir merasakan pelipis pipinya mulai memerah, ntah karna malu atau.. senang? dia tidak tahu pasti.
"Ck, diem deh kalian berdua." ucapnya memalingkan muka kesamping, membuat Noya dan Sean tertawa untuk yang kedua kalinya.
Kaguwir merasakan rasa hangat yang menenangkan didalam lubuk hatinya, melihat suasana didalam ruangan ini yang kini sudah menjadi lebih hidup dari yang sebelumnya..
Tanpa ia sadari, sebuah senyum perlahan muncul diwajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOYA - a brutal legend, YTMCI fic.
FantasyCerita fiksi dari series minecraft brutal legend, yang berpusat pada MC kita yaitu Noya. Btw just warning aku kadang suka juga nyelipin bumbu ship (mostly BxB) disini, but no worries tiap awal chp bakal aku kasih info dulu kok. 👌 Up random, gada ja...