HAPPY READINGʕ •ₒ• ʔ
Barel melamun dan hanya menatap ke atas, entah mengapa hidupnya seperti ini. Kemewahan yang dipunyai papa dan mamanya seperti percuma jika di dalamnya tidak ada kehangatan seperti keluarga yang semestinya.
Papa yang sibuk dengan dunia kerja begitupun dengan mama.
Abang yang sejak kecil tinggal bersama grandpa dan grandma di LA (Orang tua dari mama) .
Kakak yang tinggal bersama opa dan oma (Orang tua dari papa).
"Coba kalo kak Sam gak benci sama aku, pasti dia mau tinggal di sini temenin aku" Barel menarik napas "Aku panggil aja kalo setiap ketemu gak nyaut"
"Udah ah, kamu bahas hal-hal yang cuma bikin kamu sakit rel. Udah om bilang isi kepala kamu tuh harusnya yang bahagia-bahagia." ucap Haris, Haris ini adalah tangan kanan sang papa yang sering kali menemaninya ketika sedang sendiri, tentu atas perintah papa.
Ceklek
Thomi masuk ke dalam kamar Barel setelah membuka pintunya
"Papa?" Jelas Barel kaget, kenapa bisa papa nya sudah pulang jam segini?
Haris dengan perlahan turun dari ranjang Barel, merasa tak sopan karena Thomi ada di sini.
"Papa kok jam segini udah pulang?" Karena merasa heran jadi Barel bertanya
Thomi sedikit merendahkan tubuhnya untuk memeluk sang putra yang masih berbaring, erat sekali sampai Barel yang memang sedang sakit cukup kesusahan.
"Kebetulan hari ini kerjaan papa udah selesai"
"Oh, ini kenapa papa peluk-peluk gini?"
"Maaf papa baru menemuimu hari ini, maafin papa juga kalo selama ini papa sibuk dan cuma mikirin kerjaan setiap harinya."
Entahlah, sekarang papa nya berkata seperti ini besok dan kedepannya pasti tetap tak ada yang berubah, karena kerjaan ya tetap kerjaan.
Barel membalas pelukan Thomi "Barel yang minta maaf pah, karena Barel cuma bisa ngabisin uang papa"
Ngabisin uang? Beli pulau aja pak Thomi mampu, batin Haris.
"Nggak, uang papa gak akan abis."
Barel terkekeuh "Sombong"
"Yang papa punya itu semua buat anak-anak papa" Yassa dan Samuel walaupun bukan tinggal bersamanya tapi ia fasilitasi semua kebutuhan sulung dan anak keduanya itu. Ia tidak sama sekali membebankan mertua dan orang tuanya, Thomi menyingkirkan poni anaknya yang lepek oleh keringat itu.
"Sudah minum obat?" tanya Thomi
Barel mengangguk "Udah"
"Pintar, sekarang Barel harus istirahat. Papa temenin"
"Aku gak ngantuk lagian ini menjelang sore, mau ngobrol aja sama papa boleh?" pinta Barel pelan-pelan, takut jika Thomi tidak suka
"Baiklah, papa memang mau berbicara denganmu" Thomi menatap Haris yang berdiri di belakangnya "Sebaiknya kamu kembali ke kantor, ada meeting terakhir hari ini. Terima kasih telah menjaga Barel"
Haris mengangguk, apa-apaan kerjaan sudah selesai? buktinya masih ada jadwal meeting hari ini "Sama-sama pak, saya pergi dulu. Om pamit Barel, cepat sembuh."
"Terima kasih, om."
"Kenapa bisa sampai drop begini?" tanya Thomi, jujur Thomi selalu membuat dirinya takut yang Barel takuti adalah kemarahan Thomi. Dan saat ini Barel takut sekali salah jawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Barel Pranata Arson
FanfictionCan't we be together? ●●● Murni karangan author, jangan hubungkan dengan kehidupan nyata. @aaawaaa3