Jam 07.10, Angelyca hartanto, mahasiswi semester 3 dengan terengah-engah berlarian menusuri lorong kampusnya. Doa-nya hari ini semoga saja dosen ganteng yang terkenal galak itu, belum masuk ke kelasnya hari ini. Ini karena dirinya yang bangun terlambat tadi, bukan karena apa, gadis ini memang sangat susah bangun saat pagi. Bahkan, alarm yang sudah di setel-nya dari jam 4 pagi, tak kunjung membangunkannya, dan gadis itu baru bangun di bunyi alarm ke-10 di jam 6.12, dan tentu saja sudah mepet dengan waktu. Untung saja masih sempat mandi, biarpun tidak sempat menyisir rambut, intinya dirinya datang ke kampus untuk mengikuti kuliah yang menurutnya sangat pagi ini.
Sebenarnya, dirinya tak akan selambat ini. Hanya saja tetangga kos-nya yang rese mempermasalahkan alarm-nya yang katanya 'beribut' dan akhirnya keduanya saling bersambung mulut melalui telepon.
Kakinya terus melangkah, rapalan doa memenuhi mulut gadis yang kerap di sapa Lyca itu. Bukan apa, dirinya tidak takut dengan dosen galak itu, hanya saja mata kuliah dosen itu adalah 4 SKS, dirinya tak ingin mengulang lagi mata kuliah itu, dan cukup semester ini saja.
Akhirnya beberapa langkah lagi ia sampai ke kelasnya. Sesampainya Lyca menatap aneh, nampak hanya beberapa mahasiswa saja yang ada di sana. Ada apa ini?
"Met pagi Lyca, tumben pagi amat. Pak Carlos kan gak masuk hari ini." Tegur salah satu teman Lyca, namanya Irfan, dia ini adalah ketua kelas.
Mata lyca membulat dengan sempurna menatap Irfan. "Yang benar fan?"
"Kamu gak baca grup ya? Pak Carlos lagi urusan mendadak, jadi mata kuliahnya di undur jam 1."
Mendengar penjelasan Irfan bahu Lyca melosot turun. Harusnya ia tidak se-pagi ini datang ke kampus, dan melalui banyak drama di hidupnya. "Gue buru-buru, gak sempat liat HP."
Lyca kembali mengecek ponselnya, dan ternyata benar, Penanggung jawab mengabarkan pada grup bahwa mata kuliah yang di ampu oleh pak Carlos di tunda. "Hari ini satu matkul aja kan?"
Irfan mengangguk. "He'em. Ini masih pagi, lo ada rencana mau pulang."
Lyca menggeleng. "Gila kali gue. Gak ada kendaraan gini." Ia menghela nafas. "Nunggu aja."
Ya, beginilah nasib dari mahasiswa yang tidak ada kendaraan dan ongkos pas-pasan. Menunggu adalah hal yang terbaik dari pada pulang yang memiliki banyak resiko, bisa saja dia terlambat, terjebak macet, atau ketiduran, dan terlebih lagi uang yang di keluarkan tidak sedikit untuk membayar ojek online.
"Terserah kamu Ly. Oh iya, kata kak Firman kemaren, kamu tertarik sama Club kita ya?" Tanya Irfan yang langsung saja di angguki antusias oleh Lyca. Tentu saja, ia sudah menunggu selama semester 2 untuk di masukan ke dalam organisasi tersebut.
"Ly, tujuan kamu masuk apa? Kalau hanya mau dekat sama kak Nando gausa, lebih baik kamu belajar buat praktikkum aja. Semester ini kita sama pak Carlos lho." Irfan bukan melarang Lyca, hanya saja sebagai teman yang baik dirinya harus memberitahu yang terbaik bagi temannya.
Jika kalian berpikir sudah tidak ada lagi orang seperti Irfan yang bersifat Rasional, mendukung, dan juga tidak bersifat kompetetif. Kalian salah besar, masih ada orang seperti Irfan. Irfan adalah teman dari Lyca yang sangat bijak. Tak jarang Irfan menegur Lyca jika Lyca ada salah, dan Lyca tidak mempermasalahkan karena itu juga untuk kebaikan Lyca sendiri. Ya, mungkin karena umur Irfan yang sudah 22, membuat Irfan lebih dewasa dari pada Lyca dan teman-teman lain. Dan, itu juga yang membuat irfan terpilih menjadi ketua kelas.
Lyca menghela nafas. Irfan tak salah, Ia berbicara apa adanya, dan tida di tambah-tambah. Ya, Lyca masuk karena Nando, pemuda tampan yang menyita perhatian Lyca pada semester 2.
"Iya deh, gue jujur. Tapi emang gak boleh gue masuk ke organisasi lo fan? Ih jahat banget." Rengut Lyca kesal. Sebenarnya ia juga tidak terlalu niat masuk. Hanya saja ia penasaran.

KAMU SEDANG MEMBACA
tetangga kos, nyebelin!
Humor"Kalau boker suaranya jangan keras-keras, ganggu tau!" - Lyca, mahasiswa jurusan kimia, yang hidupnya tiada hari tanpa bacotan tetangga kosnya yang rese-nya minta ampun!