Namanya Sakura Haruno. Gadis kecil berusia 17 tahun yang merupakan anak ke-3 dari 3 bersaudara. Kedua kakaknya laki-laki kembar yang sibuk setiap saat. Jarang rasanya Sakura merasakan kehangatan dari sosok seorang kakak.
"Ne, Sakura. Pulang sekolah mau ke mana?" Gadis berambut pink itu menghadap ke arah sahabat kecilnya, Ino Yamanaka.
"Aku mau menonton acara pentas Kak Sasori, Ino. Sayang kalo ga nonton, dia butuh support system."
"Enak yah punya abang, aku juga pengen deh."
Kring.....
Bel berbunyi. Sakura dan Ino bergegas bersiap-siap pulang.———-
Sakura saat ini sedang duduk melihat Sasori memainkan pianonya. Dia mengelunkan melodi yang sangat indah. Tangannya berjalan kemari menekan not-not piano dan membentuk irama yang indah. Sakura hanya duduk terkagum. Sedari kecil dia berusaha agar bisa setara dengan kedua kakaknya. Sasori sang pianis dan Gaara sang atlet anggar. Sakura berusaha belajar piano, tetapi hasilnya nihil. Tangannya tidak bisa bergerak cepat dan nada yang dikeluarkan selalu tidak sesuai tempo. Saat dia memberanikan diri bermain anggar, hasilnya juga nihil. Dirinya malah terkena sayatan pedang dan membuat orangtuanya marah besar karena melakukan hal konyol.Acara pun selesai. Mebuki dan Sakura bergegas ke belakang panggung. Di sana terlihat Sasori sedang dikerubungi banyak orang, ada yang meminta untuk berfoto selfie dan juga mengucapkan selamat atas pentas perdananya.
Sakura memberikan bucket bunga kepada Sasori.
"Penampilanmu tadi sangat bagus, Kak." Sakura mengucapkan itu sebagai bentuk kagumnya kepada Sasori. Namun, sepertinya Sasori tidak memedulikannya dan hanya menjawab ucapan selamat dari Mebuki saja.
Melihat itu, Sakura memilih untuk pergi dari luar gedung. Sakura lelah. Sejak ia kecil, orang-orang di rumah jarang sekali menganggap ia ada. Terutama ayahnya dan kedua kakaknya. Mebuki hanya menganggap Sakura sebagai pembantunya dalam urusan rumah tangga, seperti membersihkan kamar kedua kakaknya.
Sakura hanya diam di luar. Melihat orang berlalu lalang. Terkadang ia berpikir untuk pergi dari rumah saja. Toh, tidak ada bedanya saat dia ada dan tidak ada.
Ting!
Pesan masuk.
Sakura membaca pesan itu yang ternyata dari Mebuki.
'Sakura ayo pulang, Ibu sudah di mobil.'
Dengan cepat, Sakura pergi ke mobil.
—//—
KAMU SEDANG MEMBACA
Ballerina (sasusaku)
Historia Corta"Aku hanya lelah, Nii-san." "Maafkan kami Sakura."