Part 3

519 69 11
                                    

Waktu pertemuan kedua keluarga telah mendapatkan hasil positif; Aksa merestui pernikahan papanya, Bram. Liana begitu memanjakannya dengan banyaknya kasih sayang, begitu juga dengan Bram menyayangi Biru dan juga Gala penuh afeksi figur seorang ayah.

Hari yang dinanti jatuh pada hari ini, hari dimana dua ikatan cinta akan bersanding dengan sebuah janji suci sebuah pernikahan.

Liana begitu anggun dan sangat cantik, tubuh rampingnya dibalut oleh gaun dari seorang designer terkenal pada masa kini. Bram sangat berniat menunjukkan pada semua orang, ibu sambung dari putranya begitu berlian. Ada sebuket bunga mawar di tangannya, dan digiring oleh kedua putranya menuju ke altar, yang kini ada Bram yang menunggunya dengan begitu tampan dan gagah.

Aksa sedari tadi tidak berhenti tersenyum, senyum bahagia tercetak di binar kedua matanya. Hatinya menghangat, dan juga rasa haru menyambangi netra elangnya.

"Mama, izinin Aksa buat manggil tante Liana dengan panggilan mama juga. Aksa seneng, akhirnya Aksa udah nggak sendirian lagi di mansion soalnya ada dua saudara Aksa nanti. Mama bahagia yah disana, mama akan selalu hidup dihati Aksa sampai kapanpun" doanya dalam hati.

Biru dan Gala datang menghampiri Aksa,  yang duduk di meja bundar yang tersedia untuk keluarga. Ketiga anak adam itu tersenyum menyambut hubungan baru antar kedua orang tua mereka. Apalagi di atas altar sana, ketika Bram mengucapkan janji suci dan Liana juga turut membalasnya, disertai ciuman ala awal babak baru dalam keduanya.

Biru tersenyum, senyum bahagia yang diperuntukkan untuk mamanya, dia sebagai sulung keluarga, tau betul bagaimana susahnya sang mama mencari penghasilan untuk menghidupi mereka bertiga setelah sang papa meninggal, hingga detik Liana mempunyai toko kecil seperti sekarang. Air mata milik Gala tidak terbendung, menangis terisak di dekapan sang kakak baru; Aksa. Tangan kurus dan lentik itu, mengelus sayang punggung termuda, menunjukkan afeksi bahwa dia sekarang berstatus sebagai seorang kakak, sesekali membisikkan kata-kata penenang bahwa Gala mempunyai keluarga utuh sekarang.

Biru tersenyum geli, melihat tingkah adiknya. Tidak ada rasa cemburu dalam dadanya, ketika Gala menangis dalam dekapan orang baru. Hatinya menghangat, ini yang sedari dulu dia inginkan. Adanya sosok mama, papa dan kedua adiknya. Bergabung dalam pelukan yang terlihat hangat itu, biarkan mereka terlihat seperti teletubbies bagi yang menjadi tamu undangan.

Posisi pelukan, dengan Gala yang terapit diantara kedua kakaknya.

"Tuhan, semoga ini adalah awal yang baik"

Sedangkan di altar ada Liana dan Bram yang menyaksikan adegan manis ketiga anaknya

"Lihat mas, mereka lucu kalau lagi pelukan kek gitu" Liana tersenyum haru melihatnya.

"Iya, semoga ini awalan baru untuk kita. Lia, tuntun saya menjadi papa lebih hangat, untuk Biru, Gala apalagi Aksa" ujarnya mempererat rengkuhan pada pinggang sang istri. Liana tersenyum dan mengangguk, mencium singkat rahang tegas milik suaminya.

"Kita akan berusaha menjadi orang tua yang baik untuk ketiga anak kita" senyum Liana menular ke Bram, pria kaku itu merasakan hatinya menghangat, dan sesingkat mungkin mencuri ciuman di bibir kepunyaan si wanita yang menimbulkan rona merah di wajah ayunya.

"Kuharap sebentar malam, kamu tidak lari dari saya" bisikan seduktif itu membuat peredaran darah Liana memompa dengan cepat, jantungnya berdebar gugup dengan sesuatu yang sudah lama tidak pernah dirasakannya lagi.

Sesi foto keluarga berlangsung, lima wajah berseri itu tercetak di sebuah kenangan beku yang tidak pernah akan terulang untuk kedua kalinya. Semuanya bahagia, para undangan memberikan doa dan harapan baik pada kedua mempelai. Keluarga Andranaya selaku pihak dari istri pertama Bram juga ikut turut berbahagia.

Aksara Putra AdinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang