Part 4

516 67 17
                                    

Suasana mansion Adinata berubah menjadi 180° dari biasanya; yang dingin sehingga begitu damai dan hangat. Banyak perubahan ketika Bram menikah.

Liana sibuk di dapur untuk menyiapkan menu sarapan pagi, hari dimana dia menginjakkan kakinya di mansion Adinata, apapun yang keluarganya makan, itu harus terjamah dari tangannya langsung. Apalagi Aksa yang begitu excited jika tau mama barunya itu yang memasak.

"Bi Areum, minta tolong lanjutin masakan saya yah? Soalnya saya mau bangunin anak-anak dulu, mereka ada jadwal kampus pagi" Liana menatap wanita paruh baya itu dengan tidak enak hati, begini-begini dia juga masih merasa sungkan walaupun dia nyonya di mansion ini.

"Iya nggak apa-apa nyonya, inikan juga bagian dari pekerjaan saya." Bi Areum tersenyum lembut, mengambil alih spatula dari tangan Liana

"Makasih yah bi, saya izin mau keatas dulu" Liana tersenyum dan langsung berlalu pergi menuju lantai lima dimana semua kamar anaknya berada.

Bram sejak pagi-pagi tadi sudah berada di ruang kerjanya, untuk menyelesaikan beberapa laporan penting yang dikirimkan oleh sekretarisnya, dan dia tinggalkan selama seminggu ini.

Cklekk..

Liana memasuki kamar sulungnya terlebih dulu, dan tersenyum ketika melihat tempat tidur anaknya itu sudah kosong dan tertata rapi. Biru memang tipikal anak yang tidak suka suasana kacau apalagi bising, terbanding terbalik oleh si bungsu yang begitu serampangan.

Memilih meninggalkan kamar anaknya, karena sang empunya sepertinya sedang mandi, terbukti dari suara gemercik air.

Ibu tiga anak itu membawa langkahnya menuju ke kamar sang anak kedua; Aksa. Setelah seminggu tinggal bersama, Liana sedikit demi sedikit mulai menghafal tabiat anak sambungnya itu. Memang Aksa ini, berada di tengah-tengah antara Biru dan Gala. Jika Biru bisa bangun tidur secara mandiri, maka Aksa ini harus ada bumbu drama; tiba-tiba minta peluk, clingy, jadi Liana merasa merawat anak balita kembali. Aksa bisa berbohong pada papanya tentang keadaannya, tapi itu tidak berlaku pada mamanya, Liana. Sedangkan Gala, mungkin ada gempa sekalipun, anak itu pasti lebih memilih tidurnya daripada menyelamatkan diri.

Cklekk..

Membawa langkahnya lebih masuk ke area privasi milik Aksa, suasana temaram membuat Liana masih bisa melihat jika tidur putranya itu begitu nyenyak tanpa terganggu, menekan remote gorden otomatis dan seketika suasana temaram digantikan cahaya sinar matahari, membiarkan angin pagi masuk melewati jendela. Dan itu belum membuat Aksa terusik sama sekali.

Liana mengulum senyum, melihat cara tidur Aksa yang begitu kalem; bantal dan selimut sudah berserakan di lantai, dan juga gulingannya. Posisi si anak tengah meringkuk seperti bayi, Liana duduk di pinggiran ranjang dan mengelus sayang rambut anaknya, sesekali mencium kening hangat itu.

"Kakak bangun, hari ini ada jadwal kuliah pagi kan?" Bisiknya di telinga Aksa yang mulai menggeliat.

"Hmm, bentar mama. Aku lagi mimpi di kejar dinosaurus ini" rengek Aksa dengan suara seraknya, ketika sang mama tidak berhenti untuk mengusik tidurnya. Wanita yang masih ayu itu tertawa, anaknya ini begitu random, dia pikir Aksa itu anak yang kalem, tapi baru seminggu dia sudah tau semua sisi manis anaknya itu.

"Tidak yah sayang, ayo bangun. Kamu kan ada kuliah pagi, abang aja udah siap-siap tuh" ujar Liana yang asik menjawil hidung mancung milik Aksa.

Terpaksa, Aksa membuka matanya lebar-lebar, walaupun masih terlihat kantuk di mata itu. Bukannya bangun, Aksa memindahkan kepalanya ke pangkuan sang mama dan membenamkan wajah di perutnya. Liana paham, anaknya mode clingy, dengan senang hati, tangannya memainkan rambut halus itu, memberikan beberapa waktu untuk mengumpulkan nyawa Aksa.

Aksara Putra AdinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang