Part 1

749 81 8
                                    

"Sebentar malam kita makan di luar, sekaligus bertemu dengan calon mama dan saudaramu." Suara berat dan tegas itu mengalun di keheningan sarapan pagi yang sedang berlangsung. Brama Mahendra Adinata sang pelaku telah menyelesaikan acara sarapannya dan kini memusatkan atensinya pada sang anak tunggal Aksara Putra Adinata.

Aksa yang mendengar itu menunduk dan menggigit kecil bibir bagian bawahnya, ingin menolak tapi dia tidak ingin menghancurkan kebahagiaan sang papa. Sejujurnya Aksa takut papanya akan melupakan dirinya, dan berbahagia bersama istri barunya dan juga anak sambungnya itu, Aksa tidak ingin itu terjadi walaupun mereka jarang berbagi cerita, tapi remaja 19 tahun itu hanya memiliki sang papa di hidupnya. Makanan dihadapannya kini hanya diaduk tanpa selera. Semua itu tidak luput dari perhatian Bram, yang sedari tadi tidak melepas tatapannya pada sang putra.

"Makan, jangan hanya diaduk. Jangan lupa vitaminnya" Bram kembali membuka suara, sedikit merutuki dirinya karena menyinggung tentang pertemuannya dengan sang calon istri. Harusnya dia tau pembahasan ini sedikit sensitif pada sang anak. Aksa hanya mengangguk lesu dan kembali menyuap makanan dalam keadaan malas. Bram terus memperhatikan tanpa menegur, dan untuk jawaban Aksa dia anggap 'iya' dengan keterdiamannya, karena pada hakikatnya Aksa tidak pernah menolak perintah mutlak sang papa.

Brama Adinata pria berusia 42 tahun, seorang pengusaha kaya raya sekaligus single parent bagi Aksara Putra Adinata, sang putra tunggal. Single parent? Iya, mama dari Aksa telah meninggal sejak usia Aksa masih SD kelas 4. Kecelakaan pesawat yang dialami sang mama merenggut nyawanya, ketika beliau melakukan perjalanan menuju ke Jepang.

Bram duda anak satu itu, tidak tau cara mengekspresikan diri, tutur katanya yang dingin, tatapannya yang datar, membuat Aksa tidak bisa menolak setiap ucapan papanya. Kadang Aksa berpikir apakah papanya tidak menyukai dirinya? Karena setiap harinya mereka jarang melakukan konversasi. Padahal Aksa tidak tau saja, sebagaimana Bram menyayanginya, berusaha menjadi figur seorang ayah yang baik tapi menurut versinya. Alasan lain Bram ingin membuka lembaran baru pada seorang wanita kembali, bukan hanya sekedar untuk dirinya sendiri, tapi untuk anaknya, kesayangannya. Agar Aksa tidak merasa kesepian dan ada tempat bercerita akan hari-hari yang dilaluinya serta melimpahkan banyak kasih sayang dan cinta padanya.

Bram selama ini berusaha memilih dan memilah untuk mencari seseorang yang bisa menerima dirinya dan juga Aksa, agar anaknya itu bisa kembali mendapatkan figur seorang ibu yang selama ini sudah hilang. Dan pilihannya jatuh pada seorang wanita cantik yang juga berstatus sebagai single parent seperti dirinya, Aliana Silviana.

Liana sendiri bekerja di toko roti miliknya, pertemuan kedua mempelai itu hanya kebetulan karena perusahaan Bram berlangganan pada toko roti milik Liana. Dan di sanalah Bram mempunyai ketertarikan pada janda anak dua itu, tapi perasaannya tidak langsung diutarakan, menunggu waktu yang tepat dan juga menilai sikap dan sifat Aliana, apakah dia wanita yang cocok untuk menjadi ibu sambung putranya. Dan saling memantaskan diri dan juga saling berbagi kehidupan pribadi masing-masing.

Dan yah Bram jatuh hati pada wanita berusia dua tahun dibawanya itu, seringkali dia meminta pendapat pada Liana tidak jauh-jauh dari nama Aksa. Dengan senang hati Liana memberikan beberapa referensi pada Bram yang ingin menjadi sosok papa yang hangat.

Tidak ada alasan lagi untuk Bram, tidak meminang seorang Aliana Silviana untuk menjadi pendamping hidupnya. Wanita yang baik hati dan penuh kelembutan itu harus menjadi ibu untuk anaknya. Untuk kedua anak Liana sendiri, sudah beberapa kali bertemu dengan Bram dan first impression yang sangat baik, justru ketiga pria beda usia itu menjadi akrab dan Bram sering menceritakan tentang Aksa pada kedua calon anaknya. Dan tentunya disambut antusias oleh keduanya.

Selepas sarapan tadi, Bram langsung berangkat ke perusahaannya, dan Aksa memutuskan untuk ke rumah kaca yang dibuat khusus untuknya tepat di samping mansion. Berhubung hari ini Aksa tidak ada kelas, jadinya disinilah dia berada di rumah kaca sebagai tempat privasinya, tempatnya menyalurkan hobinya; melukis, bermain piano sebagai kesenangannya.

Tapi untuk sekarang ini, Aksa kesini hanya untuk berdiam sejak 15 menit lalu. Berpikir apa yang harus dilakukannya ketika bertemu calon mamanya itu, dirinya tidak ingin membuat malu sang papa tapi Aksa bingung harus seperti apa. Memikirkan itu membuatnya sakit kepala, Aksa takut papanya akan menjauh darinya karena bersikap tidak baik, sedangkan begini saja papanya itu dingin, apalagi jika mempunyai pasangan baru.

Aksa tidak pernah akan tau seberapa sayangnya Bram pada dirinya, Aksa tidak pernah tau seberapa sering papanya itu menceritakan tentangnya pada calon mamanya, dan Aksa tidak tau saja alasan Bram juga ingin menikah lagi karena hanya untuk dirinya, agar Aksa bisa mendapatkan kembali lagi yang namanya kasih sayang sosok ibu.

Ditekankan sekali lagi; Brama Mahendra Adinata, tidak tau caranya mengekspresikan diri serta perasaannya. Sifat dan tingkahnya disalah pahami oleh putra semata wayangnya, sehingga Aksa mengganggap jika papanya itu tidak menyayangi dirinya.

Tanpa sadar Aksa tertidur di karpet tebal dan lembut yang terbentang di sudut ruangan, waktu sudah menunjukkan waktu sore, dan anak itu masih setia tertidur dengan lelapnya dan melewati jam makan siangnya. Rumah kaca itu di design sangat baik sehingga Aksa merasa nyaman, tidak sembarang orang bisa masuk kesana hanya Aksa dan satu orang lagi kalau bukan sang tuan besar; Brama.

"Dimana putraku?" Bram langsung bertanya keberadaan Aksa pada pelayan, padahal baru saja menginjakkan kakinya di mansion, orang pertama yang langsung dicarinya pasti sang anak.

"Tuan muda Aksa berada di rumah kacanya tuan sedari pagi tadi, dan belum keluar sampai sekarang." Lapor sang pelayan yang sudah memasuki usia 50 tahunan itu dengan sopan.

Bram mengernyit sedari pagi, berarti anaknya itu melewati jadwal makan siangnya lagi? "Makan siangnya?" Tanyanya memastikan, dan jawaban yang diberikan itu membuat Bram naik pitam.

"Tuan muda melewati makan siangnya, sedari tadi saya dan juga beberapa bodyguard berusaha memanggil tuan muda Aksa, tapi nihil tidak ada jawaban sama sekali. Tapi setelah saya check di CCTV, tuan muda sedang tidur." Lanjut kepala pelayan yang bernama Bi Areum.

Mendengar itu Bram mengganguk, dan memutar kembali langkahnya guna ke rumah kaca yang dimana ada Aksa di dalamnya. Kaki jenjangnya sudah berada di depan pintu, tangannya bergerak lincah menekan pin di tombol otomatis. Rumah kaca ini di design sangat baik, selain untuk kenyamanan tapi juga untuk keamanan, smart door. Finger print dan pin yang berlaku. Hanya dia dan Aksa yang mempunyai akses dari pintu rumah kaca ini

Klik..

Pintu terbuka otomatis, dan langsung saja Bram masuk dan menuju kearah sang anak yang masih pulas. Bram berjongkok dengan posisi kaki satu menekuk, posisi Aksa membelakanginya dengan sangat hati-hati papa satu anak itu meneletangkan posisi anaknya dengan baik. Bram tersenyum kecil, pasalnya Aksa tertidur dengan mata yang tidak tertutup sempurna dan jangan lupakan mulutnya yang menganga kecil, gemas, Bram ingin sekali mencubit pipi tirus itu. Alih-alih mencubitnya pria paruh baya itu malah mengelus pipi halus itu penuh afeksi kasih sayang.

"Maaf yah nak, papa terlalu kaku sama kamu. Kamu segalanya untuk papa, dunianya dan harta berharga peninggalan mama. Jadi Aksa sehat-sehat ya jagoan?" Bisiknya di telinga Aksa yang lelap, menggendong tubuh ringkih itu dengan gaya bridal style membawa Aksa menuju ke kediaman utama Adinata, karena waktu sudah menuju petang, dan juga janji makan malam bersama calon istri dan calon anaknya.















halo aku bawa cerita baru lagi nih 😔
sambut ya dengan baik, berikan kesan positif dan tunjukan dukungan kalian hehehe.

ini aku ambil dari pengalamanku yang tiba-tiba punya mama baru WKWKWK, jadi cerita ini hanya untuk happy fun aja, tidak ada sangkut pautnya sama siapapun.

happy reading guyseu 🌷














written by: vantaegurls
18/06/2024

Aksara Putra AdinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang