}-{
Mediasi kasus perundungan Elisa sedang berlangsung. Di sebuah ruangan yang sunyi, Elisa ditemani oleh lima anggota OSIS yang setia, duduk berhadapan dengan para pelaku. Anggota KPPK, bertindak sebagai penengah, berusaha menciptakan suasana yang kondusif agar semua pihak dapat menyampaikan pendapatnya. Mereka berharap, melalui pertemuan ini, dapat ditemukan solusi yang adil bagi semua.
Setelah melakukan evaluasi singkat dan mediasi, guru BK bersama ketua KPPK memutuskan untuk memberikan sanksi kepada para pelaku perundungan itu. Sebagai bentuk pertanggungjawaban, mereka diwajibkan membersihkan lingkungan sekolah selama satu bulan penuh di bawah pengawasan langsung dari tim KPPK yang terdiri dari Nathasa, Yuna, Dita, Keano, dan Gilang.
Untungnya banyak bukti dan saksi yang membuat para si pembully dinyatakan bersalah atas tindakan yang mereka lakukan, tidak lupa juga berkat bantuan OSIS juga laporan ini berjalan lancar sesuai rencana.
}-{
Tring... Tring...
Terdengar bunyi nyaring dari suara bel yang menggema memenuhi seisi ruangan sekolah, Pertanda bahwa waktu pulang sudah tiba. Semua siswa-siswi Achievement Academy pun mulai meninggalkan sekolah untuk menuju kerumah masing-masing.
"Nathasa dan teman-temannya berkumpul, pikiran mereka berkecamuk memikirkan Elisa. Mereka bingung, bagaimana jika Elisa tidak ingin ikut? Namun, persahabatan mereka begitu kuat. Akhirnya, dengan semangat, mereka memutuskan untuk tetap mengajak Elisa. Dan, sungguh melegakan, Elisa menyetujui rencana mereka untuk menghabiskan akhir pekan di taman hiburan! Tentu saja, petualangan mereka tidak berhenti di situ. Rencana seru lainnya pun muncul: bermain timezone dan berburu barang couple di mall!
}-{
Jam menunjukkan pukul 12.30 siang di hari Minggu yang cerah. Di tengah hiruk pikuk mall, Yuna dan teman-temannya terlihat antusias merencanakan kegiatan mereka. "Mulai dari mana dulu, nih? Timezone or shopping?" tanya Yuna dengan semangat. Suaranya langsung dibalas riuh oleh teman-temannya, kecuali Bimantara yang lebih suka mengamati sekeliling. Tanpa pikir panjang, mereka pun berhamburan menuju toko-toko yang menarik perhatian mereka. Mulai dari aksesori yang gemerlap, baju-baju kekinian, hingga sepatu-sepatu kece, semuanya tak luput dari pandangan mereka.
Jam menunjukkan pukul tiga sore. Nathasa dan teman-temannya merasa perut sudah kenyang. Mereka pun bergegas menuju Timezone untuk menghabiskan waktu dengan bermain. Mulai dari adu cepat di Boom-boom car, merasakan sensasi luar angkasa di VR Magic UFO, hingga mencoba keberuntungan di mesin capit boneka, semuanya mereka coba dengan penuh semangat.
Matahari mulai meredup, menandai waktu yang tepat untuk merasakan sensasi berbeda. Nathasa dan teman-temannya sudah tak sabar lagi ingin menjajal semua wahana di taman hiburan kota. Setelah puas berputar di komedi putar dan merasakan adrenalin terpacu di roller coaster, mereka pun mengalihkan perhatian ke wahana yang paling ditunggu-tunggu: rumah hantu.
"Guys, karena kebetulan di sini ada rumah hantu, ayok ke sana," ajak Haikal dengan semangat.
"Boleh juga tuh, gass langsung kesana," balas Elisa sambil mengacungkan jempolnya.
Langkah mereka semakin cepat saat mendekati pintu masuk rumah hantu. Suara jeritan samar-samar terdengar dari dalam, membuat bulu kuduk mereka meremang. Dengan hati berdebar kencang, mereka pun memasuki lorong gelap yang penuh dengan hiasan menyeramkan. Tiba-tiba, sebuah tangan dingin menyentuh bahu Elisa. "AAAAA~" jeritnya histeris.
Karena takut dan kaget akibat kedatangan pocong dan tangan misterius secara tiba-tiba, Dita memeluk Yushiro, dan Elisa, Yuna, Takahiro, Sakti beserta Haikal berlari kearah pintu keluar sambil berteriak, sedangkan Nathasa dan Bimantara hanya diam memandangi Pocong tersebut beberapa detik sebelum pocong tersebut pergi kembali ketempatnya.
"Lah, anjing si Elisa udah bisa lari cuy mana harus pake jatuh segala lagi ketimpa sama kuntilanak di situ," ujar Nathasa yang kaget dengan keadaan Elisa sambil tertawa. Bimantara yang juga melihat Elisa tersungkur karena kakinya yang masih terlukapun ikut tertawa.
"Pak! Hati-hati, nanti di hantuin balik loh," canda Nathasa sambil tertawa melihat teman-temannya yang berlari terbirit-birit karena takut, apalagi Elisa yang terjatuh akibat pocong tersebut.
"Iya, pak! Hati-hati, takutnya bapak kena karma!" tambah Bimantara yang tidak kalah dari Nathasa yang suara tawanya menggema satu ruangan karena kejadian itu.
"Nggak mungkin," balas Pocong gadungan tersebut dari tempat persembunyiannya.
Yushiro tahu betul bagaimana cara menenangkan Dita. Dengan sabar, Yushiro mendengarkan keluhan Dita sambil sesekali memberikan usapan lembut di punggungnya. "Gue selalu ada untuk lo," bisik Yushiro.
"Tapi, gue masih takut, Ro."
"Gue ada di sini Lo nggak perlu takut."
Bimantara dan Nathasa langsung menoleh ke arah Yushiro dan Dita. Mereka baru sadar kalau teman-temannya sudah ada di samping mereka sejak tadi.
"Dit? Lo gak papa?" tanya Nathasa Khawatir.
"Iya, Nggak papa. Gue cuma kaget doang sama sedikit takut."
"Owh, yaudah, kalo gitu ayok keluar pasti temen-temen yang lain udah pada nunggu."
"Hmm, ayok."
Saat keluar dari rumah hantu, Nathasa melihat Yuna dan Elisa masih gemetaran. Sakti langsung memeluk Yuna erat-erat, sementara Haikal menggandeng tangan Elisa. "Udah, jangan takut. Aku di sini," bisik Sakti lembut. Yuna pun mengangguk pelan, rasa takutnya sedikit berkurang.
Nathasa melirik jam tangannya. Jarum panjang sudah menunjuk angka 9, sementara jarum pendek hampir menyentuh angka 10. "Wah, sudah malam ya? Ayo kita pulang. Nanti dimarahin orang tua kalau terlalu larut," ujarnya sambil berdiri. Teman-temannya pun segera mengiyakan dan bergegas pulang.
}-{
Saturday, 10-08-2024
Maaf untuk eps kali ini pendek ya guys cuma sampai 720 kata doang. Maaf banget.
Jangan lupa vote and komen
KAMU SEDANG MEMBACA
We Have Everything Together (hiatus)
FanfictionSiapa sangka pertemuan tak terduga bisa mengubah segalanya? Dulu, aku tak pernah menyangka akan sedekat ini dengan Bimantara Auriga Pramudya, ketua OSIS yang terkenal dingin dan misterius itu. Cowok yang satu ini, dengan postur tinggi menjulang dan...