Beberapa hari kemudian, tepatnya Sabtu siang 27 Juli 2024, pukul 10.05, bel istirahat berbunyi nyaring. Nathasa dan teman-temannya langsung berhamburan keluar kelas, tak sabar untuk berkumpul dan berbagi cerita seru. Saat mereka sedang asyik mengobrol, Haikal tiba-tiba berucap, "Kalian nggak punya ide apa buat nglakuin hal random selama seminggu ini? Gue bosan."
Wajah mereka mengernyit, lalu menggeleng tegas, menunjukkan penolakan.
"Guys, gue punya ide buat bermain challenge. Challenge-nya ini kita bersembilan setiap pagi dan setiap pulang sekolah selalu bareng pakai becak selama 1 minggu dan selalu bawa bekal kesekolah. Kalo ketahuan beli nasi buat bekal dan nggak ikut naik becak bakal kena hukuman + perpanjang hari Challenge-nya selama 2 hari dan memperpanjang hari ini berlaku untuk semua anggota, Gimana?" usul Elisa.
"Boleh juga," Balas Yuna menanggapi.
"Mulai kapan?" tanya Nathasa.
"Hari senin," jawab Elisa.
"Hm... rumah gue, Elisa, Takahiro, Sakti searah jadi kami bareng aja dan... di mulai dari lo ya Ka, rumah lo kan paling belakang," ucap Haikal.
"Okey, karena kita berlima searah di mulai dari Yushiro, ya? Nanti kami bertiga nunggu di depan rumah Nathasa," ujar Dita.
"Oke, Bu Wakil," ujar Yushiro dengan semangat, matanya berbinar sambil mengancungkan jempol kanannya. Dita yang melihatnya hanya bisa terkekeh kecil, matanya ikut berbinar membalas senyuman Yushiro.
}-{
Senin, 29 Juli 2024, hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba! Dengan semangat membara, Nathasa dan teman-temannya bersiap untuk memulai hari pertama melakukan challenge seru yang telah direncanakan. Sesuai kesepakatan, Yushiro mulai menjemput Bimantara dan kemudian bergegas ke rumah Nathasa. Sesampainya di sana, mereka mendapati ketiga sahabatnya sudah siap dengan senyum sumringah, bahkan sudah menaiki becak yang terparkir rapi di depan rumah Nathasa, mereka siap untuk memulai petualangan
"Kalian udah nunggu lama?" tanya Bimantara.
"Nggak, baru juga duduk," jawab Nathasa.
"Okey, pak. Jalan. Kita ke Achievement Academy ya pak," ucap Yuna memberitahu.
Sesampainya di sekolah, semua mata tertuju pada Nathasa dan teman-temannya. Bisikan-bisikan terdengar jelas di antara kerumunan siswa. 'Kok naik becak sih?' 'Aneh banget!' gumam beberapa siswa dengan nada mengejek. Namun, Nathasa dan teman-temannya hanya tersenyum menanggapi. Mereka tidak peduli dengan pandangan orang lain. Sesampainya di kelas, mereka langsung bergabung dengan Elisa dan teman-temannya yang sudah menunggu.
}-{
Suara riuh rendah memenuhi kantin saat bel istirahat berbunyi. Nathasa dan teman-temannya sudah lebih dulu menempati meja favorit mereka. Tiba-tiba, suara ceria menggema, "Hai, guys. Udah lama?" Elisa datang dengan seulas senyum, menghampiri teman-temannya sambil membawa nampan berisi makanan.
"Udah, lo aja yang lama," ketus Dita sambil memakan bekal miliknya.
Yushiro memperhatikan perubahan pada Dita. Dengan nada khawatir, ia bertanya, "Kamu kenapa, Dit? Ada yang sakit? Atau lagi red days?"
"Hah? Iya." Dita mengangguk mengiyakan dengan cemberut.
"Yush, kok lo bisa tau sih kalo si Dita lagi red days?" tanya Yuna penasaran.
"Dari perubahan sifat. Biasanya cewe yang lagi red days bawaannya marah atau badmood," jelas Yushiro.
"Dari mana lo tau?"
"Gue sering meratiin sepupu-sepupu perempuan gue kalo lagi red days,"
Takahiro menghela napas panjang, lalu berdiri. Ada yang aneh dengannya hari ini. Dengan langkah cepat, ia meninggalkan teman-temannya. Wajahnya yang biasanya ceria kini berubah menjadi keruh, alisnya bertaut. Dengan langkah gontai, ia berjalan menuju kelas, mengabaikan tatapan heran teman-temannya.
Namun, langkahnya terhenti saat sebuah suara lirih minta tolong terdengar samar dari arah gudang sekolah. Tanpa ragu, Takahiro mendekati sumber suara tersebut dan perlahan-lahan membuka pintu gudang.
BRAK! Pintu gudang terbuka dengan keras. Mata Takahiro membulat sempurna saat melihat sosok gadis itu. Rambutnya kusut, pakaiannya kotor berlumuran noda, dan bau telur busuk menyengat menusuk hidung. Takahiro terdiam sejenak, otaknya berusaha mencerna pemandangan di depannya.
"Lo nggak papa?" tanya Takahiro dengan suara bergetar, matanya terpaku pada gadis itu. Tak mendapat jawaban, ia langsung bertindak.
Dengan hati-hati, Takahiro mengangkat tubuh gadis itu dan membawanya ke kamar mandi. Jas sekolahnya ia jadikan tameng untuk menutupi tubuh gadis itu yang kotor, berharap tidak ada yang melihat kondisinya yang mengenaskan.
"Kamar mandi belakang aja ya," gumam Takahiro sambil berlari kecil. Ia mengambil seragam cadangan yang selalu ia simpan di loker. Dengan napas terengah-engah, ia kembali ke kamar mandi.
"Nih, pakai dulu," ujarnya sambil menyodorkan seragam itu. "Jangan khawatir, aku akan bantu."
Takahiro berjongkok tepat di depan gadis itu, matanya menatap lembut. "Udah siap, kan?" tanyanya sambil tersenyum tipis. "Ayok, kita keluar dari sini."
"Ngapain?"
"Naik," perintah Takahiro lembut, matanya tertuju pada luka di kaki gadis itu. "UKS di atas. Emang lo kuat?" Gadis itu ragu sejenak, namun akhirnya mengangguk pelan. Dengan hati-hati, Takahiro membantu gadis itu naik.
Setibanya di UKS, Takahiro langsung bertindak. Dengan sigap, ia mengeluarkan kotak P3K dan mulai mengobati luka Thasa. Berkat pengalamannya sebagai Ketua PMR, Takahiro dengan teliti membersihkan dan membalut luka di kaki Thasa.
"Untung lo Ketua PMR," gumam Thasa pelan.
Takahiro tersenyum. Sebagai Wakil Ketua PMR, ia sering berlatih P3K bersama Takahiro. "Makanya lo harus hati-hati," balas Takahiro sambil melanjutkan pekerjaannya.
"Lo gak papa, kan?" tanya Takahiro kesekian kalinya.
"It's okay. Lukanya juga nggak parah."
"Mau gue anter kekelas nggak?"
"Ah, tidak usah, gue bisa sendiri, makasih udah bantuin gue," tolak Thasa secara halus dan pelan.
"Yakin?" tanya Takahiro memastikan.
Thasa mengangguk kuat, "iya."
"Kalo gitu gue kekelas dulu," pamit Takahiro sebelum pergi menjauh.
"E-eh, Hir, jaket lo—" Thasa terdiam, matanya mengikuti kepergian Takahiro. Wajahnya memerah. "Okey, balikin besok aja. Sekalian cuci biar bersih," gumamnya sambil tersenyum malu.
}-{
"Habis dari mana? Lama banget," bisik Yuna saat Takahiro menduduki kursinya.
"Uks."
"Ngapain?" bisiknya lagi.
"Kapan-kapan gue ceritain lagi ada guru," timpal Takahiro yang membuat yuna sedikit terdiam.
"Ah, baiklah. Tapi, lo belum nyeselain bekal lo tadi."
"Nanti gue habisin pas istirahat."
}-{
Friday, 20-09-2024
KAMU SEDANG MEMBACA
We Have Everything Together (hiatus)
FanfictionSiapa sangka pertemuan tak terduga bisa mengubah segalanya? Dulu, aku tak pernah menyangka akan sedekat ini dengan Bimantara Auriga Pramudya, ketua OSIS yang terkenal dingin dan misterius itu. Cowok yang satu ini, dengan postur tinggi menjulang dan...