Prolog
Detak jantungnya sudah tidak karuan, berlari tanpa arah tujuan dan sesekali ia berteriak memanggil nama seorang gadis kecil yang sekarang hilang dari pengawasannya.
“Di mana kau?” Suaranya parau, matanya sudah bengkak karena terus menangis. Anak laki-laki itu, tahu kalau ia tersesat, tapi dia tidak punya waktu untuk takut sekarang.
Sepatu putihnya sudah sangat kotor karena berlari di tanah yang basah. Hutan yang ia masuki mulai menggelap. Mungkin hampir malam, atau ia yang terlalu masuk ke dalam hutan sehingga cahaya matahari sulit tembus di balik pepohonan berdaun lebat.
“Apa itu?”
Sebuah pusaran cahaya biru aneh terlihat di antara dua batang pohon. Ia tidak berpikir bahwa itu berbahaya. Ia mulai berjalan mendekat, tanpa ragu ia menyentuhnya dan seketika tubuhnya ikut tertarik ke dalam pusaran cahaya itu.
Saat membuka mata, dia baru tersadar bahwa ia sudah berpindah tempat. “Aku … di mana?”
Saat ia berbalik, cahaya itu masih ada di belakangnya. Seakan ia baru saja memasuki tempat lain. Ia pun melihat sekeliling, pohon-pohon di hutan itu juga berubah, hanya batang kering tanpa daun.
Penasaran, ia menyentuh kembali pusaran cahaya itu dan benar saja, ia kembali ke tempat sebelumnya.
Tidak tahu ini tindakan yang benar atau bisa sangat membahayakan dirinya, dia semakin penasaran dengan dunia yang baru saja ia lihat di balik pusaran cahaya itu.
Mungkin saja dia juga melihat cahaya ini dan masuk ke sana, pikirnya. Tangannya menyentuh cahaya itu lagi.
Setelah kembali memasuki hutan menyeramkan itu, ia terus melanjutkan pencarian. Cukup lama ia menjelajahi tempat asing itu, kakinya sudah tidak sanggup berjalan lebih jauh lagi.
“Hujan?” Tangannya menadah air yang turun dari langit, sesekali meminumnya karena haus. Hujan itu turun semakin deras dan di sana tidak ada tempat berteduh.
Berpikir ingin kembali, tapi saat ia berlari, anak itu melihat sesuatu yang tidak asing di matanya. Sepasang kaki terlihat menjulur di balik batang pohon.
Ia sudah menduga kaki siapa yang ada di sana. Dengan cepat ia mendekat, berharap tidak ada hal buruk yang terjadi.
“Tidak!” Ia melihat gadis kecil berambut hitam panjang itu kini terlihat pucat dan tidak sadarkan diri di sana. Tubuhnya sudah sangat dingin saat ia memeluknya.
Anak laki-laki itu terlihat panik dan dia kembali menangis, tidak tahu harus bagaimana. Ini mimpi buruk, Ia tidak pernah merasa sesedih ini sebelumnya. Ia mengguncang tubuhnya dan tidak ada tanda-tanda bahwa gadis kecil itu masih hidup.
“Oh, kumohon jangan pergi.” Air matanya sudah bercampur dengan air hujan. Tangannya terus mengusap wajah gadis kecil itu sambil terisak.
Bab 1
Ketukan pintu terdengar nyaring hingga membangunkannya. Soraya sudah biasa dikejutkan seperti itu. Ia langsung menyibak selimutnya dan bergegas keluar. Soraya juga tidak lupa merapikan rambutnya yang masih berantakan.
“Sorayaaa, kau ada di dalam?” Suara dari luar masih saja memanggilnya dan tidak berhenti mengetuk pintu seakan-akan orang itu sangat tidak sabaran.
“Sebentar!” Soraya berlari kecil dan membukakan pintu. Seorang pria berdiri di luar sana dengan wajah khawatir.
“Kurasa istriku akan melahirkan malam ini, kau bisa membantu?”
“Itu memang tugasku.” Soraya sudah tahu apa tujuan pria itu datang di tengah malam. Tidak ingin membuang waktu, Soraya langsung menaiki kudanya untuk sampai ke rumah pasiennya kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengorbanan Tersenyum
RomansaSama seperti wanita lain, Soraya juga mengagumi Ravi, seorang kesatria yang dulu pernah jadi sahabatnya. Entah apa yang salah, Ravi mulai menjauhinya sejak usia mereka 12 tahun. Melihat perubahan dari sahabatnya itu, Soraya ingin mencari tahu kenapa...