Just A Feeling

1.2K 111 12
                                    

"Apa kau pernah mencintaiku?"

Diam. Tidak ada jawaban. Keheningan itu membuatnya tercekat. Dia tidak perlu menjadi orang paling pintar di dunia hanya untuk tahu apa arti diamnya orang di hadapannya ini.

"Jawab aku! Apa kau pernah mencintaiku?"

Lagi-lagi diam. Orang itu menghela nafas. Wajahnya terlihat serba salah.

"Jawab aku, sialan! Apa kau pernah mencintaiku?!"

"Aku tidak tahu!"

Jawaban itu kali ini yang membuatnya terdiam. Dia mengusap air mata di wajahnya. Dia sudah cukup dengan ini semua.

"Baiklah. Itu sudah cukup bagiku. Terima kasih."

●●●

Sialan. Mimpi itu lagi. Keringat membasahi tubuhnya. Baju tidurnya sampai terasa menempel di kulit tubuhnya. Terpaksa dia bangun dan duduk di atas ranjangnya. Kedua kakinya tertekuk ke dada dan dipeluknya erat.

Jam 1 pagi. Selalu seperti ini. Mimpi yang sama berulang kali terjadi di waktu yang sama. Masa lalunya benar-benar terus menghantuinya. Bahkan setelah hampir 6 tahun berlalu dan dia sudah mulai kembali menata hidupnya lagi.

Satu persatu. Bagaikan langkah bayi yang baru berjalan. Sayangnya, sulit baginya untuk bisa bangun dengan cepat tiap kali jatuh. Meskipun kini dia sudah mendapatkan pegangan.

Matanya bertumpu pada sebingkai foto di sisi kiri tempat tidurnya. Pada nakas kayu yang sudah lama dibelinya sejak masa kuliah dulu. Foto dirinya dan teman-teman kuliahnya. Termasuk ada orang itu di sana. Tersenyum samar menampilkan wajah angkuhnya. Jujur saja dia benci ekspresi yang ditampilkan orang itu. Selalu terkesan merendahkan orang-orang. Entah kenapa dia justru bisa sejatuh cinta itu pada seseorang yang sejak awal dia tahu akan membawanya ke neraka seperti yang terjadi saat ini.

Dia menghela nafas kasar. Dengan satu kali gerakan cepat dia membalik foto itu. Menjauhkannya dari pandangan mata. Sekarang dia harus tidur kembali. Besok pagi dia sudah ada janji.

***

"Tidak bisa tidur lagi?" Ucap temannya bertanya begitu dia duduk di sofa kosong yang tersisa di antara mereka.

"Mimpi buruk lagi, Sakura?" Tanya temannya yang lain.

Sakura menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. Dia lelah sekali. Bukan karena meeting dengan wedding organizer yang selesai satu jam lebih lama dari waktu yang dijanjikan. Tetapi karena dia mengantuk akibat tidak bisa lagi tidur tenang akibat mimpi semalam.

"Masih soal Sasuke?" Ino yang cerewet bertanya lagi. Padahal Sakura berani bertaruh kalau sang sahabat sudah pasti tahu jawabannya.

"Lupakan dia, Sakura. Kau akan menikah sebentar lagi." Nasihat Hinata. Jika sudah membahas Sasuke, maka wanita beranak dua itu kehilangan sikap tenang dan kalemnya. "Jangan biarkan sedikitpun pikiran tentangnya mengganggumu."

Sakura ingin sekali dengan mudah bisa mengiyakan. Namun sayang sekali dia tidak bisa.

Sasuke Uchiha. Orang itu sudah lama tidak dia dengar lagi kabarnya, tetapi masih terus mengganggunya. Membuatnya merasa tidak nyaman dan merasa kesulitan untuk tidur tiap malam.

Tangan Hinata yang dingin setelah memegang gelas minumannya meraih tangan Sakura yang terjuntai di sisi sofa. "Kau akan menikah sebentar lagi. Terus memikirkannya akan membuat rusak semuanya."

HEART OF BLUE - ONESHOT VOL. VIITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang