Chapter 5

490 81 35
                                    

Udara pagi di Surabaya sedang sangat dingin, membuat Jay dan Jungwon yang tengah berjalan kaki ini sampai mengenakan jaket dan juga celana panjang. Sambil berjalan, Jay menggandeng tangan sang istri yang terlihat masih mengantuk karena semalam tidur Jungwon tidak terlalu nyenyak. Sebenarnya Jay tidak tega, namun dia harus membiasakan si manis untuk bangun lebih pagi dan lebih produktif daripada sebelumnya.

Meskipun masih terbilang cukup pagi, tapi orang-orang disini sudah banyak yang beraktifitas. Ada beberapa ibu-ibu yang sedang membersihkan halaman rumah mereka, lalu bapak-bapak yang sedang berlari pagi, dan yang membuat Jungwon terkejut adalah penjual sayur keliling dengan membawa motor. Selama ini Jungwon mengira bahwa penjual sayur hanya ada di supermarket dan pasar saja.

"Aku baru tau kalo ada yang jualan sayur kaya gitu"

"Ikan-ikannya apa ngga busuk ya kak di taruh plastik terus dibiarin gelantungan gitu? Terus sayur-sayur nya apa ngga pada layu?"

Jay terkekeh kecil kemudian menjawab "Biasanya mereka ngambil ikan-ikannya tuh pas pagi, sayang. Jadi masih fresh kalo masih jam segini, bahkan ada yang masih idup"

"Biasanya kalo akhir bulan juga aku beli nya di mereka, soalnya lebih murah, kadang juga kualitas nya sama kayak di supermarket"

Jay tau kalau Jungwon meng underestimate orang-orang penjual sayur keliling, menurut Jay itu wajar saja karena selama ini hidup Jungwon lebih dari kata sederhana. Jangankan membeli sayur, sekedar membeli cemilan di warung saja tidak pernah. Jadi Jay berkata seperti itu sekaligus memberi tahu pada Jungwon kalau yang dia lihat tidaklah seburuk yang dia pikirkan.

"Eh mau kemana nak?"

Langkah kaki keduanya otomatis berhenti ketika suara perempuan masuk ke dalam gendang telinga. Jay dan Jungwon menoleh, mendapati seorang wanita yang mungkin berumur 35 tahun sedang menyiram tanaman di depan rumahnya.

"Pagi buk. Kita mau jalan-jalan aja sih sambil nyari bubur ayam, ada ngga ya di deket sini?" Tanya Jay.

"Oh ada, di depan gang situ ada kok yang jualan bubur ayam"

Mendengar kalimat panjang perempuan tersebut, hal pertama yang terbesit di dalam otak Jay adalah medok Surabaya. Jay juga mempunyai beberapa teman asal Surabaya, dan cara bicaranya sebelas duabelas dengan ibu ini. Dia jadi bertanya, apakah memang semua orang Surabaya medok begitu jika berbicara bahasa Indonesia?

"Kalian ini anaknya siapa toh, kok ndak pernah liat?" Tanya si ibu kepo.

"Kita bukan anaknya siapa-siapa, Bu. Kita baru disini, rumah kita yang di ujung cat putih itu" Jawab sang dominan.

"Oalah ternyata tetangga baru. Anak kuliahan ya makanya nyari kontrakan disini? Disini emang murah-murah si dek kontrakannya. Kalian kuliah dimana? Unesa ya, apa ITS atau Unair?"

Ini akan menjadi rumit jika sudah ibu-ibu kepo yang menanyakan soal pribadi mereka, Jay yakin pertanyaan seperti ini akan terus di layangkan jika tidak dijawab dengan sungguh-sungguh. Barang sejenak Jay melirik Jungwon yang tampak tidak nyaman dengan keberadaan ibu itu, maka untuk mempersingkat waktu, Jay menjawab,

"Kita bukan mahasiswa disini, Bu. Kita suami istri. Kemarin baru pindahan dari Jakarta"

Langsung hening, hanya ada suara kicauan burung dan air yang mengucur dari selang menuju tanaman bunga. Ibu-ibu tersebut kaget ternyata anak muda yang dia temui ini ternyata sudah menikah "Oalah, Dek. Kirain masih kuliah. Abis nya kalian keliatan masih kecil"

"Kalian ini umur berapa toh kok udah nikah aja?"

Jungwon tidak bisa bereaksi apa-apa, dia hanya bisa menunduk sambil memainkan jemari sang suami yang sedang dia genggam. Menyadari akan kecanggungan Jungwon, Jay tidak menjawab pertanyaan ibu tersebut dan memilih untuk segera berpamitan sebelum mereka melangkahkan kakinya kembali.

The Accident II JayWonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang