Chapter 6

521 93 18
                                    

Sinar matahari yang begitu terang menerobos masuk kedalam kelopak mata elang Jay sehingga membuat si pemilik membuka matanya. Jam berapa sekarang? Sudah berapa lama dia terpejam karena terlalu lelah mengurus rumah kemarin? Untuk menjawab pertanyaannya sendiri, Jay melirik telefon genggamnya yang tergeletak begitu saja di atas ranjang, ternyata sudah jam 8.

Hal pertama yang si tampan sadari ketika dia bangkit adalah badannya terasa seperti di belah dua, punggungnya seperti akan terlepas sedikit lagi, lalu pergelangan tangannya yang nyeri karena mengangkat barang-barang berat seorang diri. Lagi pula tidak mungkin kan jika dia meminta tolong Jungwon dalam keadaan si manis hamil muda?

Butuh beberapa menit bagi Jay untuk mengumpulkan nyawa sampai dia menyadari bahwa terdapat harum makanan dari arah dapur, pasti istrinya itu sedang memasak, pikir Jay. Tapi Jay tak menghiraukan perutnya yang keroncongan, dia lebih memilih membuka dompetnya dan mengambil beberapa lembar struk pembelian dari dalam sana.

Dia memijit kepalanya yang tidak pening ketika melihat total belanjaan kemarin, ternyata banyak sekali yang mereka beli sampai hampir menyentuh 9 juta. Sekarang saldo di ATM si tampan hanya tersisa kurang dari 2 juta, dia bingung, sangat. Harus dia apakan uang 2 juta untuk hidup berdua dengan sang istri selama beberapa bulan kedepan? Apalagi masih banyak yang harus dia beli untuk mencari pekerjaan disini, contohnya kendaraan. Mustahil jika laki-laki bernama Andrew Jayendra ini setiap hari memesan grab selama dia mencari pekerjaan kan?

Ceklek!

"Kak Andrew ayo bangun— oh udah bangun ternyata"

Mendapati istrinya memasuki kamar, tangan Jay dengan sigap meremas semua struk belanjaan itu, dia takut jika Jungwon salah mengartikan sesuatu yang dia lihat. Namun ternyata telat, Jungwon lebih dulu menyadari jika Jay menyembunyikan sesuatu.

"Kenapa?" Tanya si manis sambil mendudukkan dirinya di tepi ranjang.

"Gapapa, sayang"

"Belanjaannya kebanyakan ya? Gara-gara aku, jadi boros?"

Sialan, hati Jay sakit sekali mendengarnya. Bukan, bukan karena perkataan Jungwon yang jahat sehingga menyakiti hatinya, namun Jungwon mengatakan itu dengan nada seperti orang yang merasa bersalah, di tambah lagi tatapan sedihnya itu. Seseorang tolong katakan pada Jungwon bahwa suami nya ini tidak bisa.

"Ngga ada yang bilang kayak gitu. Belanjaannya banyak bukan karena salah kamu tapi karena emang buat kebutuhan kita kan?"

"Ya terus apa? Kenapa kak Andrew sembunyiin struk belanjaan gitu?"

Kepala Jay langsung tertunduk, menatap bed cover milik Jungwon dengan pikiran kosong. Dia bingung harus mengatakan apa pada Jungwon, Jay takut membuat istri manisnya itu ikut memikirkan sesuatu yang tidak perlu dia pikirkan.

Tak berselang lama, keraguan si tampan seketika runtuh saat Jungwon duduk di depannya, dekat sekali sampai kedua lutut mereka bersentuhan dan dia berkata "It's okay, just said it"

"Kita kan sekarang udah bareng-bareng, kak? Kata kak Andrew kita harus saling nguatin satu sama lain, jadi tolong jangan ada yang di sembunyiin ya, apapun itu. Kalo ada masalah, ayo di selesain bareng-bareng, kakak jangan mendem sendiri. Siapa tau aku punya saran buat kakak, siapa tau aku bisa bantu kakak"

Jay mendongakkan kepalanya, melihat Jungwon yang tengah menatapnya khawatir. Tangan kasar yang lebih tua terangkat untuk menggenggam tangan Jungwon, kini mereka saling bertatapan dengan tangan yang saling bertaut.

"Aku cuma kepikiran dikit"

"Kebutuhan kita kan banyak, tapi syukur sekarang kita udah punya 97% nya. Emang barang-barang yang kita beli itu ga banyak banget, tapi kalo di total yang kemarin itu, ya 'keliatan' harganya. Dan aku ngga ngizinin kamu buat bayarin kan, emang dari awal aku bilang pake uang ku dulu sampe abis, kalo kurang, boleh pake uang kamu"

The Accident II JayWonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang