Di siang hari yang terik, Raina duduk asal di pinggir lapangan kampus, mencari sedikit keteduhan dari panas matahari. Pandangannya tertuju pada Dewangga, yang dengan penuh semangat bermain basket di tengah lapangan. Suara bola yang memantul dan derap langkah kaki para pemain terdengar berirama, namun perhatian Raina hanya tertuju pada Dewangga. Setiap kali Dewangga melompat untuk memasukkan bola, Raina tersenyum tipis, seolah menikmati setiap gerakan yang ia lakukan. Keringat yang mengalir di dahi Dewangga tak mengurangi semangatnya, malah justru membuatnya terlihat semakin fokus dan tangguh.
Raina terdiam, mengamati gerakan lincah Dewangga sambil sesekali menarik napas dalam-dalam, membiarkan angin siang yang hangat menyentuh kulitnya. Dalam kesunyian itu, tanpa disadari, pikirannya mulai dipenuhi oleh rasa kagum yang semakin dalam terhadap sosok yang ada di lapangan.
Saat Dewangga sedang fokus mengoper bola, tiba-tiba ia merasakan ada yang memperhatikannya dari pinggir lapangan. Ia melirik sekilas dan mendapati Raina duduk di sana, diam-diam memperhatikan setiap gerakannya. Hati Dewangga berdebar sedikit lebih cepat saat menyadari itu adalah Raina, gadis yang selama ini menarik perhatiannya.
Tanpa pikir panjang, Dewangga memutuskan untuk menghentikan permainannya. Ia memberikan isyarat kepada teman-temannya bahwa ia akan istirahat sejenak. Dengan langkah mantap, ia berjalan menuju Raina, sambil menyeka keringat di dahinya. Sesampainya di depan Raina, senyumnya sedikit malu-malu namun penuh rasa percaya diri.
"Hai, ngapain di sini sendirian?" tanya Dewangga, suaranya terdengar santai namun penuh rasa ingin tahu. Raina yang sempat terkejut melihat Dewangga datang menghampirinya, tersenyum kecil dan menjawab dengan nada lembut, "Cuma lagi cari tempat duduk aja, ternyata malah seru lihat kamu main."
Mereka saling bertatapan sejenak, suasana menjadi sedikit lebih hangat dari sebelumnya, meski matahari di siang itu sudah cukup menyengat.
Rain tersenyum sambil memberikan sapu tangan kepada Dewangga. "Makasih Rain." Dewangga mengusap keringat di wajahnya sedangkan Rain sejak tadi tidak berkedip melihat dirinya. "Kenapa ngeliatin kaya gitu? Naksir?"
"Ih pd banget sih lo." Rain menghentakkan kakinya lalu pergi.
Dewangga tertawa lalu menyusul Rain dari belakang sambil mengusilin gadis itu, "cie suka ya sama gw? Ya wajarsih soalnya gw kan ganteng."
Rain yang mendengarkan itu memberhentikan langkahnya, "iyasih bener." Dewangga tersenyum bangga lalu merapikan rambutnya ke belakang.
"Dari pipet!" Rain tertawa lalu lari dari hadapan Dewangga.
"Rain tunggu!"
Kedua insan itu saling kejar mengejar hingga semua mata tertuju pada mereka berdua. Sedangkan ada sepasang mata melihat dengan penuh kecemburuan dan tidak suka melihat mereka bersama.
"Liat aja nanti gw ancurin hubungan lo berdua!"
Dewangga dan Raina tertawa satu sama lain kenapa mereka jadi seperti anak SMA gini?
Tepat ketika Dewangga dan Raina mulai bercanda, berlari-lari kecil di pinggir lapangan, tetesan hujan tiba-tiba jatuh dari langit yang tadinya cerah. Rintik-rintik yang awalnya ringan, dengan cepat berubah menjadi hujan deras yang membasahi seluruh lapangan. Dewangga dan Raina sempat berhenti sejenak, menengadahkan tangan dan merasakan tetesan hujan dingin di kulit mereka.
Dewangga, dengan wajah basah oleh hujan, melirik Raina yang juga tertawa sambil mencoba menghindari kejarannya. Beberapa saat Dewangga menatap Raina yang begitu cantik dimatanya, dan selalu cantik.
Mereka kembali berlari, kali ini hujan menambah keasyikan permainan mereka. Lapangan yang licin membuat langkah-langkah mereka sedikit lebih hati-hati, namun tak mengurangi keceriaan yang terpancar di wajah mereka berdua. Dengan pakaian yang sudah basah kuyup, mereka akhirnya menghentikan kejar-kejaran dan berdiri terengah-engah di tengah lapangan. Sambil tertawa, Dewangga berkata, "sayang kita udah basah kuyup nih!"
Deg
Jantung Raina berdetak kencang saat Dewangga memanggilnya dengan sebutan 'sayang' Raina mengedipkan matanya beberapa kali takut salah dengar. "Kamu manggi aku tadi apa Ngga?" Teriak Raina karena takut suaranya ditimpa suara hujan dan Dewangga tidak mendengarkannya.
Dewangga tersenyum, Raina pasti ingin memastikan. "Kita udah bahas kuyup nih!" Raina ber'oh' bener ternyata salah dengar, entah kenapa jawaban dari Dewangga membuat hatinya sedikit aneh seperti tidak puas. Bukan itu jawaban yang ingin Raina dengarkan, saat kaki Raina melangkah jauh menuju tempat teduh sebuah kalimat memberhentikannya.
"RAINA SAYANG KITA UDAH BASAH KUYUP NIH!"
Raina membalikkan badannya menghadap Dewangga, Dewangga mendekat mengikis jarak diantara mereka. "Sayang kita harus neduh," tegas Dewangga. Raina menahan senyum, "ga denger, apa? Kamu bilang apa tadi?"
Dengan hati-hati, ia mendekatkan dirinya, menunduk hingga wajahnya hampir sejajar dengan Raina. Perlahan, ia mendekatkan bibirnya ke telinga Raina, dan dengan suara lembut tapi penuh keyakinan, ia berbisik, "Sayang kita udah basah kuyup." Aku sayang kamu." Sebuah getaran halus terasa di hati Raina, dan ia merasakan sekelebat kehangatan meskipun tubuhnya basah oleh hujan.
Raina terdiam sejenak, jantungnya berdebar lebih cepat. Ia menoleh perlahan, menatap mata Dewangga yang penuh kesungguhan. Senyumnya muncul pelan di wajahnya yang masih basah oleh air hujan, dan tanpa berkata apa-apa, tatapan matanya sudah cukup menjawab perasaan yang dirasakan keduanya.
Hujan kala itu berbeda dengan hujan yang telah dilalui Raina dan Dewangga, hujan kali ini menjadi saksi berseminya cinta mereka berdua. Raina tak menyangka jika setelah ada Dewangga hari-harinya lebih menyenangkan dan bermakna dari hari-hari sebelumnya.
"Terima kasih sudah mencintaiku, Dewangga."
"Semoga selalu betah obrolan ini, Ra." Harapnya, karena yang dibutuhkan bukan hanya sekedar sebuah status memilikinya melainkan berkomunikasi dengan dia terus menerus juga.
♡♡♡
AAAAAAA Siapa yang ucul liat mereka??? SIAPA YANG NAIK KAPAL INI???

KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN IN THE DARKNIGHT [Completed]
Novela JuvenilKisah yang bermula dari Dewangga jatuh cinta kepada adik tingkatnya hingga teman-temannya ikut terlibat untuk mengetahui gadis yang menjadi incaran seorang Dewangga Ravindra, sosok yang anti romantis dan bersifat dingin. Akankah kisah cinta itu berl...