•
•
•
•
•" First Wound "
.
Zaman Modern Awal .
Musim Semi, Maret Tahun 1850
Ting!
Ting!
Ting!
Koin-koin jatuh berceceran di lantai. Lembaran duit berhamburan di atas surai merah muda yang tertunduk. Sosok berseragam pramusaji itu terduduk kaku dengan kedua tangan terkepal diatas paha.
"Ambil uang ini, dasar tidak tahu malu!" ujar sosok pria berjas mahal.
"Dasar tidak berguna!"
"Pelayanan apa ini... Bagaimana bisa kalian mempekerjakan pramusaji yang jual mahal seperti si kurus kering ini!" ujar sosok itu berbuat keributan.
"Siapapun akan hilang nafsu melihat tubuh kurus dia ini, Cuihh!" ributnya.
Pramusaji itu terdiam. Kedua iris nya menatap koin dan uang kertas itu dengan perasaan bercampur aduk.
Tangan nya gemetar dan terkepal kuat karena ucapan pria menjijikan tersebut.
Tidak lama, pria itu menghilang dari hadapannya dengan caci makian dari mulut jeleknya.
Srett
Pramusaji tadi bangkit dari posisinya duduknya. Ia mengusap rok miliknya yang terlihat kotor dan kusam.
Ia melirik Manager yang menatap kasihan padanya. Pria itu menghela nafas kasar dan berkata, "Pergilah pulang, jangan berbuat masalah lagi disini" usir sang manajer.
Pramusaji itu menganggukkan kepala pelan lalu membungkuk sopan seadanya. Ia langsung berjalan menuju ke area staff only berada.
Setelah berganti pakaian di ruang ganti, ia berjalan meninggalkan pekerjaannya. Ia menyapa ringan rekan kerjanya seadanya.
"Gomen-nee, saya harus kembali lebih dahulu" ujarnya pelan dengan rasa tidak enak.
"Istirahatlah yang banyak, Haruno-san" ujar rekan nya, seorang barista.
Kling
Tangan nya meremat erat tas selempang miliknya sambil mengigit pelan bibirnya. Ia mengambil sepeda miliknya disamping Gang bar, tempatnya bekerja.
Srett
Kring~
Bel sepeda tidak sengaja berbunyi karena tersenggol jarinya. Ia menaiki sepedanya dan mulai mengayuh sepeda usang miliknya.
Malam hari yang telah gelap, jalanan yang terlihat basah sehabis hujan dan keramaian di pinggir trotoar.
Roda sepeda terus terkayuh sepanjang jalanan di malam hari. Stang sepeda berkelok ke pinggir trotoar dan berhenti di sebuah toko perbelanjaan serba ada.
Ia turun dari sepedanya dan memarkirkan sepeda usang nya. Lalu berjalan masuk ke dalam toko tersebut untuk membeli makanan siap saji yang tersisa di malam hari.
Makanan siap saji di ujung hari biasanya dijual murah dan mendekati masa tahannya (hampir basi).
Tapi baginya, makanan itu masih bisa disantap dan masih baik-baik saja untuk tubuhnya. Ia sering memakannya dan tidak pernah terkena masalah pencernaan sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boule à Neige: Horizon Line in Snowglobe
FanfictionSasuSaku Fanfiction "Kau tidak akan tahu seberapa berharga benda itu bagiku, Sakura!!" - Sasuke "Hidup dan Harga diriku tidak sebatas penganti benda itu!!!" - Sakura __________________________________ Satu kesalahan kecil. Sebuah Bola Salju berharga...