Benteng Vredeburg

53 0 0
                                    

" Aku pesan tiket dulu Zit, kamu tunggu di sini aja"

" Oke aku tunggu"

Ara berjalan menuju ke loket untuk membeli tiket, ketika mengantri didepannya Ara ada seorang gadis yang sepertinya lebih muda dari Ara

" Maaf mbak kita hanya terima uang cash" ucap si mbak penjaga loket

" Yah Mbak, saya ngga ada cashnya" ucap gadis didepannya

" Maaf mbak biar punya adek ini biar saya yang bayar" ucap Ara menyela, bukan menjadi pahlawan tapi kasian yang menunggu dibelakangnya

Setelah menyelesaikan pembayaran Ara berjalan kembali menemui Zita

" Zita, ayo masuk ini tiketnya" Ara menyerahkan tiket kepada Zita, ketika hendak masuk ada yang memanggil Ara dari belakang

" Kak kak" mendengar itu Ara membalikkan tubuhnya, ternyata benar dia yang di panggil

" Iya dek ada apa?" Tanya Ara sopan

" Kak maaf ini aku mau ganti uangnya kakak tadi" ucap gadis itu, Ara mengambil uang yang di serahkan gadis itu

" Sebenarnya tidak usahndi ganti tidak apa-apa dek" ujar Ara

" Tidak apa apa kak, oh ya kakak kenalin aku Alma" dengan senang hati Ara pun menyambut uluran tangan Alma dan memperkenalkan dirinya juga
" Aku Ara, ini temanku namanya Zita, kamu mau masuk juga kan?"

" Iya kak"

" Yaudah bareng aja yuk" yawar Ara

" Boleh kak, taoi bentar aku tadi bareng sama Mas ku" Alma celingukan mencari keberadaan Mas nya itu
" Bentar ya kak" gadis itu berlalu dan tak lama kemudian dia kembali bersama seorang

" Kak kenalin ini Mas Faris, masku" ucap dia memperkenalkan, tapi belum sempat Ara membuka  mulut untuk bicara, Faris lebih dulu membuka suara

" mas udah kenal Al"

" hah yang bener?" tanya Alma tak percaya

" dia itu calonnya Mas" ucapan terakhir dari Faris itu membuat Alma dan Zita melongo tak percaya sedangkan Ara hanya menundukkan kepalanya menahan malu

" Mas ngaco ah, mana ada orang secantik Mbak Ara mau sama Mas"

" terserah kalau ngga percaya, tanya aja sama Ummi" jawabnya melenggang pergi meninggalkan 3 perempuan itu, kemudian Alma menyusul Fari dan diikuti Ara dan Zita

" ayo mbak Ara masuk" ajak Alma

" Ra, lo hutang cerita ke gue" 

" iya besok aku cerita"

****

Di halaman benteng vredeburg, mereka ber empat melihat takjub mapping yang ditayangkan, saat semua penontonn asik melihat pertunjukkan, faris malah tengah Asik memandangi gadis berhijab syar'i yang sedabg fokus melihat pertunjukkan. Karena tempat berdirinya Faris sedikit dekat dengan Ara, cowok itu lebih leluasa memandangnya.

selesai menonton pertunjukkan mereka berjalan keluar berempat

" Ra, gue pengen ke kamar mandi bentar" ucap Zita

" ah mbak Zita, Aku ikut dong kebelet juga, Mas temeni Mbak Ara bentar, ayok mbak" ucap Alma yang langsung menarik tangan Zita tanpa menunggu jawaban dari dua orang yang ditinggal.

" itu temen sekelas mu?" ucap Faris memulai percakapan

" Iya Mas, temanku sekelas"

" kok bisa orang se kalem Kamu temenan sama orang bar bar kayak gitu"

" heemm, ya tapi dia orang baik, ngga ada alasanku untuk menolak kebaikan" jawab Ara

" termasuk niat baik aku buat lamar kamu?" oke ini adalah pertanyaan jebakkan, Ara hanya diam dan menundukkan kepalanya semakin dalam, melihat itu membuat Faris ternsenyum simpul. tak selang begitu lama Alma dan Zita kembali dari kamar mandi.

" Ra, lo ngga papa kan?" tanya Zita begitu samapai

" emang lo kira gue penjahat, sampai apa apain temen lo" bukan itu bukan suara Ara, melainkan suara Faris.

" Heheh, maap Kak Faris ya siapa tau"

" udah Zit ayo pulang udah malam"

" mbak Ara bareng Alma aja Alma sama mas Faris naik mobil kok"

" Makasih Al mbak bareng Zita aja, rumah kita kan ngga searah" tolak Ara dengan sopan

" ya udah Alma duluan ya mbak " pamit Alma

" hati hati di jalan, calon" bisik Faris di telinga Ara yang membuat sang empu terkejut, melihat itu Zita dibuat melongo tak percaya lagi

" lo jagain calon istri gue, jangan ampek lecet"

" Siap kak" jawab Zita dengan cepat walaupun dia masih belum bisa mencerna ucapan Faris

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dia Seistimewa Kota JogjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang