selamat membaca!♡
janlup bintangnya ~Nalaya berusaha keras untuk mengangkat kelopak matanya, ia seakan terhipnotis oleh rasa kantuk. Sensasi pegal juga menjalar di setiap inchi otot-otot wajahnya.
Gadis yang hanya memiliki setengah kesadaran itu melanjutkan langkahnya. Sepertinya sudah saatnya ia untuk beristirahat. Masa bodoh dengan materi yang mental dari kepalanya. Percuma menjadi dokter jika dirinya saja tak bisa menjaga kesehatan.
"Him, lo udah bimbingan sama Dok Risa?" baritone seseorang menyapa Nalaya dari arah belakang, terdengar samar-samar.
Namun, gadis itu sama sekali tak mengindahkannya. Toh, bukan namanya yang dipanggil.
"Him?" panggil laki-laki di belakang untuk kedua kalinya.
Sembari mengayun kaki, Nalaya mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut lorong.
Ia penasaran, siapa makhluk yang dipanggil oleh sosok di belakangnya? Apakah kucing? Atau setan? Jujur gadis itu lebih peduli pada kasurnya di kost.
"Him! Gak jadi latihan olim?!" volume suara laki-laki di belakang semakin meningkat.
"Tuh bocah ngomong ma sapa dah?" monolog Nalaya, melirik heran.
Beberapa detik kemudian, sendi lutut gadis itu menolak bergerak. Nalaya membulatkan mata bobanya.
"S-suara gue?!" pekiknya kaget.
"K-kok jadi macho kayak gini?!" hebohnya.
"Aaaa... Bbbbb... Ccccc..." Nalaya mulai melafalkan semua huruf yang ia bisa.
Membuat laki-laki di belakangnya mengerjap, dahinya mengerut.
"Ih, ini suara siapa dah?!" linglung Nalaya, dua garis timbul di keningnya.
Gadis itu segera meraba rambut dan semua panca indra termasuk bibirnya.
"Bentar... Perasaan rambut gue nggak pendek.. rahang gue gak segede ini, bibir gue nggak sehalus ini..." degup jantung di dada kiri gadis itu mulai tak teratur, tangannya merinding hebat.
"Him, lo kenapa anjir?!" laki-laki yang membuntuti Nalaya sejak tadi kini meraih lengan kirinya.
"Him tuh siapa anjir?!" keki Nalaya yang semakin bingung.
"Ya elo lah, masa lupa sama nama lahir sendiri?!" decak sosok itu.
"M-maksudnya?" kepala gadis itu dipastikan sebentar lagi akan pecah.
"Nih." orang itu menarik tanda nama yang menggantung di kantong kemeja putih milik Nalaya.
Dengan kelopak mata yang semakin banyak berkedip, Nalaya melepas cepat benda itu dari bajunya. Meski agak tersangkut ia tetap melepasnya paksa.
YOU ARE READING
50cm Himalaya
ФанфикSatu angkatan mahasiswa kedokteran dibuat heboh ketika mendengar rumor kedekatan antara Kahima Agastya Sakha, seorang mahasiswa jenius dan berpahat wajah sempurna, dengan Nalaya Adhinda Apsari, mahasiswi ceroboh nan langganan remedi. Berawal dari su...