20 - belakang

99 13 11
                                    




yuk sempetin votementt😻❣




"Kalo gue orang mesum, lo orang yang gak tau diri." sungut Hima.

"Gatau diri kenapa, Him?" Nalaya menyatukan alis bingung.

Hima tak menjawab. Jemarinya mulai menjalankan mobil mereka.

Lima detik kemudian, Nalaya sontak membulatkan mata saat teringat.

"Lo udah baca grup ya, Him?"

Empunya masih bergeming, tidak ingin dan tidak niat menjawab.

"Maaf, Him." Nalaya berujar pelan, kini ia menggoyang lengan laki-laki itu.

"Suka sama Dev?" datar Hima tanpa mempertemukan netra mereka.

Nalaya mengepal jemari, kini lidahnya yang giliran menjadi kelu.

"Jawab, lo suka, ga?"

"Suka,"

"Kenapa?"

"Ya suka aja lah!" Nalaya beralih membuka kotak makeupnya.

"Lo aja bebas suka sama Arumi,"

".. Nempel sticky notes yang ada nama dia, tapi gue ga boleh naksir orang lain?" gadis itu memakai liptint.

"Lo bohong," Hima menarik sudut bibir.

"Maksudnya?"

"Kemarin bilangnya ga sudi dan ga kepo sama meja belajar gue,"

"Ga sengaja," Nalaya selesai berias.

"Nalaya, lo punya otak. Lo tembus FK. Dan masih bisa bilang ga sengaja?" decak Hima.

Membuat gadis di jok sebelahnya menggertakkan geraham. Pertanyaan Hima membuat atmosfir di antara mereka lengang.

Dipenuhi oleh perasaan canggung selama perjalanan.

**

Kedua sejoli dengan raut hambar itu akhirnya sampai di area kos Nalaya, mereka turun dari mobil lalu berjalan beriringan untuk masuk.

Namun, ayunan kaki keduanya berhenti ketika beberapa orang telah menunggu di depan pagar kos seraya melipat lengan di depan dada.

"Lo ngajak Nalaya kemana?" dingin sang kakak.

"Cuma jalan pagi aja, kak." Nalaya mencomot alasan setelah melirik sang surya yang menerik.

"Ga nginep di kos adek gue, kan?"

"Nggak lah, kak. Ngawur lo!" Nalaya mewakilkan Hima lagi.

"Tapi tadi pagi gue liat mobilnya ada disitu." cepu Deon.

Kahima memberi lirikan yang dapat menghancurkan kepercayaan diri siapapun pada laki-laki itu.

"Gue udah sempet bilang, jangan macem-macem." Arseno mengikis jarak cepat dengan orang di sebelah adiknya.

"Duh, kak!" Nalaya maju lalu bergegas memisahkan kedua sejoli itu.

"Lo juga, Nal. Jangan bawa cowo ke kos. Bahaya." bisik laki-laki dengan lesung pipi itu serius.

"Ck, Hima dateng pagi-pagi banget tadi! Trus kita nyari angin bentar!" Nalaya membuat alasan lain.

Arseno melirik pada laki-laki yang memilih tak berbicara sejak tadi.

"Nala doang yang klarif, lo bisu?"

"Kita berangkat make mobil gue aja, joknya cukup." cetus Hima.

Kelima laki-laki itu saling memberi lirikan satu sama lain.

"Lo mau ikut kita, Him?" Nalaya melempar pandangan tak percaya kepada laki-laki itu.

"Ga boleh?"

"Ya..." bola mata Nalaya berkeliling.

"Ya?" Hima mengangkat alis.

"Sebenernya boleh aja kalo lo tahan sama brisiknya temen kakak gue.."

"Udah biasa," Hima menerbitkan lengkungan manis di bibirnya.

"Berapa jam perjalanan, Sen?" imbuh Hima, berusaha sok dekat.

"Dua jam,"

"Oke, ga usah gantian nyetir berarti." sahut Hima.

"Gue belum bilang setuju." dingin Arseno.

"Kalo bawa mobil trus kejebak macet?" timpal Cakra.

Hima memejam singkat, "Gue tau jalan yang jarang macet. Pantai Ruling, kan?"

"Ya."

Teman sepantaran Arseno memberikan anggukan pada laki-laki itu, mengisyaratkan agar menerima tawaran dari Kahima.

Saudara kembar Nalaya melepas udara pendek, lalu setuju.

Hima mengulum bibir untuk menahan senyum kemenangannya karena berhasil membujuk laki-laki itu.

Putra semata wayang Sonya berjalan cepat didampingi Nalaya, lalu membukakan pintu untuknya.

"Makasih," Arseno menyelip dan masuk ke jok depan.

Hima merotasikan mata, saudara kembar Nalaya itu sama sekali tidak paham bahwa mereka harus dekat jika tidak mau bertukar tubuh.

"Ada yang bisa bawa mobil selain gue?" Hima mengedarkan pandangan.

"Gue," sahut Cakra.

"Lo aja yang bawa," Hima melempar kunci mobil. Cakra menangkapnya.

Sukses membuat Arseno membuang wajah dengan senyum miring.

"Mau duduk dimana?" Hima berujar kepada gadis di sebelahnya.

"Belakang, gimana?" usul Nalaya.

Hima setuju. Keduanya mengayun kaki ke arah bokong mobil, lalu ia menurunkan kursi untuk gadis itu.

"Jangan macem-macem lo bedua di belakang!" peringat Arseno.

"Tenang, Sen, tuh orang kan demen batang." sindir Cakra.

"Jaga mulut lo, Ca." pangkas Nalaya yang mendengar dari belakang sana.

"Lo juga kak!" tambah gadis itu serius setelah mendapat lirikan dari Arseno.

Hima hanya membuang nafas pelan. Lalu masuk ke jok mobil belakang.

"Anjir, di belakang berdua doang. Gue ikut dong~" Deon ingin menyusul.

Namun, Hima segera menutup kursi joknya sembari menatap lurus.

Mendapat penolakan, Deon memutar bola mata, akhirnya memutuskan untuk duduk di jok tengah.

"Udah semua?" tanya Cakra, menatap orang-orang di belakang.

"Aman!" kompak para penumpang.

"Let's go!" Cakra menghidupkan mesin.

•• To be continued...?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 28 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

50cm HimalayaWhere stories live. Discover now