BAB 24: Selalu Tidak Ada

22 6 1
                                    

Ilesha merebahkan tubuhnya di atas kasur setelah mengantarkan Ayu pulang. Kasurnya yang empuk dan bersih terasa menyambut tubuhnya yang lelah. Ilesha menghela napas panjang, mencoba merelaksasikan otot-ototnya yang tegang.

Di tengah ketenangan itu, ponselnya tiba-tiba berdering. Ilesha menoleh, mata cokelatnya menatap layar ponsel dengan kening berkerut. Nama Ayu muncul di layar, membuatnya heran. "Ngapain telepon nih bocah? Perasaan baru aja tadi ketemu," gumamnya pelan, masih tak percaya.

Ia mengangkat telepon dengan malas dan menempelkan ponsel ke telinganya. "Kenapa? Nyusruk di jalan lo?" tanyanya, suaranya terdengar setengah serius, setengah bercanda. Dari seberang, terdengar suara Ayu yang mendecak kesal.

"Kagak, Sat. Gue masih di jalan ini, gue cuma mau ngasih tau aja, besok ke rumah si Windi yu?" kata Ayu dengan nada terburu-buru.

Ilesha terdiam sejenak, mencerna ajakan itu. "Gas!" serunya akhirnya, semangat dalam suaranya.

Tut.

Panggilan tiba-tiba terputus, membuat Ilesha kembali mengerutkan kening. Ia menatap ponselnya, berpikir mungkin sinyal yang bermasalah. Namun, setelah beberapa detik, ia menyadari bahwa Ayu yang sengaja mematikannya sepihak.

"Si anjeng," umpatnya dengan nada kesal, meski ada sedikit senyum di wajahnya.

•••🦋•••

Ilesha merapikan isi tasnya dengan hati-hati. Ia sudah mengenakan pakaian bermainnya: celana bahan putih yang disetrika rapi, kemeja putih bergaris biru yang dipilih dengan cermat, dan kerudung hitam yang dipasangkan dengan sempurna. Jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul 09:35. Sesuai kesepakatan, Ayu dan Ilesha akan berkunjung ke rumah Windi hari ini.

Notifikasi pesan dari ponselnya membuat Ilesha berhenti sejenak. Ia membuka pesan itu dan membaca pesan singkat dari Ayu.

Setelah membaca pesan Ayu, Ilesha menaruh ponselnya kembali ke dalam tas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah membaca pesan Ayu, Ilesha menaruh ponselnya kembali ke dalam tas. Ia melangkah keluar dari kamarnya, menutup pintu dengan suara lembut.

"Mama," teriak Ilesha sambil berjalan menuju ruang tamu. Mamanya sedang duduk di sana, menikmati keripik singkong buatannya.

"Ma, aku main dulu ya. Ke rumah Windi," ucap Ilesha sambil memandang wajah mamanya.

"Sama siapa?" tanya Gita tanpa mengalihkan perhatian dari keripik yang sedang dinikmatinya.

Ilesha mencium punggung tangan mamanya sebagai tanda hormat. "Sama siapa lagi kalau bukan si Ayu, Ma?" jawabnya sambil tersenyum.

Gita mengangguk pelan. "Ya udah, ingat kata Tulus," pesannya dengan nada penuh perhatian.

Ilesha mengerutkan kening, bingung. Melihat ekspresi kebingungan putrinya, Gita terkekeh. "Hati-hati di jalan," ucapnya membenarkan maksudnya.

"Ih, ari si Mama, gaul pisan euy, eleh aku mah ku Mama," ujar Ilesha sambil tertawa.

The Ephemeral (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang