Marsella
Dua tahun, waktu yang nggak lama untuk sebuah hubungan. Dua tahun juga gue banyak belajar dari dia dan gue selalu kagum dengan cara dia memperlakukan gue dengan sebaik mungkin.
Gue berpikir apakah ini terlalu lama untuk menjalani hubungan? Lalu setelah ini apa? Gue selalu berpikir seperti itu.
Tetapi hal yang paling gue syukuri dengan dia adalah gue merasa aman dan nyaman. Setidaknya hal itu menguatkan rasa gue kepada Ranu.
Gue takut ditinggalkan.
Tapi, gue juga nggak bisa kalau meninggalkan.
Kayaknya rasanya terlalu sakit untuk dua hal itu, selalu saja ada yang harus dikorbankan. Selalu ada yang tersakiti dan selalu ada yang menyakiti.
Gue dan Ranu berkomitmen untuk membangun hubungan good relationship.
Gue dan dia selalu mengobrol jika ada yang salah untuk mengantisipasi terjadi miss komunikasi antara gue dan dia.
Selalu ada cara dan jalan keluar dari masalah, tetapi untuk kali ini... sepertinya sudah tak ada lagi jalan untuk keluar dari masalahnya.
[]
Marsella
Kali ini seperti pagi-pagi biasanya, gue dan Amanda berjalan berdua di koridor sekolah menuju kantin. Karena hari ini Amanda tidak sempat sarapan, jadi lah gue berdua membeli dua kotak susu dan dua roti untuk di makan di dalam kelas sebelum bell masuk berbunyi.
"Nih, Sell ambil aja, gue yang bayar."
"Tumben amat lo, curiga kesurupan."
"Diem anjir, masih pagi gausah ngawur."
Setelah Amanda membayar, gue dan amanda langsung berjalan menuju kelas yang tak jauh dari kantin.
Tak lama setelah itu gue dan Amanda berpapasan dengan Andhiga, kekasih Amanda.
"Eh, neng mau kemana?"
Amanda yang jengah melihat kekasihnya, ia mendengus pelan.
"Apaan sih, Andhiga diem nggak!" Amanda melotot garang.
Andhiga terlihat menghiraukan pelototan pacarnya, "tadi kemana? Kok susah sih di hubungin, katanya mau berangkat bareng?" Tanya Andhiga.
"Nggak jadi lah, lo lama." Balas Amanda malas.
gue mencoba menengahi mereka berdua."Eh apaan sih, kok ribut."
Andhiga menghiraukan gue lalu melanjutkan pembicaraannya,
"yaudah, nanti aku samperin ke kelas kamu aja ya Man, aku mau pulang bareng pokoknya."
Setelah mengatakan itu Andhiga langsung melengos pergi.
Andhiga tampak tidak memperdulikan teman gue itu, gue dan Amanda melanjutkan melangkah untuk menuju kelas.
Sesampainya di kelas, gue dan Amanda menikmati roti dan juga susu yang tadi kita beli di kantin dengan damai, tapi tak berlangsung lama tiba-tiba gue berucap.
"Man gue mau cerita deh, tapi lu jangan rame ya?"
Amanda yang sedang menikmati roti dan susu tadi langsung menghadapkan tubuhnya dengan raut wajah yang bingung, tersadar bahwa sahabat gue ini kebingungan lalu gue mengucap ulang pembicaraan tadi.
"Gue mau cerita man" gue mengulang ucapan.
"Yaudah cerita aja, biasanya aja lu langsung cerita."
"Tapi janji ya gausah rame!" Yang langsung di balas anggukan oleh Amanda.
"Iyaa, yaudah emang apaan sih? lu mau cerita apa? coba cerita" ucap Amanda mulai geram lantaran gue terlalu bertele-tele.
"Kayanya gue mutusin buat udahan aja deh sama Ranu, Man." gue sedikit memelankan suara.
"HAHH KENAPA?!"
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wrong Start
Teen Fiction"Sel, kayaknya nggak ada jalan lagi untuk hubungan kita," Dia menggantungkan ucapannya. "Kita, udah seenggak bisa itu, Sel." Lalu gue melihat air mata yang menetes dari pelupuk matanya. [] Jika memang ini awal yang buruk apakah kita bisa mengakhiri...