2

12 3 0
                                    

Ranu

Malam ini, gue sedang merebahkan badan gue yang capek ini di atas kasur yang super duper nikmat empuk. Dengan ditemani lampu kuning remang meyakinkan gue akan segera terlelap tidur.

Tetapi, handphone gue yang berada di nakas samping tempat tidur berbunyi, menandakan adanya notif pesan masuk.

Tetapi, handphone gue yang berada di nakas samping tempat tidur berbunyi, menandakan adanya notif pesan masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ternyata dari Marsella.

Pesan yang masuk itu nggak langsung gue balas, gue menatap layar ponsel untuk beberapa saat.

Gue merasa ada yang tidak beres, lantaran dari chatnya menunjukkan bahwa bukan seperti Marsella seperti biasanya.

Gue nggak mau cewek gue menunggu terlalu lama, akhirnya gue membalas pesan yang dia kirimkan.

Gue nggak mau cewek gue menunggu terlalu lama, akhirnya gue membalas pesan yang dia kirimkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah gue membalaspun tetap tidak ada balasan lagi dari dia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah gue membalaspun tetap tidak ada balasan lagi dari dia.

Karena terlalu memikirkan untuk hari besok, tanpa sadar gue terlelap dalam keadaan handphone gue masih berada di roomchat Marsella.

°°°
Ranu

Besok siang nya, gue sudah berada di parkiran tempat yang sudah Marsella janjikan kepada gue, Cafe TujuhLimaBelas.

Setelah turun dari motor dan menyimpan helm di spion motor, gue segera bergegas masuk ke dalam cafe yang sering gue kunjungi dengan dia di akhir pekan. Namun, tidak seperti akhir pekan sebelum-sebelumnya, gue merasa ada yang salah dengan hari ini.

Kringg

Pintu cafe terbuka dan gue mengedarkan pandangan ke setiap sudut cafe yang sering gue kunjungi ini. Gue sedikit kebingungan lantaran gue nggak tahu pasti letak duduk Marsella sekarang.

Tepat pada pandangan gue di sebelah jendela caffe, Marsella melambaikan tangannya untuk memberi tanda kepada gue, “Ran.” Panggilnya.

Dengan begitu gue langsung menghampirinya.

Gue menarik kursi untuk duduk dengan posisi menghadap kepada dia. Diam, kami hanya diam sesaat gue datang di caffe ini.

Sedikit flashback karena dua minggu sebelumnya, kami berada disini dengan perasaan... Senang. Namun untuk kali ini, rasanya... Gundah.

Hembusan nafas kasar yang keluar dari mulut Marcella berhasil menjadi acuan pada obrolan kali ini.

“Kenapa, mau ngobrolin apa?” pertanyaan tersebut keluar begitu saja dari mulut gue.

”Kita.." Belum sempat Marsella menyeselesaikan ucapannya, seorang pelayan caffe menghampiri mereka berdua dan membawa beberapa pesanan yang sebelumnya sudah dipesan oleh Marcella.

"Oke, lanjut Sell" kata gue, sembari menyeruput kopi yang sudah di pesan oleh dia, kopi yang biasa gue pesan di caffe ini.

"Kita putus aja ya? Gimana, Ran?"

Mendengar pernyataan Marsella, gue tersedak kopi yang gue sereput tadi. Karena sangat terkejut.

"Kenapa?," ucap gue heran. "Kenapa mau putus?" tanya gue sedikit menggeram, lantaran gue merasa tak membuat kesalahan apapun kepada Marsella.

Hanya pada seminggu belakang tiba-tiba hubungan kami berdua merenggang.

“Karna nggak ada yang harus dipertahanin lagi. Jadi, let's end things now, Ran.” Jawab dia tegas.

Mengabaikan jawaban yang ia berikan, gue beralih menatap Marsella lekat, “Aku ada salah apa sebenarnya?” suara gue sedikit bergetar, raut wajah perempuan yang ada di hadapan gue ini sangat sulit untuk gue tebak.

Itu pertanyaan terakhir sebelum gue melihat dia meneteskan air matanya, “karena, aku udah nggak bisa di hubungan ini, Ran.” dia sembari mengelap tetesan air matanya yang mulai membasahi pipi.

Apa yang sebenarnya yang terjadi? Kenapa semuanya semakin runyam?

Kami berdua menatap mata satu sama lain, banyak yang tersirat pada mata dia, ada perasaan lelah yang mendominasi yang gue rasakan saat melihat mata dia.

“Sell…”  ucap gue dengan suara parau, “Kita masih bisa kan?”

Selanjutnya gue mendekat kepada Marsella lalu, gue memeluknya dengan perasaan yang sulit di jelaskan. Tak berselang lama gue memeluk dia, akhirnya Marsella membuka suara.

"Ran, kita putus aja ya?"

Dan kalimat itu masih berputar di kepala gue.

[]

The Wrong StartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang