02

6 2 0
                                    

Halo semuanya, selamat malam.
Akhirnya draft bab 2 kembali. Beberapa hari kemarin Wattpad aku itu sempat berakhir sesi login-nya sampai pas waktu aku login ulang, ceritanya cuman ada 2. Cerita ini sama cerita satu lagi yang entah akan aku publish atau tidak. Padahal sebenarnya cerita aku itu ada 10 lebih, mulai dari kumpulan cerpen dan lain-lain. Cerita Xavegas ini juga hanya ada 2 bab, yaitu yang sempat aku publish sejak lama. Makanya aku sampai males untuk nulis ulang karena aku lupa dengan alurnya, tapi Alhamdulillah kembali lagi dengan selamat.

Bila ada kesalahan mohon maklumi ya✨

Happy reading

🎶🎶🎶

Hari minggu, di sebuah toko pusat perbelanjaan kota Jakarta, Geisha berbelanja kebutuhan untuk sehari-harinya sendirian. Dia berbelanja ke beberapa toko yang sudah dia list di catatan ponselnya. Seperti toko skincare, toko baju, toko tas, toko sepatu, dan lain-lain.

Kali ini Geisha masuk ke toko sepatu. Dia ingin membeli sepatu incarannya yang sudah terjamin ketahanan bahannya. Dia berkeliling melihat-lihat sepatu apa yang akan cocok dipakainya dan sepatu yang indah menurutnya. Lalu matanya terpaku pada sepatu hitam dengan modal yang cocok untuk laki-laki.

Geisha memiringkan kepalanya sedikit kesamping dan berpikir apakah dia akan membeli sepatu itu atau tidak, dan beberapa detik kemudian dia memanggil salah satu pegawai toko yang berdiri tak jauh dari posisinya untuk membungkus sepatu itu dengan ukuran kaki yang sama seperti milik adiknya.

Setelah puas berbelanja, Geisha mengeluarkan ponsel miliknya untuk menelepon sang Ayah agar memberikannya jemputan, tapi sebelum dirinya menelepon, ponsel miliknya terjatuh karena tersenggol orang.

"Aish!" Dengan susah payah karena banyaknya barang di kedua tangan, Geisha meraih ponselnya, tapi belum juga menyentuh ponsel itu, tiba-tiba benda itu diambil seseorang yang sebelumnya tak Geisha ketahui. Kenapa? Karena sebelumnya mereka tak saling melihat atau lebih tepatnya Geisha tidak melihat orang yang mengambil ponselnya. Sebelum akhirnya dia mendongak dan tahu siapa itu.

"Punya lo?" tanyanya pada Geisha.

"Iya, tolong siniin." Tangan Geisha meraih ponsel itu, tapi orang dihadapannya ini malah mengangkatnya ke atas.

Perbedaan tinggi tubuh dan barang-barang ditangannya membuat Geisha kesusahan untuk mengambil ponselnya.

"Please Xavier, kembalikan." Xavier terkekeh kecil mendengar Geisha memohon. Dia memberikan ponsel itu dan langsung Geisha ambil tanpa pikir panjang.

"Gue anterin."

"Hah?"

"Gue anterin pulang. Sini belanjaan lo." Xavier menarik tas belanjaan milik Geisha bahkan sebelum gadis itu menjawab lalu pergi meninggalkan Geisha yang terus memanggil namanya.

"HEI, XAVIER!"

"Jalan yang cepet, dasar lelet."

"Kamu yang kecepetan!"

Xavier tertawa mendengarnya. Langkah kakinya menjadi perlahan dan Geisha berusaha menyamakan langkahnya dengan Xavier.

"Xavier, aku bisa minta jemputan ke Papa kok," ucap Geisha.

"Nggak apa-apa, kebetulan gue disuruh ke rumah lo sama om Daren." Geisha mengerutkan kening. Urusan apa lagi yang akan Ayahnya bahas dengan Xavier.

"Ini rahasia," lanjut Xavier seolah-olah tahu apa yang Geisha pikirkan. Geisha memutar bola matanya dan berjalan kesal dengan menghentakkan kakinya.

Lagi-lagi Xavier terkekeh kecil. Mungkin semua orang menganggap Xavier adalah orang yang sulit mengekspresikan diri, tapi bila bersama Geisha, Xavier akan menjadi sosok berbeda.

XAVEGAS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang