BAB 3

367 25 4
                                    

Waktu cepat berlalu sudah dua hari setelah dia sang papa berdebat atas ke pulangnya dan dia sekarang benar-benar akan pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu cepat berlalu sudah dua hari setelah dia sang papa berdebat atas ke pulangnya dan dia sekarang benar-benar akan pulang. Dia sudah tidak tahan di ruang yang serba putih dan bau obat.
Sekarang  amel sedang bersiap-siap untuk pulang ke rumah dari sekian lama dia tidak pulang. Walau sebenarnya dia baru beberapa hari saja di rumah sakit tapi dia merasa sudah berbulan-bulan.

"Sayang udah selesai berkemasnya?". Ucap sang mama.

"Udah ma", sambil menaru tas pakeanya  di samping tempat tidur.

"Iya saja di sana nanti pak jo yang membawanya",mama ana sambil melambaikan  tangan menyuruh pak jo supir pribadi keluarganya itu mendekat.

"Pak jo bawah ini ke mobil ya?, saya dan amel duluan ke sana", menggandeng tangan amel lembut untuk jalan lebih dulu keluar.

"Baik nyoya", sambil menundukkan kepala setelah itu pak jo membawah tas sang nona.

Tidak cukup lama amel dan mama ana telah sampai ke mobil dan pak jo ikut menyusul. Setelah sampai dan barang-barang ke bagasi mobil, mobil mereka melaju pulang dengan kecepatan sedang.

Amel meliat pemandangan luar dari jendela mobil. Dan sekarang amel tau siapa tubuh yang dia tempati ternyata dia adalah teman masa kecil antagonis pria yang meninggal karena kecelakaan. Pemilik tubuh hanya di ceritakan dalam pertenggan cerita itu juga hanya satu paragraf saja.

Sekarang safira atau yang kita panggil amel sekarang bertekat akan merubah takdir pemilik tubuh. Karena, dia tidak ingin mati muda dia tau apapun yang hidup pasti mati tapi dia ingin hidup sampai iya tua bukan malah mati usia yang muda baginya.

Tidak terasa perjalan mereka telah sampai di depan pintu pagar mulai terbuka terlihatlah sebuah monsion yang begitu megah. Amel sangat terpersona atas tempat tinggalnya yang baru ini,taman yang luas,ada air manjur di depan, dan juga garasi yang luas terdapat koleksi mobil serta motor yang memiliki harga yang tak murah.

Amel dan mama ana keluar dari mobil dan di sambut oleh para pekerja berjejer rapih untuk menyambut mereka pulang. Saat amel masuk di meliat dua sosok yang tak lain papa pras dan abangnya dewa yang sedang duduk di sofa ruang tamu.

Amel berlari menuju sang papa dan di tangkap dengan budah oleh sang papa.

"Amel!, Untuk papa bisa nangkep kamu kalo ngga bisa jatuh", papa pras hampir jantungan dengan amel yang tiba-tiba lari ke arahnya.

"Amel kan kangen papa". Ucapnya polos.

"Tapi jangan lari kaya gitu kalo jatuh bagaimana?". Ucap papa pras khawatir.

"Iya pa",sambil tertunduk merasa bersalah.

"Besok jangan ulangi lagi?",sambil mengelus surai sang putri.

Amel mengangguk mengerti tapi dia tidak berjanji tidak melakukannya lagi.

"udah, amel sekarang kamu ke kamar dan istirahat oke". Ucap mama ana.

"Iya ma, amel ke kamar dulu ma pa bang", melangkahkan kakinya ke arah tangga kamarnya ada di lantai dua.

Sesampainya di depan kamar di membuka pintu kamar dia terpesona dengan kamar amel asli. Warna yang biru pastel dan banyak boneka-boneka lucu di tempat tidurnya dia sangat suka selera amel asli yang tidak terlalu jauh dari kesukaan safira.

"Lumayan juga kamarnya aku suka, teryata dia kesukaan kita tidak terlalu jauh". Ucap amel sambil melihat-lihat seisi kamar.

"Sudah lah waktunya tidur", menaiki ranjang mata indahnya semakin tertutup rapat dan terdengar dekuran halus pertanda amel tidur dengan nyenyak.

Teman Kecil Antagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang