The Smile

8 0 0
                                    

"You look so happy."

Iliana tersenyum, guratan senyum yang malu-malu. Sembari menyelipkan poni rambutnya yang terjatuh dari ikatannya ke belakang salah satu telinganya.

"What about you, Luke?"

Pria itu tersenyum pula. Manik biru sebiru samudra, cerah dan menenangkan, namun sesekali menghanyutkan. Tatapan dalam itu terkadang mampu membangkitkan anak kupu-kupu yang menari-nari di dalam perut. Lesung pipinya terlihat manis saat kedua sudut bibirnya tertarik ke samping.

"I see, you never lie to me." Ungkap gadis itu.

Lagi dan lagi pria itu tersenyum, ungkapan gadis itu membuatnya sedikit merasakan pedih yang dalam.

"You believe me? Did I never lie?"

"May...be, why?"

"Maybe..."

Manik biru itu berubah, tatapan yang hangat berganti dengan tatapan yang sendu. Gadis itu tidak pernah salah dalam mengartikan arti dari setiap tatapan pria di depannya.

Segelas teh ditangannya masih utuh tak tersentuh. Mula airnya tenang, namun sesekali airnya bergerak halus.

"Luke, are you ok-"

"Iliana!!"

Suara lain menyambut mereka, gadis itu berbalik dan melihat sepasang manik coklat yang menyipit ulah kedua pipinya yang tertarik keatas karena senyumannya tak lagi bisa dia sembunyikan.

"Oh, hi, Luke!" Sapa pria itu.

"Hi, mate!" Sapa Luke kembali.

Calum. Pria yang sudah menjadi sahabatnya sejak kecil sampai dewasa, lagi dan lagi Luke pria itu memaksakan tersenyum walau rasanya bibirnya tak lagi mampu untuk tersenyum.

Tatapan pria itu pada Iliana sangat hangat dan penuh kasih sayang, melebihi dirinya. Oh Luke, sudah berapa lama kau membohongi dirimu sendiri juga gadis yang sekarang sedang tersipu malu di depan sahabatmu sendiri.

"You look so gorgeous, Ili." Ucap Calum.

"Yes, she is." Sahut Luke.

"Bulshit" Gadis itu memukul ringan lengan Luke, sentuhan kecil itu mampu membuatnya tersenyum kembali, senyuman yang benar-benar sebuah senyuman.

"You always said that I have a ugly nose. Yang tidak cocok dengan wajahku yang kecil. Karena..."

"Itu membuat wajahmu semakin mungil." Ucap Iliana dan Luke bersamaan.

Mereka bertiga tertawa sekilas, sebelum akhirnya Calum menangkup wajah mungil Iliana dengan kedua tangannya, dan mencubit ujung hidung gadis itu dengan gemas. Mata gadis itu tidak bisa berbohong, keterkejutan yang terpancar dari sorot matanya juga kedua pipinya yang memerah.

"Stop, Cal!"

Iliana menyingkirkan kedua tangan Calum dari wajahnya, dia tak mau rona wajahnya berubah menjadi semerah kepiting rebus.

Baru-baru ini pria bernama Calum itu menjadi dekat dengannya, karena pernah sekali pria itu berkata bahwa dirinya tertarik padanya.

Iliana tidak pernah menjawab apapun dari mulutnya, namun Calum tahu bahwa saat itu Iliana tidak tertarik padanya, saat itu sorot matanya datar dan tidak menunjukkan keramahan sama sekali. Namun, pria itu tidak berhenti berusaha, dia bertekad menyakinkan gadis yang sudah dia cintai sejak masa High School itu.

Mata gadis itu pun tak mampu untuk berbohong, berkali-kali dia bilang tidak menyukai Calum, tapi sorot matanya begitu menyakinkan Calum bahwa Iliana mulai menyukainya juga.

"Mau melihat bintang?" Ucap Calum.

"Huh?"

"NASA bilang, hari ini akan ada banyak bintang jatuh. Kita bisa melihatnya bersama?"

"Of course, Cal."

Diraihnya tangan Iliana dengan lembut, Calum menggenggam tangan kecil itu dengan hangat. Namun, membuat hati seseorang mulai memanas. Hampir-hampir gelas yang ada digenggamannya pecah karena cengkramannya yang sudah terlalu kuat.

"Luke." Panggil Iliana.

Pria itu mengendurkan cengkramannya pada gelas tehnya, menatap mata hazel gadis itu.

"Ya?"

"Kau tidak ikut?"

"Tidak. A-aku tidak suka angin malam, aku akan menunggu di dalam rumah saja." Ungkapnya.

Bohong. Pria itu suka menatap langit malam yang damai, langit malam yang cerah dengan jutaan bintang-bintang diatas sana. Sinar bulan yang jernih tanpa polusi cahaya, membuatnya tenang dikala dia berpikir saat sendiri.

"Oh, baiklah." Kata Iliana.

Perasaan gadis itu tidak nyaman. Ada sesuatu yang tidak benar pada Luke, pria itu seperti menyembunyikan perasaannya. Pria itu tidak lagi menunjukkan dengan jujur perasaannya padanya.

"Kalian pergilah." Lanjut Luke.

Walau sulit, tapi sepertinya Luke sudah sangat sangat terlambat untuk mendapatkan hatinya kembali.





- To Be Continued -

Lie To Me // Luke HemmingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang