2

21 2 1
                                    

Suasana di sebuah coffee shop hari ini bisa terbilang cukup ramai namun kondusif, beberapa pelayan berjalan kesana-kemari mengantarkan pesanan pengunjung yang datang di siang hari ini.

Aleya, gadis itu terlihat sangat sibuk di bagian kasir untuk mencatat pesanan dan melakukan pembayaran di layar komputer. Ia bisa mendapatkan uang tambahan dari coffee shop ini selain bekerja di sebuah club malam, pikirnya daripada ia menganggur ketika pagi sampai sore alhasil ia juga memilih untuk bekerja disini. Ia juga bisa terbilang baru kerja di coffee shop ini karena sebelumnya ia bekerja di tempat pencucian mobil. Aleya, ia sangat bahagia dan bersyukur bisa bekerja seperti ini meskipun tak bisa dipungkiri ia juga kadang merasa sangat lelah ketika harus melakukan hal yang sama setiap harinya. Balik lagi, ia tetap harus bersyukur karena ini semua adalah pilihannya sendiri dan keadaan jugalah yang membuatnya harus seperti ini.

"Halo, selamat datang di Starland bisa dibantu mau pesan apa kak?" Aleya menyambut pengunjung dengan ramah.

Pengunjung pria yang sepertinya berusia tiga puluhan itu tersenyum dengan matanya melihat buku menu. Pria itu memakai kacamata hitam bulat juga rambutnya gondrong berikal, pakaiannya santai hanya kaos hitam juga celana panjang hitam. Pria itu cukup lama melihat buku menu, dipikiran Aleya pria itu pasti pertama kali datang ke coffee shop ini.

"Permisi, kakak mau saya bantu pesan dengan menu favorit kita kak?"

Pria itu kemudian menatap Aleya dibalik kacamata hitamnya. Ia mengangguk setuju karena terlalu bingung memilih menu. "Boleh, aku mau menu kopi favorit disini." Ucapnya diakhiri senyuman.

Aleya menunjukkan sebuah menu di buku menu tersebut pada si pria gondrong. "Ini kak, dia kopi tebu rasanya manis seger asli dari tebu." Jelasnya singkat.

"Lebih strong di kopinya atau tebunya?"

"Kopinya kak."

Pria itu mengangguk percaya. "Boleh deh, aku pesan itu satu."

"Adalagi kak tambahannya?"

"Gak ada." Ucap si pria sambil merogoh kantong celananya untuk mengambil dompet.

Aleya mengangguk dengan jarinya yang bergerak cepat di komputer kasir. "Kakak pesanannya kopi tebu satu ya, totalnya jadi 34ribu. Pembayarannya pakai apa kak?"

Pria itu memberikan kartu debitnya ke Aleya. "Debit."

Aleya mengambil kartu debit tersebut lalu dimasukkan ke dalam mesin EDC Debit. Setelahnya mesin itu ia arahkan pada si pria. "Silahkan kak pinnya."

Aleya berhasil melakukan transaksi. "Pesanan kakak atas nama siapa ya?" Tanyanya sebelum ia close bill.

"Prabu."

"Baik ditunggu ya kak nanti dipanggil sama barista." Ucapnya lalu memberikan close bill pesanan pada pria bernama Prabu tersebut.

"Ok makasih."

Prabu melangkahkan kakinya lalu ia duduk di kursi yang kosong juga letaknya tidak terlalu jauh dengan area pickup pesanan. Sementara Aleya, ia dari posisinya malah memperhatikan sosok Prabu sampai pria itu duduk. Entahlah, pria itu seperti punya aura sendiri aura keren dan aura manly. Ia tidak tahu wajahnya seperti apa tapi ia bisa merasakan auranya saja sudah sangat jelas pastilah tampan dan tak bisa digapai.

"Aleya." Ketika ia asik menatap sosok Prabu telinganya malah mendengar suara yang tak asing lagi, dia adalah Lala.

Aleya tersenyum menyambut kedatangan kakak alias teman seniornya di club. Lala dengan jahil mencubit pipi Leya gemas. "Kerja tuh jangan bengong bocil!"

Leya menautkan alisnya disertai hendikkan bahu. "Mana ada aku bengong? Kakak salah liat." Bantahnya.

Lala mencebikkan bibirnya dan menjawil hidung Aleya bermaksud meledek. "Yeee, gue liat ya dari pintu masuk lo itu bengong bocil." Ucapnya dengan tawaan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MERAH MENYALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang