Past - 2

1.2K 83 2
                                    

Jisung mengejarpkan matanya menatap Jeno yang masih setiap mendekapnya, ia cukup tersentak hingga mendorong Jeno begitu saja meski orang itu tidak bergeming. Yang ada malah ia mengangkat satu alisnya menatap Jisung, sepertinya dia kaget.

"Kok bisa lo disini?" Tanya Jisung.

"Lo yang gk mau ditinggal, gk inget kemarin ngerengek gitu?" Tanya Jeno

Jisung menggaruk tengkuknya yang tak gatal karena malu, ia mulai ingat kok. Memang sepertinya efek kehamilan menjadi seperti ini, sifatnya melebihi anak kecil.

"Gk ada, mau bangun ih" gerutunya yang padahal Jeno sudah melepaskan dekapannya.

"Ya tinggal bangun kok, masa harus di gendong atau ditarik dulu?" Tanya Jeno.

"Ya" Jisung malu sekali karena ia seakan menjadi orang linglung, sekarang ia terbangun dengan sarkas.

Jeno terkekeh melihat istrinya bertingkah seperti itu, ia hanya memandang sembari menggelengkan kepala. Kemudian ia ikut bangun, hari ini ia harus berangkat kerja bukan, sebelum itu memastikan Jisung akan baik baik saja.

Sampailah kedua orang itu tengah makan bersama, Jisung nampan enggan menyantap makanan dihadapannya karena merasa selalu mual. Bahkan mencium bau nasi matang saja dia seperti orang tak nafsu, dia ingin memakan yang lebih ringan.

"Mau makan sereal aja?" Tawar Jeno perlahan.

"Gk" jawab Jisung tidak ingin.

"Nanti dede nya kasian gk makan loh, makan apa? Mau beli? Pesen gih tapi yang sehat" ucap Jeno perlahan membujuk Jisung.

"Gk mau" Jisung menutupi mulutnya dengan gelengan kepala.

Jeno menghela nafas gusar dan berjalan mendekati Jisung, ia menatap sang empu begitu dalam. Tangannya terangkat pelan mengusap kepalanya, meski ia tidak pernah bersama seorang ibu hamil, setidaknya dia bisa membantu Jisung.

"Makan ya, kalo gk makan kasian dede nya. Inget ya" ujarnya sangat pelan.

Jisung luluh dan itu sebuah keajaiban sampai Jisung sendiri merasa heran, dia mengangguk pelan juga perlahan tangannya mengambil sepotong buah. Ia ingin makan pisang terlebih dahulu, kemudian dia akan memakan yang lain.

Jeno senang dengan perlakuan seperti itu membuat Jisung menurut, akhirnya ia memesan makanan sehat agar Jisung tetap makan. Dia juga khawatir kan pada Jisung sekaligus bayi nya, mau gimanapun sekarang Jeno adalah suaminya.

Jeno yang sudah persiapan hendak berangkat ke kerjaanya menatap Jisung, sebenernya ia tidak bisa meninggalkan Jisung sehari saja yang mungkin Jisung bakalan berfikir tidak tidak. Mau bagaimanapun dia hanyalah orang asing yang mencoba untuk membantu Jisung meski Jisung masih belum percaya pada dirinya sepenuhnya, tapi Jeno akan tetap berusaha meyakinkan anak itu.

"Gue kerja dan sehabis itu gue ke rumah sakit, tapi kalo kerumah sakit gue cuman jenguk pasien aja. Lo mau gk ikut gue ke kantor, gue gk mau ninggalin lo sendirian" ucap Jeno sembari menatap Jisung yang tengah duduk sembari menyemil beberapa jajan.

"Gk papa tinggal aja" jawab Jisung santai.

"Tapi gue gk mau lo kenapa napa" ucapnya.

Jisung menghela nafas pasrah, yang finalnya adalah dia mengikuti Jeno menuju kantor supaya orang itu tidak terlalu posesif dengannya. Ataukah baik? Jisung tidak tau, intinya orang itu mengkhawatirkan dirinya yang terlalu berlebihan.

Selama di mobil juga tidak ada percakapan apapun, sebenernya Jisung cukup canggung jika harus berhadapan dengan Jeno. Mungkin karena mereka pada awalnya tidak saling mengenal, bahkan pernikahan mereka secara mendadak.

Oneshot : Nosung VerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang